Makan siang di kantin bersama teman memanglah menyenangkan, bahkan bisa membuat makanan yang kita makan terasa lebih enak.
Beberapa hari yang lalu kantin selalu terisi penuh dengan murid-murid yang makan siang di sini. Tapi, hari ini berbeda. Kantin tidak terlalu penuh. Ah, aku tahu. Karena sekarang cuacanya cerah, banyak murid yang membawa bento memilih untuk makan siang di luar.
Cuaca yang cerah di musim semi memang sangat nikmat berada di luar ruangan daripada di dalam ruangan.
Sebentar lagi pohon sakura akan menggugurkan bunganya, menandakan waktu mekarnya sudah berakhir, lalu musim semi juga akan berakhir. Kita tetap bisa bertemu dengan bunga sakura yang indah itu saat musim semi selanjutnya.
Oh iya, setiap pergi sekolah, aku bisa melihat pemandangan pohon sakura yang tumbuh di sekitar sungai, yang searah dengan jalan menuju sekolah. Suasana di sungai itu cukup menyejukkan mata dan hati.
Loh, kenapa aku membicarakan tentang bunga sakura?
Ah... mungkin, karena aku melihat seorang gadis yang bernama Sakura di dekatku. Gadis itu bernama Namikawa Sakura-san. Ini pertama kalinya aku bertemu dengannya di kantin. Dia menyadari kehadiranku di dekatnya menyapaku dengan suara lembutnya itu.
"Selamat siang, Amamiya-kun. Hiroaki-kun juga."
"Halo." Hiroaki menjawabnya sambil menundukkan sedikit kepalanya.
"Ah, Sakura."
"..."
"..."
Hiroaki dan Namikawa-san terdiam. Hiroaki memasang ekspresi kaget, sama halnya dengan Namikawa-san. Aku tidak mengerti kenapa mereka seperti itu. Ada apa dengan "sakura" yang kukatakan tadi?
Ah, aku ingat. Nama belakang Namikawa-san adalah Sakura. Aku tidak bermaksud memanggilnya dengan nama belakangnya.
"Ah, halo Namikawa-san. Tadi aku melamun. Oh iya, pertama kalinya kita ketemu di kantin. Sendirian saja?"
"...Tidak, ada Chi-chan juga." Namikawa-san menjawabnya sambil mengarahkan pandangannya ke tempat antrean.
Kayano-san sedang membawa nampan berisi pesanannya.
"Oh iya, ada Kayano-san di sana."
"Memangnya kamu mikirin apa, Amamiya-kun?
"Itu, bunga sakura sebentar lagi kan gugur. Jadi, aku ingin lihat bunga sakura sebelum gugur.
"Oh, begitu ya..."
"Um. Ngomong-ngomong, sudah ada tempat untuk makan? Kalau belum, di sini saja."
"Makasih, Amamiya-kun."
Namikawa-san meletakkan nampannya di meja kami dan duduk di sebelah kiriku. Meja ini terdiri dari empat kursi, dua kursi sudah diduduki olehku dan Hiroaki, sedangkan dua lagi masih kosong. Namikawa-san memanggil Kayano-san sambil mengangkat tangan kanannya, "Chiaki, di sini."
Kayano-san yang melihat Namikawa-san segera menuju ke tempat kami ini dan duduk di sebelah Hiroaki. Kayano-san mengatakan "selamat siang" kepadaku dan Hiroaki.
Hiroaki hanya bisa diam melihatku berbicara dengan santainya dengan Namikawa-san. Beneran deh, apanya yang hebat bisa berteman dengan Namikawa-san? Perkataannya tadi sangat membuatku penasaran dengan siapa sebenarnya Namikawa-san ini.
Aku dan Hiroaki yang duluan selesai makan sekarang hanya melihat-lihat keadaan di dalam kantin. Hiroaki terlihat seperti ingin menanyakan sesuatu padaku, tapi sepertinya tidak bisa. Mungkin, karena ada Namikawa-san dan Kayano-san.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance in My High School Life
Teen FictionAmamiya Ryuki, seorang anak laki-laki yang berasal dari suatu desa di Prefektur Nagano, mendapatkan beasiswa bersekolah di salah satu SMA yang terkenal di Jepang, Keiyou Gakuen Koukou yang terletak di Tokyo. Impiannya untuk dapat bersekolah di SMA...