Aku sedikit penasaran kenapa manajer dari Klub Sepakbola SMA Akademi Waseida berdiri di dekat gerbang sekolah. Dia sendirian, tidak ada temannya yang lain di dekatnya. Seharusnya dia tidak berada di sini lagi karena pertandingan latihan sudah selesai. Apa yang terpikirkan olehku adalah dia sedang menunggu seseorang. Mungkin saja dia sedang menunggu seseorang yang akan datang untuk menjemputnya. SMA Akademi Waseida mempunyai hubungan dekat dengan sekolahku, SMA Akademi Keiyuo, itu berarti sekolah itu juga sekolah elite lainnya yang ada di Tokyo. Sudah pasti banyak murid yang berasal dari keluarga elite juga.
Aku berjalan melewatinya lalu kukatakan, "Selamat tinggal." Tiba-tiba dia menarik bajuku. Eh... ada apa ini? Apa dia menungguku di sini? Apa aku sudah melakukan sesuatu?
"Tunggu!"
"Ah, ya? Apa ada perlu sesuatu?"
"Kamu... Ryu-chan, ya?"
"Kenapa kamu bisa tahu nama panggilanku sewaktu kecil?"
Sontak aku kaget mendengar pertanyaannya itu. "Ryu-chan" adalah nama panggilanku sewaktu kecil. Teman-temanku di desa memanggilku seperti itu. Lalu, kenapa gadis ini mengetahui itu?
"RYU-CHAN!!! Aku merindukanmu."
Tiba-tiba gadis yang tidak kukenal ini memelukku dan ada sensasi lembut yang menyentuh dadaku. Apa itu yang menyentuhku tadi?
"Hei, sebentar. Hentikan!"
Tanpa mendengar perkataanku, dia masih terus memelukku. Tubuhnya sangat dekat. Dengan tangan kiri yang masih menutup hidungku dan tangan kanan yang terkunci karena pelukannya, aku tidak bisa melakukan apa pun.
Aku tidak tahu harus bagaimana. Ketika kulihat ke arah kiri dan kanan, semua murid yang masih berada di sekitar sini melihat ke arahku. Seketika aku menjadi pusat perhatian.
Ketika kulihat ke arah wajahnya, dia tampak senang dan terus tersenyum. Akhirnya aku hanya bisa diam sambil menunggu selesai memelukku.
"Amamiya-kun?"
Aku mendengar seseorang memanggil namaku. Ketika kulihat ke arah kananku, ada Namikawa-san.
"Na-Namikawa-san? Mau pulang, ya?"
"Iya. Siapa gadis itu?"
"Aku nggak tahu."
"Kenapa dia memelukmu?"
"Aku juga nggak tahu." Kemudian aku kembali melihat ke arah gadis yang masih memelukku ini. "Hei. Sudah, hentikan!"
"Ah, maaf, Ryu-chan. Aku benar-benar kangen kamu, jadi aku langsung memelukmu tanpa sadar."
"Ryu-chan?" Namikawa-san melihat ke arahku dengan ekspresi penuh dengan tanda tanya di wajahnya.
"Kenapa kamu tahu nama panggilanku sewaktu kecil? Apa kita pernah bertemu sebelumnya?"
"Ini aku, lo! Aika."
"Aika?" Entah kenapa nama itu tidak begitu asing bagiku.
"Eh!? Mungkinkah kamu nggak ingat aku?"
"Iya. Maaf. Mungkin kamu salah orang."
"Bohong. Waktu musim panas dulu, aku pernah ke desamu bersama ayahku. Kita bertemu di dekat sawah lalu menjadi teman. Kita menghabiskan musim panas dengan bermain bersama. Kamu nggak ingat?"
"Ah... kamu gadis yang waktu itu dari kota?"
"Iya. Sudah lama nggak ketemu, ya, Ryu-chan. Sudah hampir 10 tahun."
"Iya, kamu benar, Aika-chan."
Jadi dia dari Tokyo, ya. Tidak kusangka aku bisa kembali bertemu dengan teman masa kecilku di sini. Dalam 10 tahun, penampilannya sangat berbeda. Dia sekarang memiliki tubuh yang tinggi bagi seorang gadis, rambut yang panjang dan berkilau, dan juga kulit yang putih. Wajahnya yang dulu cantik sepertinya menjadi semakin cantik. Tidak kusangka kalau dia adalah gadis waktu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance in My High School Life
Teen FictionAmamiya Ryuki, seorang anak laki-laki yang berasal dari suatu desa di Prefektur Nagano, mendapatkan beasiswa bersekolah di salah satu SMA yang terkenal di Jepang, Keiyou Gakuen Koukou yang terletak di Tokyo. Impiannya untuk dapat bersekolah di SMA...