24

150 25 7
                                    

Pagi-pagi sekali Jungkook sudah bersiap. Ia sudah menghubungi Chizuru, namun ia tidak mengatakan apapun tentang Wonwoo padanya. Ia juga sudah tau kalau Chizuru sedang libur bekerja, jadi ia mengurungkan niatnya untuk mengajak wanita itu ke rumah. Ia tidak ingin mengganggu waktu liburnya. Biarlah kali ini ia menghadapi sendiri apa yang ia perbuat. Sang ibu pun sepertinya sudah tau karena dia juga menghubunginya tadi. Terima kasihlah pada sang kakak, dia sudah siap untuk mengungkapkan kekesalannya pada semua orang.

Jam sepuluh pagi, Jungkook sedang memarkirkan mobilnya di pekarangan rumah saat ia melihat Heojun melambaikan tangan padanya. Mungkin dia mengira Chizuru bersamanya, entahlah. Anak itu terlihat sangat bahagia ketika melihat mobil Jungkook bahkan ia ingin segera berlari mendekati jika ibunya tidak menahannya.

Tidak seperti sang anak, Yoonhee nampak berwajah murung. Ia mungkin kasihan, karena keluarga suaminya bisa bersitegang dalam waktu dekat. Ia juga kasihan pada wanita yang tidak hadir saat ini. Dia percaya bahwa apapun yang dilakukan di masa lalu oleh wanita itu, pasti ada alasannya. Namun ia juga tidak bisa berbuat banyak. Bagaimana pun juga, dia adalah orang lain dalam keluarga ini.

"Paman! Tako ajumma di mana?" Benar saja, Heojun seketika melayangkan pertanyaan itu pada Jungkook. Pertanyaan itu mewakili ekspresi sang ibu yang juga sedang bertanya-tanya.

"Dia sedang sakit. Jadi dia tidak bisa datang hari ini. Kenapa? Heojun ingin bertemu dia?"

Heojun mengangguk cepat, "Ibu berkata tako ajumma akan mengajarkan cara membuat makanan yang lebih enak dari takoyaki."

"Heojun-a," sang ibu memilih untuk menarik anaknya dan menggendongnya, "Ibu akan belajar sendiri. Ajumma sedang sakit. Dan... bukankah ibu sudah katakan untuk jangan memanggilnya begitu lagi? Sebut dengan benar."

"Iya, ibu. Chizu ajumma."

Keluguan Heojun mungkin bisa mencerahkan wajah Jungkook sesaat, namun ia tetap tidak bisa untuk lepas dari pikiran tentang Chizuru.

"Nuna, apa kakakku di dalam? Ibu?"

"Semua orang ada di rumah pagi ini."

"Dia sudah mengatakannya pada semua orang?"

"Termasuk pada ayahmu."

Seketika Jungkook panik. "Benarkah?"

"Iya. Tapi... ayahmu tidak berkata apapun. Kau mungkin bisa menjelaskan pada mereka. Ibumu juga masih tidak percaya."

"Baiklah nuna. Terima kasih karena mendukungku. Tapi... sebaiknya nuna tidak perlu ikut membelaku. Aku tidak mau kakakku malah salah paham padamu. Semuanya, biar aku yang tanggung."

Sebelum ia mendapatkan saran lagi, Jungkook beranjak masuk ke dalam rumah meninggalkan Yoonhee. Dia hanya tidak ingin melibatkan orang lain. Dia sangat tau perangai orang-orang di keluarganya. Dia yakin bisa menghadapi mereka dengan dirinya sendiri.

Jungkook sudah bisa membaca situasi ketika ia bertukar pandang dengan sang kakak. Ia tidak bisa menyembunyikan senyuman, ketika ia melihat sang ibu bersama kedua adiknya pun sudah berkumpul seakan kehadirannya sangat dinantikan. Sangat lucu, baginya. Keluarga ini tidak pernah sekompak ini ketika hendak mengomentari orang lain.

"Kalian berdua tidak pergi ke kampus?"

"Tidak, Oppa. Aku tidak punya kelas pagi."

"Aku juga."

"Ah, begitu, ya? Kebetulan sekali. Hyung, juga. Apa tidak perlu pergi ke kantor? Beberapa karyawan mungkin lupa kalau hyung adalah atasan mereka."

"Bagaimana kalau kita langsung ke intinya saja?"

Pertanyaan Wonwoo mengundang Jungkook untuk terkekeh. Terlihat jelas di wajahnya bahwa ia telah menduga kalimat itu keluar dari mulut sang kakak. Dipandangnya satu persatu anggota keluarganya, dan ia berhenti pada mata sang ibu. Ada perasaan bersalah kini mencuat ketika ia sadar bahwa sang ibu khawatir.

Fake Love | Jeon Jungkook 18🚫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang