Chapter 14: Menepati Janji

13 0 0
                                    

Tidak terasa sekarang sudah memasuki bulan Juni. Banyak hal telah terjadi sejak aku beresekolah di Tokyo.

Hari ini tanggal 4 Juni, hari Sabtu, aku memiliki janji dengan Taniguchi-san.

Janji ini mengenai kemenangan tim bola voli putri saat penyisihan Inter High yang mana aku akan menemaninya belanja jika tim bola voli putri meraih kemenangan.

Namun, perjalanan tim bola voli putri di penyisihan Inter High sudah berakhir. Mereka mengalami kekalahan di pertandingan keempat mereka. Saat mereka kalah, beberapa pemain seperti Nazuka-san, Shimizu-san, Taniguchi-san, dan beberapa orang yang tidak kuketahui namanya, mengunjungi ruang klub bantuan, tempatku berada setelah sekolah usai, dan meminta maaf.

Awalnya, aku tidak mengerti kenapa mereka meminta maaf padaku mengenai kekalahan yang dialamimereka. Ternyata, mereka takut aku kecewa terhadap kekalahan itu.

Aku menjelaskan lagi kepada mereka kalau selama mereka bertanding dengan sungguh-sungguh untuk meraih kemenangan, maka apapun hasilnya bukanlah masalah. Memang benar kalau menang akan terasa sangat menyenangkan, tapi kekalahan bukanlah hal yang memalukan. Rasa semangat yang mereka kerahkan saat bertanding itu seperti bisa kurasakan dan kuterima dengan bangga.

Kekalahan ini mungkin merupakan kekalahan pertama yang sangat menyakiti perasaan mereka. Setidaknya, mereka bisa belajar dari kekalahan ini untuk bangkit kembali.

Hal yang berbeda dialami oleh tim bola basket putri. Fuyukawa-san dan kawan-kawan berhasil melaju ke babak selanjutnya. Kalau tidak salah, mereka akan memainkan pertandingan babak perempat final pekan depan. Semoga mereka bisa menjadi juara dan mewakili Tokyo turnamen utama nanti.

Setelah itu, kukatakan kepada Taniguchi-san kalau aku akan menepati janji waktu itu. Setelah mencari waktu yang pas, kuputuskan untuk menepati janji itu pada hari ini.

Kami akan bertemu di depan Patung Hachiko, Shibuya, pukul 1:30 siang.

Sekarang sudah lewat pukul 1 siang. Aku harus bersiap-siap untuk pergi. Pergi lebih awal ke tempat pertemuan sudah menjadi kebiasaanku.

Aku mengenakan baju kaus biasa berwarna biru dan celana jeans berwarna hitam, memakai sepatu berwarna hitam-putih, dan tidak lupa membawa tas pundak.

Dari Daikanyama, aku berjalan kaki menuju Stasiun Shibuya.

Cuaca hari ini sedikit mendung. Pergantian musim dari musim semi ke musim panas memang selalu diawali dengan musim hujan. Semoga saja tidak ada hujan yang turun hari ini. Untuk jaga-jaga, aku menyempatkan mampir ke konbini untuk membeli payung lipat dan memasukkannya ke tas pundakku.

Setelah sampai di Stasiun Shibuya, aku berdiri di depan Patung Hachiko untuk menunggu Taniguchi-san.

Sambil memainkan ponsel di tanganku, aku melihat ke kiri dan ke kanan.

Tak lama kemudian, kulihat seorang gadis keluar dari arah Stasiun Shibuya. Gadis yang kukenal dan yang membuat janji denganku. Gadis itu adalah Taniguchi Hitoka-san.

Mata kami bertemu dan dia segera berjalan ke arahku.

Dia memakai pakaian musim panas. Baju berwarna violet dengan lengan suar yang menutupi lengan bawahnya dan desain front slit yang ringan memberikan efek yang bagus. Setiap kali bergerak, lengan bajunya seperti berkibar, seperti memberikan kesan feminim. Dia memakai rok putih berenda setinggi lututnya. Terdapat tas kecil berwarna biru yang tersangkut di bahunya.

Dia terlihat sangat berbeda jika dibandingkan dengan seragam sekolah dan pakaian olahraga yang selalu dipakainya saat berada di sekolah dan di kegiatan klub. Hari ini dia terlihat sangat feminim.

Second Chance in My High School LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang