18

160 21 26
                                    

"Otsukaresama,"

Seketika aku menjatuhkan barang yang kupegang karena terkejut. Aku lantas berbalik. Kalimat itu sangat mengejutkanku. Aku langsung teringat dengan surat dari orang asing yang kemarin aku terima. Aku tau aku berlebihan, tetapi... meski mencoba untuk tidak melakukannya, aku tetap terbayang-bayang.

"Hei? Kau kenapa?"

Aku segera bernapas lega. Itu Jungkook. Pria itu tiba-tiba berdiri di depan meja kasir dan menegurku. Aku tidak akan terkejut jika dia tidak mengucapkan kalimat itu.

"Aku tidak apa-apa," segeralah aku berdalih. Jungkook tidak boleh tau tentang hal itu. "kau benar-benar mengejutkanku, tau!"

"Ah, maaf. Aku tidak sengaja. Kau terlihat begitu serius, jadi aku iseng."

Aku buru-buru menenangkan detak jantungku. Hei, kami bertemu setelah waktu yang cukup lama. Seharusnya aku bersenang-senang dengannya. Seperti kata Kanon, aku harus fokus pada masa depanku.

"Jam kerjaku masih setengah jam lagi."

"Tidak bisa izin saja? Mana bossmu? Biar aku yang meminta izin."

"Tidak. Jangan! Kau jangan buat aku terlihat tidak professional begitu. Bersabar saja 30 menit lagi."

Jungkook berdecak, "huh... baiklah. Apa kau sudah makan malam?"

Aku menggeleng.

"Apa-apaan kau ini? Kenapa tidak langsung makan malam?"

"Bukankah kita akan makan malam bersama? Memangnya kau sendiri sudah makan malam?"

Sudah kuduga pria ini akan segera kikuk karena pertanyaanku.

"Sa, Jungkook-sama. Mohon tunggu aku dengan sabar, ya? Silahkan duduk di sebelah sana, jangan menghalangi meja kasirku."

Lain dengan yang aku suruh, Jungkook malah menarik sebuah troli kosong di sebelah meja kasir. Aku langsung saja menatapnya bingung, dan dia membalasnya dengan senyuman kecil, "kau siapa menyuruh tuanmu untuk menunggu, hah? Pastikan untuk membuatkan aku makan malam yang enak dengan bahan-bahan 'mahal' yang dibelikan oleh Oji-sama, ya?"

Aku mendelik. Dia sedang menertawakanku.

"Jangan menatapku begitu, kau akan jatuh cinta nanti."

Sebelum dia menyadari wajahku yang memerah, dia lebih dulu pergi menuju rak barang-barang. Baguslah. Aku bisa bernapas lebih lega setelah senam jantung akibat kalimat-kalimat sombongnya itu. Gilanya, aku malah semakin menyukainya.

.

.

.

.

.

Sesuai rencana kami, aku dan Jungkook pergi ke apartemennya untuk makan malam bersama. Dengan belanjaan setumpuk seperti ingin membuat super market sendiri, kami dalam perjalanan menuju tempat itu. Aku tidak banyak berkomentar karena sedikit lelah. Dalam diam, aku memikirkan apa yang harus aku buat untuk makan malam kami nanti. Di saat-saat seperti ini, aku merasa makan ramen saja sudah cukup. Tetapi tiap kali aku melihat ke arah kaca spion di mana bahan-bahan makanan itu diletakkan di kursi belakang, perasaanku tidak tega. Ada yang sedang terlalu mengharapkan makan malam romantis.

"Kau terlihat lelah sekali bekerja di sana. Kita jadi kekurangan waktu untuk bertemu. Kau juga jadi tidak punya waktu istirahat. Tidak tertarik untuk mencari pekerjaan lain? Apa yang bisa kau lakukan? Apa keahlianmu? Aku akan bantu mencarikan pekerjaan baru yang lebih mudah dan bisa kau nikmati."

"Pekerjaanku yang sekarang juga mudah dan aku menikmatinya."

"Maksudku pekerjaan yang lebih baik."

Fake Love | Jeon Jungkook 18🚫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang