25

106 18 2
                                    

Sepanjang jalan, pria itu tidak bisa menghentikan dugaan. Jika dihitung, ia sudah memikirkan lima belas kemungkinan untuk menjelaskan apa yang terjadi saat ini. Tangannya memegang kemudi dengan ketukan tidak menentu, karena ia kesal dengan laju mobilnya tidak bisa dikendalikan. Hanya jika lalu lintas kota Seoul seramah cuaca hari ini, ia akan lebih bahagia.

Namun tidak juga. Ia tidak benar-benar bahagia. Pikirannya terpaku pada suara anak laki-laki berbahasa Jepang yang kehilangan ibunya. Apakah dia anak Chizuru? Atau hanya keluarganya saja? Tapi dia memanggil Chizuru sebagai ibunya.

Sampai saat ini keberadaan Chizuru belum diketahui. Jungkook merasa menyesal karena tidak punya informasi apapun tentang teman-teman wanita itu. Dia tidak punya referensi apapun tentang ke mana ia pergi. Satu-satunya tujuan adalah menemui anak itu, lalu memahami kejadian langsung di sana.

Semakin dekat dan semakin dekat dirinya pada posisi yang dituju, ia semakin gundah. Dari kejauhan ia bisa menemukan sosok yang ia cari. Seorang anak yang duduk memegangi ponsel Chizuru yang ia kenali. Hanya ada anak itu, bersama seorang pegawai toko buku yang dimintainya tolong untuk menjaga.

“Naoki?” Benar sekali, ketika nama anak itu disebut, ia langsung menoleh dengan mata yang terlihat jelas bekas dihujani air. “Kau tidak apa-apa?”

“Paman siapa?”

“Paman? Aku adalah orang yang menelponmu tadi, aku teman ibumu. Bisa kau beritahu paman bagaimana kau bisa sampai di sini? dengan siapa kau kemari? Lalu pergi ke mana dia?”

“Tadi pagi Nao pergi dengan Mama. Mama mengajak Nao pergi jalan-jalan, lalu pergi ke toko buku. Mama berkata Nao boleh pergi sendiri dan kalau melihat buku yang Nao suka, Nao potret sampulnya dengan ponsel mama. Tapi, mama tidak ada di situ lagi. Mama hilang.”

Penjelasan itu tidak banyak membantu Jungkook untuk memahami keadaan. Hanya sebagian kecil dari yang ia dengar bisa ia pahami dengan baik. Bahasa anak itu terlalu sulit untuk didengarkan karena suaranya sengau habis menangis. Tetapi ia yakin sekali anak ini ada hubungannya dengan Chizuru. Anaknya atau bukan, wanita itu tidak mungkin meninggalkan seorang anak kecil sendirian.

“Naoki datang ke sini bersama siapa? Maksud paman… kau datang dari tempat yang jauh, kan? Dengan siapa kau datang ke sini?”

“Bibi Kanon.”

“Kanon? Kau tau di mana Bibi Kanon-mu?”

Naoki menggeleng, “tapi Mama mungkin menyimpan nomor teleponnya.”

“Boleh paman meminjam ponsel Mama-mu?”

Naoki pelan-pelan memberikan benda yang dipinta Jungkook.

Benar, Jungkook mengingat nama itu. Kanon, nama orang yang dikatakan Chizuru sebagai temannya. Jika anak ini datang bersama Kanon itu, maka dia mungkin bisa menjelaskan apa yang terjadi saat ini.

Ketika Jungkook menghubungi orang itu, sayang sekali ia harus patah hati karena nomor telponnya bahkan tidak aktif. Entah apa yang terjadi pada mereka berdua yang menghilang dan meninggalkan anak ini sendirian.

“Paman, apa Mama meninggalkan Nao karena Nao nakal?”

“Pasti bukan seperti itu, sayang. Mama-mu tidak mungkin melakukan itu. Paman sangat mengenal Mama-mu dan dia tidak akan begitu.” Ucap Jungkook mencoba menenangkan.

Dia mungkin berhasil dengan tujuan membuat Naoki tidak menangis, tetapi ucapannya adalah bumerang bagi dirinya sendiri. Dia sangat mengenal Chizuru? Sekarang ia dipenuhi keraguan tentang kebenaran kalimat itu. Jungkook merasa perlu membawa anak ini untuk kebutuhan informasinya. Bersyukur anak lelaki ini cukup pintar untuk diajak bekerja sama. Satu-satunya jalan yang Jungkook pikirkan adalah membawa Naoki bersamanya, dan berharap dia akan menemukan sang ibu kemudian.

.

.

.

.

.

Jungkook kembali berurusan dengan jalan yang macet dan perasaan gundah. Ia mungkin sudah bersama dengan Naoki, tetapi anak itu sangat pendiam. Dia tidak bicara banyak dan hanya terus menggenggam ponsel Chizuru. Ia mungkin takut, dan satu-satunya hal yang paling baik bagi Jungkook adalah memakluminya.

“Naoki, berapa usiamu?”

“Enam tahun.”

“Jadi kau sebentar lagi masuk sekolah, ya?”

“Iya. Mama berkata nanti Mama akan mendaftarkan Nao sekolah dan setiap hari Mama akan mengantar dan menjemput Nao.”

“Naoki akan tinggal bersama Mama? Lalu bagaimana dengan Papa-mu?”

Pertanyaan itu sebenarnya terlalu cepat untuk dikeluarkan. Tetapi Jungkook terlalu tidak sabar dengan semua ini. Ia benar-benar tidak punya ide dan ingin segera tau siapakah wanita yang ia perjuangan dengan segala upaya itu.

“Mama berkata Papa berada di tempat yang jauh. Dia juga ada di tempat yang jauh dari Osaka. Dan dia tidak ada di sini.”

“Kau pernah bertemu dengannya?”

Naoki menggeleng pelan.

Tidak ada yang salah dari jawaban Naoki. Anak itu mungkin jujur tentang apa yang dikatakannya. Namun hasil dari hal itu adalah keraguan yang semakin menjadi-jadi di hati Jungkook. Dia memiliki banyak imajinasi berdasarkan firasat. Satu yang paling kuat, adalah kejujuran Chizuru yang tidak semua sampai ke telinganya.

Kegilaan yang melanda membawa Jungkook sampai kembali ke rumah utama keluarganya. Pikirannya ia tujukan untuk mencari keberadaan sang wanita, sementara anak yang ditemukannya ini berada di tempat yang aman. Ia mungkin akan memancing api menjadi semakin besar di dalam rumah, namun itu adalah urusan belakang. Saat ini, ia butuh penjelasan.

Soyeon, adik perempuannya yang saat itu bertugas menjaga sang keponakan segera memberikan ekspresi penuh tanya ke arah sang kakak yang tiba-tiba memiliki ekor di belakangnya. “

Oppa…? Siapa…?”

“Tolong kau awasi dia sementara aku pergi. Chizuru menghilang.”

“Maksudnya menghilang?”

“Aku tidak bisa jelaskan lebih banyak kecuali wanita itu menghilang. Anak ini mungkin adalah anaknya.”

“Hah?”

“Pokoknya kau harus mengawasi dia dan jangan biarkan Wonwoo mengatakan sesuatu yang buruk di hadapannya. Aku akan cari Chizuru dulu.”

“Tapi—oppa—a—“

“—aku mengandalkanmu.” Sekali lagi pria itu melangkahkan kaki meninggalkan rumah dengan perasaan yang semakin buruk.

.

.

.

.

.to be continued

Fake Love | Jeon Jungkook 18🚫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang