Musim semi telah tiba. Bunga sakura telah bermekaran di seluruh penjuru negeri. Mulai musim semi tahun ini, aku akan bersekolah di Keiyou Gakuen Koukou yang terletak di Tokyo.
Aku berjalan di trotoar di samping sungai sambil melihat sakura yang bermekaran. Karena cuaca yang sedikit mendung, kupercepat langkah kakiku ini menuju sekolah baruku.
Dari kejauhan, sudah terlihat gerbang, pagar, dan gedung sekolah. Aku berdiri di perempatan jalan menunggu lampu penyeberangan berubah warna dari merah ke hijau. Terlihat murid-murid Keiyou memasuki sekolah melalui gerbang sekolah yang besar. Sejenak aku terdiam di sini, walaupun lampu lalu lintas sudah berubah warna, aku tetap tidak bergerak sedikit pun.
"Di sini tempatnya," aku bergumam. "...Hanya sedikit lagi sampai ke sekolah, namun kejadian itu terjadi."
Saat memikirkan kembali kejadian di hari itu, berandai-andai jika kejadian itu tidak pernah terjadi, tiba-tiba, rintikan hujan mulai turun dan menyadarkanku. Aku melihat ke arah awan, ternyata sudah ada setumpuk awan hitam yang siap menghujani kota ini. Kulihat murid-murid Keiyou mulai berlarian memasuki sekolah. Ketika lampu penyeberangan berubah menjadi hijau, aku langsung menyeberangi jalan dan menuju ke sekolah.
Aku sudah pernah pergi ke sekolah ini, jadi sudah tahu di mana letak Ruang Staf Pengajaran dan guru yang akan kutemui. Beberapa hari sebelum sekolah dimulai, aku pergi ke sekolah ini untuk mengambil perlengkapan sekolah seperti seragam, pakaian olahraga, uwabaki-sepatu indoor, buku, dan sebagainya.
Aku masuk ke Gedung Utama dan menuju loker sepatu. Terlihat murid-murid sedang mengganti sepatunya dengan uwabaki dan berbicara dengan teman-teman mereka. Aku menuju loker sepatuku seperti yang diberitahu oleh Hiratsuka-sensei. Kucari namaku yang tertulis di loker, "Amamiya, Amamiya...... Aa, ini dia," terletak di bagian paling bawah kanan loker. Aku berjongkok lalu mengganti sepatuku dengan uwabaki.
"Ah, apa kamu murid pindahan itu?" Terdengar suara seorang gadis dari arah kiriku, seperti sedang berbicara kepadaku.
Selesai memakai uwabaki, aku berdiri. "...Ah, sepertinya iya."
Aku melihat seorang gadis cantik dengan rambut panjang berwarna hitam, dipadu dengan matanya yang indah bewarna biru, seakan bisa menghanyutkan diriku di lautan. Kulitnya putih dan wajahnya kemerahan, mungkin karena dingin. Dia memakai kardigan berwarna merah muda di dalam seragam blazernya, kaus kaki hitam panjang sampai di atas lutut dan rok sekolah sedikit di atas kaus kakinya.
"Sepertinya? Hahaha, kamu lucu ya." Dia tertawa karena jawabanku.
Aku bahkan tidak ada niatan membuat lelucon. Apalagi ke orang yang tidak kukenal.
"Iya, mungkin saja ada murid pindahan yang lain."
"Sepertinya tidak ada murid pindahan yang lain. Kalau begitu, sampai jumpa lagi." Dia melambaikan tangannya ke arahku dan pergi.
"Sampai jumpa."
Aku melihatnya berjalan menuju tangga. Karena arah yang kutuju juga sama, aku berjalan sesudahnya. Kunaiki tangga dan tiba di lantai dua. Terlihat gadis itu masuk ke kelas yang berada di arah sebelah kiri tangga. Aku langsung menuju ruang guru, hanya lurus saja dari tangga ini. Dari jauh aku melihat Hiratsuka-sensei sudah berdiri di depan ruang guru.
"Ohayou gozaimasu, Hiratsuka-sensei."
"Ohayou Amamiya-kun. Selamat datang di Keiyou Gakuen Koukou. Ayo masuk ke dalam."
Aku dan Hiratsuka-sensei masuk ke Ruang Staf Pengajaran, berjalan menuju suatu ruangan yang terletak di ruang ini. Sepertinya ruangan itu digunakan untuk konseling para murid atau karena datangnya orang tua atau wali murid ke sekolah ini. Bisa dikatakan sebagai Ruang Tamu Guru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance in My High School Life
Fiksi RemajaAmamiya Ryuki, seorang anak laki-laki yang berasal dari suatu desa di Prefektur Nagano, mendapatkan beasiswa bersekolah di salah satu SMA yang terkenal di Jepang, Keiyou Gakuen Koukou yang terletak di Tokyo. Impiannya untuk dapat bersekolah di SMA...