8. tolong

1.1K 64 0
                                    

Aku dan teman-temanku jeni,cica,yumi, dan alfi. Semakin dekat aku juga sudah mulai sedikit terbuka pada mereka. Kak elang juga semakin gencar saja mendekatiku dengan caranya yang terbilang absurd itu.

Selama ini kak dirga nggak pernah mempermasalahkan kedekatan ku dengan kak elang. Selama masih di batas wajar. Namun justru aku yang cemburu dengan kedekatan kak dirga dengan kak leza ketua cheers itu. Kedekatan itu dipicu karena pada dasarnya kak dirga memang baik dan ramah pada siapa saja. Dia gak pernah mau menyakiti hati wanita.

Aku dikantin pojok dengan teman-temanku. Dipojokan berlawanan ada kak dirga menghadapku bersama teman-temannya. Aku melihat kak leza menghampiri meja kak dirga dengan antek-anteknya. Aku hanya meliriknya tak berani terang terangan melihatnya takut ketauan. "Gawat lis gawat" kak elang mulai lagi. Datang secara tiba-tiba dengan rusuhnya .Semua orang melihat kita.

"Aku nggak mau ketipu lagi kak" jawabku seadanya. "Tapi ini beneran gawat" .aku memandangnya penasaran. "Gue kangen sama lo. Kalo nggak segera ketemu bisa-bisa gue susah makan, susah tidur trus gue sakit deh. Bunda pasti sedih kalo gue sakit. Lebih parahnya kalo nggak segera di obati gue bisa mati" dia memberi ekspresi ketakutan. Seakan hal itu benar-benar akan terjadi. Sambil melotot saat ngucapkan kata mati. Aku hanya bisa geleng-geleng sambil senyum.

"Alhamdulillah udah kangennya ilang dapet bonus senyum lagi". Dia menatap berbinar dan intens. Apa dia tidak berlebihan." Gue lagi seneng. Kalian semua gue traktir". Teriaknya pada seisi kantin. Semua bersorak sampai ada yang menyalimiku untuk ucapan trima kasih.
"Lihat deh si elang adek lo dir. Mepet tu cewek mulu" suara dari meja kak dirga.
"Tapi dilihat-lihat tu cewek emang cantik juga. Cuma terlalu lugu aja".teman lainnya menyahuti.

Aku berjalan melewati koridor sekolah yang sudah sepi. Tiba-tiba langkahku dihadang 3 orang. Ralin n the geng. Ralin adalah sekertaris osis yang sangat super menyukai kak elang.
Plakk... Dia menamparku. "Dari kemarin-kemarin gue udah nahan buat nglakuin ini sama lo".
"Harusnya lo tu tau elang itu cuma milik ralin" sambung temannya. Sambil menarikku sampai punggungku membentur dinding menghadap mereka. "Ini peringatan buat lo jauhin dia. Yang tadi di kantin itu sangat.."
"Ralin" suara laki-laki. Yang berdiri tak jauh dari kami. "Eh kak dirga. Ya ada apa ?". Mereka semua tersenyum manis seakan tak terjadi apa-apa. Aku menengadahkan kepala. Mencegah genangan meluncur begitu saja. "Lo lagi ngapain ?". Tanyanya datar. Tak ada ekspresi khawatir atau apapun disana. "Eng enggak lagi nyapa anak baru aja. Permisi gue pulang dulu ya lis" menepuk bahuku. Pergi dengan tatapan memperingati.

Kelihatannya kak dirga memang gak tau apa yang ralin lakukan padaku. Buktinya ia langsung berlalu. Tanpa membantuku memelukku tau sekedar menyapaku. Air yang menggenang sudah luruh butir demi butir. Bedunganku tidak terlalu kuat menahannya. Untung saja pak sopir sudah stand by di depan gerbang. Aku harus segera pulang untuk menumpahkan.

Baru masuk mobil dan memulai tangisan. Aku dikagetkan dengan suara interupsi dari depan. "Ck, aku bukan sopir sayang". Kak dirga. Jadi dia tidak meninggalkanku begitu saja. Aku segera pindah kedepan. "Mereka tadi..". Kak dirga menggangguk mengerti sebelum aku menyelasaikan. Aku mengadu dan menangis sesenggukan. Itu tadi menyakitkan.

"Harusnya kamu nggak dekat dengan dia".
"Kalau gitu harusnya kakak juga nggak dekat dengan leza. Kak leza baik-baik aja pas deket sama kakak lalu apa yang ditakutkan".
"Harusnya kebohongan ini nggak perlu terjadi. Kita nggak perlu saling menjauhi toh sama saja aku tetap ada yang tidak suka sama lisa" sambungku.
"Oke. Kalau itu memang yang terbaik menurut kamu".

Complete Me !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang