Entah kenapa hari ini aku bangun dengan keadaan badan yang kurang segar. Otot-ototku terasa sedikit sakit. Saat melakukan push-up, otot lenganku terasa sakit. Saat menggerakkan kepalaku untuk melihat ke kiri dan ke kanan, leherku menjadi sakit. Ini pasti akibat dari permainan voli kemarin yang membuat otot-otoku menjadi tegang dan akibat salah posisi tidur yang membuat leherku sedikit susah digerakkan dan terasa sakit. Sungguh permulaan pagi yang tidak bagus. Walaupun sebelumnya aku pernah mengalami hal yang serupa saat membaca novel yang sedih itu. Aku sendiri tidak ingin mengingat judulnya lagi.
Seperti biasa, sesudah membuat dan makan sarapan pagi ini, aku langsung berangkat ke sekolah, SMA Akademi Keiyou. Tentu saja dengan berjalan kaki. Berjalan di trotoar sambil melihat keadaan sekelilingku merupakan hiburan tersendiri saat berangkat ke sekolah.
Sekarang sudah pertengahan Mei yang mana sebentar lagi musim panas akan tiba. Seragam pun berganti menjadi seragam musim panas. Suhu udara sudah naik secara perlahan-lahan. Aku menghadap ke arah datangya cahaya matahari. Hari ini pun terlihat menyilaukan. Cuaca cerah memang indah.
Sekolah sudah terlihat di depan mata. Aku menyeberangi jalan di perempatan, tempat di mana kecelakaan itu terjadi, lalu berjalan ke arah pintu gerbang sekolah bersamaan dengan murid-murid Keiyou lainnya.
Seperti biasa juga, mereka masih memandang rendah diriku sambil berbisik dengan teman mereka. Lakukan sesuka hati kalian saja.
Masuk ke sekolah melalui gerbang besar sambil mengatakan "Selamat pagi" kepada Agitsu-sensei yang berdiri di dekat gerbang. Hari ini pun Agitsu-sensei berada di situ. Sepertinya memang sudah menjadi kebiasaanya berada di dekat gerbang di pagi hari. Pasti Agitsu-sensei mempunyai alasan kenapa selalu berada di situ. Apa karena kecelakaan tahun lalu membuatnya selalu berada di dekat gerbang sebagai pengawas?
"Pagi, Amamiya-kun..."
Suara lembut menggema di telingaku yang sepertinya suara itu berasal dari arah belakangku. Suara yang sudah kukenal.
"Ah, pagi, Namikawa-san..."
Aku berhenti sejenak untuk melaraskan posisiku berjalan dengan Namikawa-san. Ah gawat, aku belum bisa menggerakkan leherku secara leluasa.
Sejak masuk ke sekolah ini, aku cenderung berbicara sedikit formal, berbeda dari murid lainnya. Tapi hari ini kucoba untuk mengubah itu. Aku sudah tidak berbicara terlalu formal dengan Taka sejak ke Meiji Jingu bersamanya. Ini seharusnya bisa menjadi langkah yang baru untukku agar bisa menjadi pribadi yang mudah diajak berbicara. Dengan demikian, aku bisa dengan mudah berteman dengan mereka. Pastilah aneh saat ada murid yang berada di tahun dan kelas yang sama, tapi malah berbicara secara formal. Ah, tunggu sebentar. Aku mengenal seseorang seperti itu walaupun tidak sekelas dengannya.
Karena saat ini aku bertemu dengan Namikawa-san, mungkin ada baiknya langsung kupraktikkan.
"Amamiya-kun, sepertinya kamu agak beda hari ini."
"Beda di mananya?"
"Kamu terlihat kaku. Seperti robot saat lihat ke arahku."
"Ah... ini, leherku sakit. Ngga bisa bebas digerakin."
"Pasti karena salah posisi tidur."
"Sepertinya sih. Kemarin aku kelelahan, jadi asal tidur."
"Begitu ya..."
"Lagian nanti juga bisa bebas digerakin lagi."
"Iya..."
Kami bersamaan masuk ke Gedung Utama dan berpisah saat menuju loker sepatu masing-masing. Setelah memakai uwabaki-ku, kulihat Namikawa-san seperti sedang menunggu seseorang. Mungkinkah Kayano-san? Saat aku berjalan di depannya untuk menuju arah tangga, dia langsung mengikutiku. Jadi, ternyata dia menungguku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance in My High School Life
Ficção AdolescenteAmamiya Ryuki, seorang anak laki-laki yang berasal dari suatu desa di Prefektur Nagano, mendapatkan beasiswa bersekolah di salah satu SMA yang terkenal di Jepang, Keiyou Gakuen Koukou yang terletak di Tokyo. Impiannya untuk dapat bersekolah di SMA...