14

207 20 9
                                    

[Chizuru POV]

"Jam berapa kau pulang bekerja hari ini?"

Jungkook sejak pagi sibuk menanyaiku dengan pertanyaan yang sama. Ini mungkin yang ketiga kali dia bertanya karena penasaran dengan kegiatanku hari ini. Aku lelah mendengar dia bertanya, akhirnya kalah untuk membuka mulut. "Aku tidak bekerja hari ini. Aku selalu punya satu hari di antara satu minggu untuk cuti—"

"—bagaimana kalau kita pergi ke suatu tempat?"

"Aku ingin beristirahat saja."

"Kalau begitu beristirahat di sini saja, aku akan menemanimu."

"Bukannya kau bekerja?"

"Itu bisa ku urus nanti. Aku ingin bersamamu lebih lama."

Kenapa aku merasa sangat geli, ya? Nada bicara Jungkook membuatku mual. Aku bukan tidak suka, tetapi perubahannya seperti tidak sesuai dengan kesan pertama waktu di bar itu. Aku jadi yakin dia pasti terbentur sesuatu saat berada di Australia.

"Ng... tidak usah. Aku pulang saja. Aku mesti mengemas rumahku,"

"Kau bilang kau ingin istirahat. Itu bukan istirahat namanya. Kau tinggal di sini saja, ya?"

"Hentikan!" suaraku meninggi tiba-tiba. Sepagi ini, urat di kepalaku sudah tegang. "Aku tidak mengerti kenapa kau tiba-tiba menjadi semanja ini. Bagiku kau jadi terlihat aneh." Aku mungkin mendekati masa datang bulan, sehingga temperamenku menjadi sangat buruk. Sejak pagi kepalaku sakit dan tingkahnya hanya membuatku semakin tidak sehat. "Bisakah kau bertingkah biasa saja? Aku... aku belum terbiasa dengan kegiatan semacam itu." Pada akhirnya aku memelankan kembali suaraku, merasa tidak nyaman karena telah bersikap seperti itu pada Jungkook.

Jungkook tiba-tiba saja mendekatiku dengan ekspresi wajah yang tak bisa kutebak. Aku otomatis mundur karena gugup, namun hanya beberapa langkah yang berhasil karena punggungku segera mencium tembok apartemennya. Aku sudah siap dengan apapun yang mungkin dia lakukan, segera menutup mata ketika dia mendekatkan wajahnya padaku.

Tetapi, beberapa detik aku menunggu, tidak ada apapun yang terjadi. Aku tau dia tetap mengurungku di dalam tatapan tanpa berpindah tempat sedikitpun. Aku juga bisa mendengar napasnya berhembus, tetapi selain itu tidak ada lagi bagian tubuhnya yang menyentuhku.

"Kau ini..."

Dia akhirnya membuka kata, pelan-pelan aku mengintip.

"...baru sebentar aku manjakan, sudah melunjak saja, ya? Kau mau aku berhenti membayarmu?"

Nada bicara dingin dengan tatapan mematikan itu membuatku takut, aku hanya bisa menunduk setelah merasa aman dengan membuka kembali kedua mataku. Jungkook... apa yang dia katakan barusan benar. Lagi-lagi aku bertingkah. Walaupun dia menginginkan hubungan serius, aku tetap bertindak sebagai pekerjanya. Pekerjaanku bergantung kepada kepuasannya. Aku seharusnya sadar, aku mesti berlaku baik padanya yang mempermudah diriku mencari uang.

Pelan-pelan aku kembali mengangkat wajahku, memandang matanya yang masih tajam terarah padaku. "Maaf," hanya itu yang berani aku ucapkan, sebelum akhirnya aku menunduk lagi. Beberapa saat aku kembali mengangkat wajahku dan tidak kuduga aku mendapati senyuman di wajahnya.

"Sejak kapan kau jadi takut padaku? Hm? Kawaii."

Mataku membulat tanpa kusadari, setiap aku memandanginya dengan wajah bingung, dia hanya tertawa kecil. Sambil mengusapi pipiku lembut, dia menampakkan jajaran giginya dengan senyuman yang merekah.

"Aku memang suka berlebihan. Jangan bosan untuk menegurku, ya?"

Aku benar-benar tidak mengerti, bahkan setelah dia dengan mudah mendaratkan kecupan kecil di bibirku. Gigi kelinci yang ia tunjukkan berikutnya begitu manis, aku sampai lupa apa yang sedang kupikirkan saat ini.

Fake Love | Jeon Jungkook 18🚫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang