23

120 21 3
                                    

[Author POV]

Pagi seorang Jungkook dimulai oleh perasaan terkejut. Yah, dirinya yang terlalu lelap tertidur tidak menyadari sejak kapan tempatnya tertidur terasa lebih lengang dari sebelumnya. Begitu ia membuka mata, hanya ada selimut yang menutupi tubuhnya tanpa ada senyuman selamat pagi apalagi sosok yang seharusnya ada di sana.

"Sayang?"

Dengan kesadarannya yang cepat pulih, ia mengitari seluruh ruangan dengan pandangan, mencari sosok yang dipertanyakan kehadirannya itu. Namun setelah dipanggil pun, tidak ada sahutan.

Jungkook segera bangun dari tempat tidur dan bergerak menuju ke kamar mandi. Masih ada di hatinya secercah harapan jika orang yang ia cari masih di sana. Setelah membasuh wajah dan menyikat gigi, ia pun beranjak keluar kamar.

"Sayang, kau di mana?"

Tidak ada tanda-tanda kehadiran orang lain di ruang depan, bahkan barang-barangnya pun tidak ada. Langkah Jungkook dipercepat untuk sampai ke dapur, lalu ia dikecewakan dengan tidak adanya sosok yang ia cari. Hanya ada sebuah sandwich di atas piring di meja makan, tanpa ada si pembuatnya.

Hal pertama yang dilakukan olehnya tentu saja adalah mencoba menghubungi orang itu. Ia mengalami sedikit kesulitan untuk mengingat di mana ia terakhir kali menaruh ponsel, sehingga ada sekitar tiga menit dirinya kebingungan. Benda itu pun ditemukan di antara tumpukan pakaian yang dilepasnya sembarang semalam.

Sayang sekali tidak ada pesan apapun yang ditinggalkan. Sang wanita benar-benar sudah pergi.

"Tidak biasanya kau pergi seperti ini," ia bicara sendiri seraya mencari kontak si wanita, untuk segera menghubunginya. Entah mengapa suasana hatinya menjadi buruk, dan semakin buruk karena tidak ada jawaban apapun. Ia mengulang panggilan hingga tiga kali, namun tetap tidak ada jawaban. Pada akhirnya hanya sebuah pesan yang ia kirimkan tanpa mencari lagi.

Sambil mempersiapkan diri untuk beraktivitas, pria itu berpikir. Ia mungkin mendengar sesuatu yang bisa menjelaskan mengapa sang kekasih menghilang begitu saja. Apa saja yang mereka bicarakan semalam? Ia kesulitan mengingatnya karena terlalu lelah.

Ada sedikit rasa senang ketika ponselnya berdering di saat ia tengah sarapan, namun ia kembali murung karena orang yang menghubunginya bukan orang yang ia inginkan.

"Halo, Hyung."

"Kau berada di mana sekarang?"

"Di rumahku."

"Datanglah ke rumah sekarang. Aku perlu bicara denganmu."

"Baiklah. Aku akan ke sana segera."

Pria itu sama sekali tidak punya firasat tentang apa yang akan terjadi, hanya menjalani harinya yang terasa sangat biasa jika tempat tinggalnya kosong seperti ini. Sambil menyeruput kopi yang ia buat sendiri, pikirannya melayang. Bagaimana jika ia menikah segera? Hidupnya akan terasa lebih teratur, mungkin. Bagaimana jika suatu saat ia memiliki anak yang lucu seperti keponakannya Heojun? Akankah tempat ini menjadi ramai? Ternyata benar juga, akhirnya ia mulai menyetujui keinginan keluarganya yang ingin dia segera menikah. Segalanya akan terasa lebih baik jika bersama seseorang.

Lamunan membawanya kembali pada kerinduan, diperiksanya lagi ponselnya untuk mencari pesan balasan dari sang kekasih. Ah, dia mengabaikan pesan paginya lagi. Hanya jika pria itu ingat apa yang dikatakannya semalam, dia mungkin akan sedikit lebih agresif. Dia lupa kalau Chizuru berkata dia akan libur bekerja hari ini.

.

.

.

.

Fake Love | Jeon Jungkook 18🚫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang