Hari ini, Kamis, aku bisa kembali ke sekolah karena hukumanku sudah berakhir. Aku sudah selesai berolahraga, mandi, dan juga sarapan pagi. Tepat pukul 7:45 pagi aku berangkat ke sekolah.
Di jalan Sungai Meguro, aku melihat Shiga dari kejauhan yang sedang berjalan menuju sekolah. Aku berlari kecil untuk menyusulnya.
"Yo, Shiga. Selamat pagi."
"Ah, Amamiya. Pagi. Oh, ya, hari ini, kamu bisa kembali ke sekolah, ya."
"Iya. Aku sungguh merasa bosan selama dua hari karena tidak ke sekolah."
"Saat kamu tidak ke sekolah, banyak hal yang terjadi, lo. Dan itu semua tentangmu."
"Eh!? Benarkah?"
"Iya."
"Memangnya apa yang terjadi?"
"Ada rumor yang beredar kalau kamu itu seorang preman, dan lain sebagainya."
"Ah... sepertinya tentang aku yang berkelahi dengan para preman waktu itu tersebar dengan cepat, ya."
"Tapi, Amamiya, ada orang yang mengatakan hal sebenarnya ke seluruh sekolah agar rumor burukmu itu hilang."
"Siapa?"
"Mizuno."
"Atsuko-san?!"
"Berkat dia, rumor burukmu sudah tidak terdengar lagi kemarin. Um, ya, walaupun masih ada yang membicarakan tentangmu."
"Aku tidak tahu."
Ah, pantas saja waktu Atsuko-san datang ke apartemenku, dia terlihat kelalahan. Padahal tidak ada latihan bola basket waktu itu. Aku harus mengatakan terima kasih padanya karena telah menghilankan rumor buruk itu.
"Um, ya, seperti itulah yang terjadi. Jangan lupa katakan terima kasih padanya."
"Ya, akan kukatakan nanti."
Tak lama kemudian, kami sudah tiba di persimpangan jalan dekat sekolah, tempat di mana aku mengalami kecelakaan tahun lalu, dan sampai di sekolah.
Biasanya ada Agitsu-sensei yang berdiri di dekat gerbang masuk sekolah, tapi kali ini tidak. Bukan berarti tidak ada siapa-siapa di sana, melainkan ada beberapa anggota OSIS. Itu dari komite kedisiplinan sekolah. Ah, ada ketua OSIS juga. Sepertinya mereka sedang melakukan pengecekan seragam. Aku dan Shiga masuk melewati gerbang itu, melewati komite kedisiplinan sekolah dan ketua OSIS.
"Jadi, hari ini kamu mulai kembali ke sekolah, ya?"
Kudengar suara ketua OSIS yang sepertinya bertanya kepadaku. Aku berbalik dan menjawabnya, "Ya."
"Semoga hukuman itu bisa membuatmu sadar."
"Senpai mengatakannya seperti aku sudah melakukan kesalahan." Ah, aku benar-benar tidak suka berbicara dengan orang seperti ketua OSIS. Sudut pandang kami sungguh berbeda.
"Bukannya kamu memang sudah melakukan kesalahan dengan cara melanggar peraturan sekolah?"
"Benar, tapi apa yang kulakuka waktu itu bukan kesalahan."
"Apa kamu berniat melakukan hal yang sama jika hal itu terjadi lagi?"
"Ya. Jika tidak, hanya penyasalan yang tersisa."
"Tidak peduli siapa orangnya?"
"Ya. Bahkan jika orang itu adalah Senpai, aku juga akan menolongnya." Karena aku sudah berjanji dengan ibuku yang sudah tiada kalau seorang lelaki harus melindungi perempuan.
"Be, begitu, ya."
Aku tidak mengatakan apa-apa lagi. Aku berbalik untuk menuju ke kelas. Kukira Shiga sudah pergi duluan, ternyata dia masih bediri di belakangku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance in My High School Life
Teen FictionAmamiya Ryuki, seorang anak laki-laki yang berasal dari suatu desa di Prefektur Nagano, mendapatkan beasiswa bersekolah di salah satu SMA yang terkenal di Jepang, Keiyou Gakuen Koukou yang terletak di Tokyo. Impiannya untuk dapat bersekolah di SMA...