17

219 20 1
                                    

Keesokan harinya aku tidak kembali ke rumah keluarga Jungkook. Aku tidak tau apa yang merasukinya, Jungkook tidak memaksaku untuk pergi. Ketika aku berkata aku harus bekerja, dia menurutiku dan tanpa banyak protes mengantarkanku ke tempat aku bekerja.

Aku ingin menjadi seorang wanita biasa, bertindak sesuka hatiku dan tidak memperdulikan keadaan orang lain. Nyatanya aku gagal. Aku memikirkan keluarga itu. Walau aku tidak ingin penasaran, aku tetap mencari tau sebanyak mungkin tentang Ayahnya Jungkook. Apa yang merasukiku? Aku tidak tau.

Sebenarnya aku berpikir untuk menyerah dengan kebohongan ini. Aku ingin mengatakan semua tentang diriku pada Jungkook dan keluarganya. Tetapi... aku tidak sanggup melakukannya. Aku bukan takut dengan apa yang orang lain katakan. Aku hanya tidak ingin menyakiti Jungkook. Aku rela jika seluruh dunia membenciku. Namun... pria itu, aku terlanjur menyayangi untuk menyakitinya. Walau yang sebenarnya kulakukan saat ini adalah juga menyakitinya.

Pikiranku berimbas pada pekerjaanku. Seharian aku menjadi tidak fokus. Memang semua pekerjaanku kulakukan, hanya saja aku jadi kurang bersemangat. Seharian kepalaku tertunduk dan aku hanya menggerakkan tubuhku tanpa menikmati setiap detiknya.

Sekarang hampir pukul sebelas. Aku sudah diperbolehkan untuk bersiap pulang, begitu pula pegawai lainnya. Lagipula di saat seperti ini pelanggan mulai berkurang dan akan banyak waktu luang untuk istirahat yang selalu tertunda di waktu lain.

Aku masih berdiri di belakang meja kasir untuk melayani satu atau dua orang pelanggan. Kegalauanku masih berlanjut, kepalaku tertunduk hanya terarah pada barang-barang yang aku scan harganya.

"Terima kasih, semuanya dua belas ribu won."

Sebuah rokok ditukar dengan dua pecahan sepuluh ribu won, aku memberikan kembalian ke pada pembeli. Namun kembalian itu tidak pernah di ambil. Ketika aku mengangkat kepalaku, pelanggan itu telah pergi. Aku pun segera sadar jika terdapat satu lembar asing di antara dua lembar sepuluh ribu won itu. Secarik kertas.

Aku penasaran dengan si pelanggan yang tak sempat kulihat wajahnya itu. Ketika aku mencarinya, dia sudah menghilang. Apa kertas ini tak sengaja terselip? Atau memang sengaja diselipkan? Naluriku membuat aku segera membuka kertas yang terlipat itu.

Ada tulisan.

Tulisan tangan dalam huruf katakana yang membuatku terkejut setengah mati.

Otsukaresama, Chic-can.

Tunggu sebentar.

Aku segera berlari keluar mini market untuk mencari orang itu. Aku menggerakkan kakiku secepat yang aku bisa untuk menemukannya, tetapi dia menghilang. Sial. Siapa dia? Bagaimana mungkin seseorang di Negara ini bisa mengetahui panggilan itu?

Sekali lagi aku menatap tulisan di kertas itu. Tulisan tangan yang bagiku tidak asing, namun aku tidak bisa mengingatnya. Apa ini? Mengapa tiba-tiba ada seseorang yang muncul dan mengetahui aku dengan panggilan itu? Sangat sedikit orang yang mengenaliku dengan Chizuru, tetapi sama sekali tidak ada satupun dari mereka yang memanggilku dengan nama itu. Nama itu hanya digunakan oleh teman-temanku di Jepang.

Siapapun orang itu, dia pasti mengetahui tentang masa laluku. Ini bukan pertanda yang baik.

.

.

.

.

.

Sepanjang malam aku memikirkan kertas beserta orang yang memberikannya itu. Apa dia benar-benar orang dari masa laluku? Kalau iya, mengapa dia melakukannya? Untuk apa dia mencampuri urusanku lagi? Aku sudah pergi jauh meninggalkan rumah, mengapa masih saja ada orang yang mencoba mengangguku.

Fake Love | Jeon Jungkook 18🚫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang