22

1K 49 0
                                    

Hujan dibulan desember mengiringi laju kita.  Membuka semua kenangan masa indah dengan orang tersayang. Kemudian hancur melebur bersama turunnya air mata dan hujan. Aku masih tak yakin jika selama ini kak dirga memiliki perasaan risih terhadapku. Atau mungkin dia tulus tapi lalu bosan juga dengan perilakuku. Suara gelunduk bergemuruh mengetuk gendang telinga. Mendorongku kembali pada kenyataan yang ada. Berada di boncengan kak elang. Aku linglung saat ia menghentikan motornya didepan rumah yang dulu pernah ku datangi. Yang membuatku mengenal dan mendapat senyum hangat dari bundanya. "Katanya bunda nggak ada ?". Tanyaku keheranan kenapa dia membawaku kesini. Toh sama saja kita sudah kuyup jadi diantar sampai rumah tak mengapa.
"Aku tau sebenarnya kamu nggak mau ketemu bunda". Dia mengajakku masuk. Menyuruhku berganti dengan pakaiannya agar tak masuk angin katanya. Sebelumnya kak elang meminjam hpku untuk meminta ijin pada ibu.

Setelah berganti dengan kaos polos yang kebesaran di tubuhku dan clana pendek di atas lutut. mataku tertuju pada foto diatas nakas. Kak elang bersama seorang gadis dengan senyum malu-malu. Kak elang merangkulnya dan memandangnya protektif. Siapa gadis itu ?. Ada yang mengetuk pintu. Aku membukanya muncullah sosok kak elang disana. "Ayo.." matanya tertuju pada foto yang ku genggam. Sorot matanya berubah serius. Aku tau seharusnya aku tak lancang membawanya. "Maaf aku cuma...".
"Ngga papa, dia orang yang ku cinta". Dia tersenyum masam.
"Pacar kakak ?". Tanya ku penasaran.
"Dulu. Ayo nanti ku ceritakan". Dia membawaku ke ruang makan. Sudah ada teh dan roti bakar di atas meja.

Kak elang menyesap tehnya aku juga. Sambil menunggu dia siap bercerita. "Gue putus sama dia bukan karena perselingkuhan, bosan atau apapun hal yang nggak mungkin di lakukan oleh orang yang saling cinta" kak elang memulai ceritanya. Dia memandang serius air tehnya. Seakan dengan begitu kilat sedih dan penyesalan tak terlihat. Tapi itu sia-sia aku bisa melihatnya. Dan aku belum pernah lihat kak elang seperti ini. Kak elang sangat mencintai gadis itu , itu kebenarannya. "Kita saling sayang saling cinta  dan sampai sekarang tetap sama. Itu sebabnya kita berpisah. Karena gue rasa hubungan kita hanya bikin dia tersakiti.  Karena dia selalu ngerasa nggak pantes buat gue. Dia selalu merubah dirinya untuk lebih terlihat pantas. Tanpa sadar itu malah menyakiti dirinya sendiri. Padahal sebenernya gue yang beruntung memiliki wanita sebaik dan sepengertian dia".

Kak elang menatap aku. "Tanyain aja !". Seakan mengerti apa yang ada diotakku dia mengatakannya. "Lalu kenapa kak elang deketin lisa ? Kenapa nggak berjuang buat dia ?". Menghirup nafas panjang dia tersenyum tipis lalu menggenggam tanganku. "Maafin gue mungkin lo fikir gue sedang mainin perasaan lo. Percaya sama gue, gue nggak maksud kayak gitu". Dia mengeratkan genggamannya.
"Waktu itu gue rasa sudah saatnya membuka hati buat orang lain. Karena gue liat dia udah bahagia dengan kehidupannya tanpa gue. Dan gue percaya kalo dia lihat gue udah move on dia nggak akan ngrasa bersalah lagi tiap ketemu gue. Pas pertama kali liat lo gue langsung tertarik. Gadis pemalu yang gue pikir mirip dia. Tapi semakin kesini gue tau kalian berbeda. Gue sayang sama lo, gue mau lindungin lo itu tulus". Dia melepaskan genggamannya dengan mata masih melekat padaku. "Gue sadar dirga orang yang tepat buat lo. Gue rasa juga hati lo sepenuhnya buat dia".

"Ada apa gerangan adek lisa mau nebeng kakak elang ?". Kak elang kembali memperlihatkan wajah bercandanya seperti biasa. Syukurlah menegangkan juga melihat kak elang seserius tadi. "Baru aja aku fikir kak elang kesurupan". Dia terkekeh kemudian melahap roti bakar dihadapannya.
Aku jadi teringat kata-kata ibu.
Dalam cinta selain terbuka,rasa saling percaya,Pasti kamu butuh juga dimengerti. Tapi kebanyakan orang menuntut dimengerti tanpa mau mengerti. Jika pasangan kamu mencoba mengerti kamu tapi kamu sendiri nggak mau ngerti apa jadinya ? Semua yang dia lakukan tidak akan berarti apa-apa.

"Kalau dirga macem-macem bilang sama gue. Anggap aja gue abang lo" kata kak elang sembari mengelus puncak kepalaku dan mengembangkan senyum terbaiknya. "Kemarin ditaman aku mendengar pembicaraan kalian. Dia bilang ngelakuin itu karena sifat manjaku. Tapi aku rasa aku belum mendengar sepenuhnya". Kak elang tersenyum simpul. Lalu mencerikan semuanya. Bahwa awalnya kak dirga menyembunyikan hubungan kita memang karena sifatku yang manja. Sifat itu yang membuat orang lain risih, benci ,dan membullyku. Tapi kak dirga tidak risih dan merahasiakannya agar aku tidak berusaha merubah diriku dengan terpaksa. Atau merasa diriku tak pantas dan menyakiti hatiku. Lalu dia memikirkan cara-cara untuk melindungiku. Dia juga menurunkan sikap posesifnya di depanku. Dia selalu memberi pelajaran pada orang yang mendekati atau menyakitiku tanpa sepengetahuanku. Dia selalu memikirkan kebahagiaan ku dan khawatir terhadapku.
"Apa lo pernah mikir saat lo tersakiti laki-laki yang menyayangi lo juga merasakan sakit yang sama. Tapi dia selalu berusaha tegar dan nenangin lo di tambah lagi rasa khawatir yang mendorongnya  memikirkan cara buat lindungin lo. Beban dia besar di balik tampamg datarnya".
Iya dan dia tak pernah menunjukkannya bahkan terkadang aku sebagai wanita menyalahkannya karena malah terlihat diam saja. Atau juga seperti sekarang aku menuduhnya yang tidak- tidak. Padahal dia berjuang untukku. Dia berjuang sendirian aku tidak pernah menenangkan. Kalau dia bertengkar untuk melindungiku aku memarahinya karena aku tidak suka kekerasan. Padahal dia hanya mengkhawatirkanku. Kalau dia sedikir- sedikit menanyakan kabar aku menganggap itu berlebihan. Bagaimana bisa hanya aku yanga merasa tersakiti .Aku yang merasa butuh dimengerti dia juga manusia dengan perasaan dan cinta yang sama bukan ?.

Complete Me !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang