Chapter 2: Keiyou Gakuen Koukou dan Amamiya Ryuki

26 2 0
                                    


Keiyou Gakuen Koukou atau juga disingkat dengan Keiyou-kou merupakan salah satu sekolah elit yang berlokasi di Tokyo. Sekolah ini memiliki sistem tersendiri dan kurikulum sekolah untuk mempersiapkan murid-muridnya masuk ke Universitas.

Saat aku kelas tiga SMP, aku mendapatkan informasi tentang Keiyou Gakuen Koukou dari Kepala Sekolah dan juga menyuruhku untuk mengambil ujian masuk melalui jalur beasiswa. Hasilnya, aku lulus. Kepala sekolah, guru, dan teman-temanku merasa senang karena aku diterima menjadi murid dari sekolah elit. Namun, aku merasakan perasaan yang bercampuraduk, antara senang dan sedih. Senang karena mendapatkan beasiswa dan sekolah di salah satu sekolah elit. Sedih karena harus meninggalkan kakek dan nenek.

Aku hanya tinggal bersama kakek dan nenek. Ayahku meninggal saat aku masih dikandungan ibuku dan ibuku meninggal saat aku berumur tujuh tahun. Setelah kedua orang tuaku tiada, aku diasuh dan dibesarkan oleh kakek dan nenekku. Mereka berdua bekerja sebagai petani sehari-harinya. Sejak kecil aku sering mengikuti mereka pergi ke sawah dan kebun, juga melihat bagaimana mereka menjual hasil dari sawah dan kebun di pasar.

Saat mengatakan kalau aku lulus ujian masuk Keiyou Gakuen Koukou, mereka menangis gembira dan menyuruhku untuk pergi bersekolah di sana. Mereka mengatakan kalau aku tidak perlu memikirkan mereka. Mereka mengatakan kalau ini untuk masa depanku, maka mengambil beasiswa itu dan meninggalkan mereka serta kampung halamanku merupakan pilihan terbaik.

Setelah tamat dari SMP, aku akan bersekolah di Tokyo, di Keiyou Gakuen Koukou. Beasiswa yang kuterima dari sekolah ini mencakup seluruh administrasi sekolah, seperti seragam, buku, dan sebagainya. Satu minggu sebelum sekolah dimulai, aku berangkat ke Tokyo menggunakan bus untuk mengambil seragam, buku, dan perlengkapan lainnya. Lalu menuju apartemen seperti yang dikatakan oleh guru SMP-ku sebagai tempat tinggalku di sini. Aku bertemu dengan pemilik apartemen dan menyelesaikan transaksi penyewaan apartemen ini. Biaya sewa per bulan di apartemen ini terbilang murah, kamarnya tidak terlalu sempit, dan suasana di sekitar apartemen juga nyaman, merupakan tempat yang cocok untuk anak SMA sepertiku. Aku tidak sabar memulai kehidupan SMA-ku. Namun itu tidaklah terjadi.

Di hari pertama sekolah, aku pergi ke sekolah sedikit telat karena salah mengatur alarm ponselku. Berjalan di trotoar pinggir sungai sambil melihat sakura yang mekar dan akhirnya tiba di perempatan jalan. Menunggu lampu penyeberangan berubah warna untuk menyeberang. Saat itu, hujan mulai turun sedikit demi sedikit. Mengambil payung dari dalam tas yang kusiapkan sebelum pergi ke sekolah. Banyak murid-murid Keiyou-kou berlarian masuk melalui gerbang sekolah yang besar. Hujan menjadi lebih deras, membuat pandanganku menjadi terbatas. Setelah lampu penyeberangan berubah menjadi hijau, aku langsung menyeberangi jalan.

Melihat ke arah kanan, ternyata ada mobil yang bergerak dan di kiriku ada seorang gadis yang menyeberangi jalan sambil berlari. Mobil itu bergerak dengan kecepatan tinggi sehingga bisa membuat mobil itu menabrak gadis itu. Mungkin pengemudi mobil itu tidak dapat melihat dengan jelas karena hujan deras. Aku berteriak ke gadis itu, "Berhenti." Namun, dia tidak mendengarnya. Secara tidak kusadari, aku berlari menuju ke arahnya dan mendorongnya, tetapi terlambat untukku menghindari mobil itu. Aku ditabrak mobil itu di hari pertamaku bersekolah dan kehilangan kesadaran setelah itu.

Saat aku sadar, aku telah berada di rumah sakit. Kakek dan nenek berada di sampingku saat aku sadar. Mereka menangis sambil berkata, "Syukurlah." Semua biaya pengobatanku ditanggung oleh orang yang menabrakku. Ternyata, aku tidak sadar selama seminggu akibat kepalaku terbentur saat itu.

Akibat kecelakaan itu, aku mengalami patah tulang kaki kanan dan luka di daerah keningku. Memerlukan waktu sekitar tiga minggu agar bisa keluar dari Rumah Sakit. Karena tidak bisa bersekolah di Keiyou-kou, pihak sekolah memindahkanku ke salah satu SMA di dekat kampung halamanku, Nagano Prefektur. Pihak sekolah juga mengatakan kalau aku akan menjadi murid Keiyou-kou di tahun kedua nanti.

Second Chance in My High School LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang