4

388 21 1
                                    

[Chizuru POV]

"Anone..." untuk pertama kalinya ada suara di antara kami setelah sekian lama, "...ini pertama kalinya aku tidur di apartemen orang lain, rasanya aneh." Aku bergelut di sebelah dirinya, menarik selimut untuk menutupi tubuh telanjangku.

Jungkook tertawa kecil, "ini juga pertama kalinya ada orang lain yang tidur di apartemenku. Sepertinya aku mulai terbiasa." Ucapnya dengan nada santai, sepertinya dia senang sekali. Yah, itu wajar. Bukankah dia baru saja bersenang-senang?

"Hajimeteka? Shinjirarenai. Kau berbohong, kan?"

"Terserah kalau kau tak percaya." Tiba-tiba saja dia berbalik membelakangiku bahkan menguasai selimut. Aku terpana dan kesal di saat bersamaan. Teganya dia.

"Hei, kau melupakan janjimu?" aku duduk di kasur sambil bersedekap, menatap punggung manusia yang berlaku seperti anak tak berdosa itu tajam. "kau sudah membuat kakiku terluka, bahkan menjengkelkan saat melakukan seks, sekarang kau hendak tidur begitu saja?"

Gertakanku berhasil, dia terpancing dan kembali berbalik menatapku. "Jangan bahas itu lagi, kau sudah kuobati kan? Aku sudah bertanggung jawab untuk yang itu."

"Lalu janjimu? Kalau tidak menepati, sama saja dengan tidak bertanggung jawab. Lukaku hampir terbuka lagi karena kau terlalu bersemangat, kau tau?"

"Lalu maumu apa?"

"Ceritakan masalahmu. Dan kali ini jangan bentak aku."

"Kalau aku tak mau?" dia kembali memunggungiku. Sial. Pria ini menjengkelkan sekali. Aku mesti membalasnya.

Dengan mudah aku memeluk punggungnya, menempatkan bibirku di dekat telinganya sambil pelan-pelan meraba lengannya, "kalau begitu kau tidak akan bisa tidur," tanpa peringatan aku menjilat telinganya. Menjijikkan memang, tapi setidaknya itu berhasil menarik perhatiannya. Tanganku bergerak turun senada dengan gerakan bibirku. Aku tau dia terganggu, karena pasti sentuhanku memancing saraf-sarafnya bertindak hebat. Tetapi dia tidak menolak sama sekali, bahkan aku dapat dengan mudah membalik tubuhnya, mendaratkan ciuman-ciuman nakal di dadanya sambil terus merogoh turun di dalam selimut. Aku hampir saja mencapai tujuanku sampai dia menghentikannya. Aku tersenyum lebar mengetahui wajahnya yang kesal, namun juga memerah karena sentuhanku. "Hm," aku tersenyum padanya, "Atashi ga hosutesudakara...hehe."

"Wakatta. Akan aku ceritakan."

.

.

.

.

.

Sial. Karena luka semalam, aku kesulitan berjalan. Jungkook memang mengantarku sampai depan, tetapi tetap saja aku mesti berjalan menuju apartemenku. Aku memakai high-heels, bayangkan betapa perihnya lukaku ketika aku berjalan. Kalau aku melepaskannya, rasa sakitnya tidak berbeda jauh. Bayangkan aku harus menahan sakit dengan berjinjit menaiki puluhan anak tangga! Aku tinggal di apartemen murah yang sangat tidak mungkin menyediakan lift, hanya ada tangga. Dan aku tinggal di lantai tiga! Aku hanya berharap lukaku tidak bertambah parah, bersyukur sekali jika mereka tidak terbuka.

Selagi berjalan sambil menahan sakit, aku memikirkan tentang cerita Jungkook semalam. Haruskah aku setujui? Aku tidak perlu mengkhawatirkan tentang janjinya mengenai bayaranku, tetapi...? Pekerjaan ini seperti menipu banyak orang. Aku khawatir aku akan mengacaukannya.

Penjelasan Jungkook sangat sederhana dan aku memahaminya. Aku hanya perlu berpura-pura menjadi kekasihnya. Keluarganya mendesak dia untuk segera menikah, sedangkan dia masih tak ingin melakukannya. Hanya karena kesal, dia berbicara sembarang dengan mengaku sudah memiliki kekasih yang bahkan melampaui impian sang ibu. Akibatnya dia dihantui oleh kata-katanya sendiri. Sekarang keluarganya menagih kata-kata itu, sedang dia sendiri tak punya siapapun. Di situ diriku berguna. Peranku adalah menjadi kekasih yang melampaui impian ini. Dia tidak menghubungiku dalam waktu lama karena berpikir gagasan itu tidak lagi diungkit. Tetapi, beberapa hari yang lalu tiba-tiba saja keluarganya mendesak untuk membawa kekasih ini ke rumah mereka. bukankah itu gawat? Karena itu semalam dia tergesa-gesa menemuiku.

Fake Love | Jeon Jungkook 18🚫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang