18.pacar

892 38 0
                                    

Ini kali pertama setelah sekian lama. Akhirnya berangkat sekolah aku kembali duduk di bincengannya. Lengkungan di bibirku telah tercetak sempurna. Rona pipiku juga sudah tak bisa ku sembunyikan lagi. Membuat kak dirga beberapa kali menengok kebelakang sambil tersenyum geli padahal masih menyetir.
"Fokus aja nyetirnya. Aku gak mau kenapa-napa kan kita belum nikah".
Dia terkekeh.
"Apa mau sekarang aja ke KUA ?". Tawarnya dengan senyum melekat di bibirnya. Senyum yang selalu ikut membuat hatiku ceria.
"Nggak mau kita kan masih kecil. Cinta ya cinta tapi harus realistis".
"Dikira mau ngapain ? Ngajak nikah ?".
"Apa lagi ?".
"Mampir aja" aku cemberut manja. Kini senyumnya berubah menjadi tawa yang pecah. Aku semakin mengeratkan peganganku padanya. Kami terdiam menikmati suasana.

Senyum ku meredup bertepatan sampainya kami di parkiran sekolah. Pandangan-pandangan mata manusia di sekeliling kita yang tak mengenakkan penyebabnya. Ada yang berbisik dengan temannya yang lain. Seakan kami, aku dan kak dirga adalah tersangka. Atau seperti artis yang lagi naik daun baru muncul diberita karena sensasinya. Dan mereka adalah ibu-ibu rumpinya.

Kak dirga menggandeng tanganku menegaskan aku miliknya. Tersenyum sebagai aba-aba mulai berjalan melewati mereka. Dan aku hanya bisa merunduk sembari berjalan menyamai langkahnya. Dia menggantarku sampai didepan bangkuku. Mengusap puncak kepalaku "aku kekelas dulu" aku mengangguk sebagai jawaban. "Semangat" katanya sambil berlalu.

"So sweet banget sih. Kenapa nggak dari kemarin aja terang -terangan gini. Bukanya memendam itu melelahkan" kata jeni. Yang sudah datang lebih dulu dan duduk disampingku. "Ada alasan yang nggak bisa di jelas kan jen". Aku mengeluarkan buku untuk pelajaran pertama jeni juga. Bel masuk sudah berdentang mungkin sebentar lagi guru akan datang. Aku sudah bersiap dengan tenang.

"Jen kamu kok ngluarin buku sejarah. Seneng banget sama masalalu ya ? Harusnya kan fisika kan ?".
"Ha. Emang sejarah jam pertama lisa. Lagian masalalu apaan ? mantan. Yang perlu di kenang tu cuma pengalaman sama orang tersayang. Mantan mah hempaskan".
" ini kamis kan ?"
"Rabu lis. Kena karma karena pamer pacar lu kayaknya".
Ah masak iya pamer pacar ada karmanya.
Eh terus ini gimana aku gak bawa bukunya. Aku mengaduk isi tas ku memastikan. Tetap saja kenyataannya yang ku bawa pelajaran hari kamis. Haduh kayaknya aku bakalan abis. Abis kena hukuman guru-guru. Aku menelan salivaku. Mengetuk-ngetukkan jariku ke meja gugup.
"Cepetan lo kerjain tugasnya di buku tulis aja" saran jeni. Aku mengangguk nurut. Baru mau memulai menulis guru pun datang. Memberi salam. Udah ah aku pasrah aja.

Aku jujur aja kali ya sama gurunya. Kali aja dapet kortingan hukuman gara-gara itikad baik ku untuk jujur. "Ayo kumpulkan tugasnya semuanya " titah bu pipit guru sejarah. Haduh aku harus apa. Ayo mikir dong lisa. "Kurang satu ini ada yang belom" tanya bu pipit memastikan. Aku menghembuskan nafas. Tenang lisa paling cuma suruh keluar terus nggak tau apa selanjutnya.

"Alisa tugas kamu mana ?". Aku menyembunyikan wajah dalam-dalam lalu menjelaskan. "Lari keliling lapangan basket dua kali putaran. Habis itu kembali kekelas. Ikuti pelajaran jangan keluyuran". Aku langsung menjalankan nggak bisa ngebantah juga kan ?.

Lapangan masih sepi. Mungkin nggak ada yang jam olah raga hari ini. Aku segera menjalankan hukumanku. Baru satu putaran tiba-tiba banyak yang datang. Memakai baju olah raga. Sepertinya aku salah duga. Mereka hanya belom ganti aja tadi makanya sepi. Aku melihat ada kak dirga disana. Dia juga melihat kearahku pandangan kami bertemu. Ih malu.

Kak dirga malah memutar arah pergi entah kemana. Sedang kawan-kawannya sedang sibuk meledekiku. Bukannya bantu malah kabur katanya pacarku.
"Udah ada yang olah raga" suara laki-laki aku tak tau bentuknya tak ingin tau juga. Aku terus menunduk dan mempercepat lariku. " iya cecan yang olah raga sendirian lagi".
"Nggak pakek baju olah raga  duh" timpal suara-suara lain.
"Bukannya itu yang katanya pacarnya dirga" kali ini suara wanita. Aku terus mempercepat lari sebelum saatnya aku berhenti karena ada yang menghalangi. Apa lagi ? mau cari mati ini orang. Aku hanya melihat sepasang kaki.
"Ming... Kak dirga" dia menjulurkan sebotol minuman yang telah di buka di depanku. "Kenapa dihukum ?". Aku meminumnya. "Salah jadwal".
" ehem" deheman pria tua di ujung lapangan yang tak lain adalah guru olah raga.

Hukuman berlanjut namanya juga salah jadwal jadi yang di bawa banyak buku yang beda. Bahkan bisa semuanya. Setelah selesai dengan hukuman pertama. Aku. Kembali kekelas dan mengikuti pelajaran. Tapi bu pipit berpesan untuk tetap mengerjakan tugas tadi dan di kumpulkan nanti sebelum pulang. Oke itu bisa di kerjakan nanti pas jam istirahat. Pelajarn berganti hukuman baru menanti. Kini aku hanya disuruh mengerjakan tugasnya hanya saja mengerjakannya di luar kelas.
"Itu bukannya yang dateng bareng kak dirga tadi" ada 2 anak yang lewat. Saat aku sedang mengerjakan tugas di luar kelas. "Iya katanya sih pacarnya. kayak pemalas gitu ya?". Sahut teman satunya.
Ini tu nggak sengaja jawabku dalam hati.

Complete Me !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang