28

1.1K 41 2
                                    

Hari menegangkan ini terjadi juga. Aku  sendiri tak menyangka jika tepat setelah lomba pianoku kak dirga harus berangkat ke Amerika. Rasanya aku ingin menjadi putri tidur saja. Yang akan bangun bila pangerannya mencium dan tetap menjaga disampingku. Terlintas juga ide licik untuk pura-pura sakit. Agar tak mengikuti lomba sekaligus tak ditinggalkan kak dirga. Oh Ya Tuhan kenapa hatiku seegois ini. Memang ikhlas tak semudah yang diucapkan lisan.

Apapun itu hari yang berat ini harus ku jalani. Dengan berat hati aku menuju tempat lomba bersama kak dirga dan sopir yang mengantar kami. Sedang ayah ibuku naik mobil sendiri. Dan mama papa kak dirga sedang menyelesaikan urusan bisnisnya sebelum nanti ikut juga mengantar kak dirga ke Amerika. Kebetulan papanya juga ada urusan disana.

Di mobil tidak sedikit pun aku angkat bicara. Otak ku masih terbelenggu bayang-bayang perpisahan yang terasa menyedihkan. Oleh sebab itu aku lebih baik diam daripada memulai pembicaraan yang ujungnya memicu datangnya hujan deras di mata yang sedang ku tahan. "Jangan sampai kalah  !". Peringat kak dirga yang duduk disampingku di kursi belakang.
"Aku juga tidak ingin kelihatan menyedihkan sebelum di tinggalkan". Ucapku tanpa sadar sembari melihat kecendela. Iya sedari tadi aku hanya membuang muka. "Apa ?".
" em maksutku akan ku usahakan". "Masih belum rela ya ?" Godanya sambil mencolek-colek bahuku dengan wajah innoncentnya. Pakek ditanya , tentu saja itu jawabanku didalam hati saja. "Nggak papa, toh nanti kembali juga" aku memaksakan senyum dihadapannya.

Kami sampai di tempat lomba. Kak dirga merangkulkan tangannya dileher menuju belakang panggung. Dan entah mengapa mataku tak mau lempas darinya. Seakan menyesali detik yang ku buang tanpa melihat wajahnya saat aku membuang muka. Waktu kami tinggal sedikit, hanya sampai perlombaan ini berakhir. Kemudian ia akan pergi. Pergi untuk kembali, pergi untuk menjadi lebih baik nanti. Tanpa sadar air mataku luruh juga. Entah kenapa firasat buruk datang. Muncul fikiran bahwa aku tak bisa melihatnya kembali.

"Kenapa ?" Tanya kak dirga yang akhirnya memergoki ku yang tak melepaskan tatapan padanya. "Kamu ada disini" lanjutnya sembari memegang dadanya. "Dan bukan kah aku juga ada disini" katanya kembali sembari menuntun tanganku memegang dadaku. "Selama kakak ada disini kakak gak bakalan tinggalin hati ini kan ?". Tanyaku dengan sedikit terbata akibat menahan air mata. "Harus berapa juta kali aku katakan ?". Dia memelukku " Menang dan aku akan cepat pulang untuk melihat kemenanganmu selanjutnya". Aku menatapnya tak percaya. "Bulan depan ?" Kak dirga hanya tersenyum sebagai jawaban. Lalu berlalu sambil berkata mengejek " Ya kalau kamu menang sih". "Aku pasti menang " teriakku lalu menyusulnya dengan bersemangat.

Lomba dimulai, aku yang tadinya tidak merasakan grogi sedikit pun karena fikiranku tertuju pada kepergiaan kak dirga. Kini baru merasakan grogi yang sangat amat. Tanganku mulai dingin dan beberapa kali ketoilet untuk buang air. Kak dirga tersenyum padaku dan mengedipkan matanya. Lalu tak berapa lama namaku di panggil untuk tampil selanjutnya. Kak dirga mengenggam tanganku  seakan menyalurkan energi positif dan ketenangan didalamnya. Lalu berujar lirih  "ingin segera bertemu denganku kan ?" Sembari tersenyum bak malaikat. Kemudian ibu dan ayah juga melakukan hal yang sama sembari mengucapkan kalimat penyemangat.

Kini hatiku mulai menghangat dan aku siap bertempur dengan lomba ini. Memenangkannya sehingga mempercepat pertemuanku dengan kak dirga. Dan tak lupa membuat ayah dan ibu bangga. Jemariku mulai menganyun di tut-tut piano didepanku. Aku menganggap ruangan lomba yang dipenuhi penonton yang mayoritas tak kukenal ini adalah ruang pribadiku. Yang didalamnya hanya ada aku dan semua orang terdekatku, semua orang yang kusayang. Alunan musikku membentuk sebuah lagu. In my blood ~ shawn mendes.

Lagunya hampir selesai tarian jemariku pun mulai melemah. Musikku  pun berlanjut sesuai suasana hatiku. Yang telah berada didepan pintu perpisahan. Lagunya pun ku sambung dengan lagunya Samson- kenangan terindah. Tanpa sadar bulir-bulir mataku runtuh. Pandanganku mengarah padanya pria yang akan pergi sebentar lagi. Yang entah kenapa kurasa akan lama. Kurasa akan sulit lagi untuk melihatnya. Kak dirga membalas tatapanku justru dengan tersenyum manis. Aku kembali fokus dengan alunan jemariku sampai lagu pun berakhir. Namun entah kenapa air mataku tak kunjung surut. Perasaanku kembali bahkan lebih tak tenang dari semula.

Complete Me !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang