Kay POV
Denting gelas yang saling bertabrakan terdengar riuh, obrolan ringan sesama murid terdengar di sekitar, tawa tak pernah lepas, merasa seolah-olah bebas. Ya, kami memang bebas sekarang, untuk sementara. Tidak ada tugas, tidak ada papan tulis putih, dan tidak ada hari-hari melelahkan dengan berkutat penuh pada buku karna ujian.
Cause, now we are free!
Aku mengamati sekitar. Seorang gadis dengan dress selutut berwarna abu-abu tengah menghampiriku dengan sepotong cake yang dibawanya dengan piring putih, langkahnya dia buat seseksi mungkin saat tahu bahwa aku sedang memperhatikannya mendekat. Bibirnya yang merah jambu menggumamkan kata-kata tak jelas sambil sesekali tertawa kecil.
"Ini party loh! Jangan bengong kayak monyet!" katanya saat sampai di tempatku berdiri.
Dia menyodorkan cake yang dibawanya, aku menerimanya dengan bingung. Dia mengamatiku atas bawah, aku memakai celana jeans hitam dengan atasan kemeja putih dengan sedikit corak hitam (entahlah, Cristie menyuruhku memakai ini).
"Keren," gumamnya.
Dia memegang kedua pundakku lalu mencondongkan tubuhnya, cake pemberiannya masih kupegang. Lalu secara tiba-tiba, dia mencium pipiku. Kemudian mendorong pundakku sampai aku hampir terjatuh lalu dia tertawa cekikikan sambil berlalu menuju kerumunan orang-orang.
Aku memaki dalam hati lalu berteriak memanggil namanya. "Sonia!"
Dia buru-buru menjauh, berpura-pura tak mendengar. Yakkk!
Aku mengambil sendok kecil lalu menikmati potongan demi potongan cake pemberian sonia dengan kesal.
Ditengah kesalnya hati akibat ulah Sonia, sebuah jemari dengan lembut menarik pipiku yang menggembung penuh cake, lalu terdengar tawa cekikikan. Aku menoleh, speechless menatap seorang gadis dengan dress biru laut serta rambut bergelombang yang berkilauan terkena cahaya lampu. She's my girl! Hahahaha!
"Malam, Sayang." Dia mencondongkan tubuhnya, berbisik di dekat wajahku. High heels membuat tinggi badan kami menjadi sama, tahulah aslinya dia lebih pendek dariku. Muahahaha.
"Malam juga, Sayang," jawabku dengan mulut penuh cake.
Dia tertawa tapi ditutupinya dengan tas kecil warna perak yang dibawanya. Aku ikut tertawa sampai tersedak mengingat mulutku masih penuh cake. Dia malah tambah tertawa. Ah, manis sekali.
Aku kembali menyendok cake. "Mau?"
Dia menggeleng, aku meletakkan piring cake itu di meja lalu mengambil tisu untuk mengelap tangan. Dia ikut menyambar tisu lalu membersihkan sisa cake yang menempel di sekitar bibirku.
"Kamu ini, kayak anak kecil. Gemesinnnn!" Dia menarik kedua pipiku dengan gemas.
"Duduk, yuk." Dia menarikku duduk di meja yang tersebar di beberapa titik di dalam aula.
Cristie memangku dagunya dengan tangan, memandangku dengan senyum, aku melakukan hal yang sama. Lalu kami terlibat obrolan seru, mengenai kelulusan kami dengan nilai memuaskan, mengenai rencana kami yang sudah mantap untuk satu universitas, mengenai hal-hal yang akan dilakukannya bersamaku nanti, ataupun mengenai bagaimana perasaan kami yang sama-sama diselimuti rasa bahagia.
Musik dari band sekolah sepertinya akan dimulai, terbukti dari beberapa pasang muda-mudi yang beranjak dari tempat duduknya dan berkumpul di depan panggung. Ada yang bergerombol dengan teman-teman, ada yang bergandengan tangan berdua saja, ada pula yang sendirian ditemani segelas minuman dingin. Naas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indah Pada Waktunya (Girl×Girl) (On Going)
RomanceKay dan Cristie, keduanya adalah sepasang sahabat yang saling menyimpan perasaan terlarang. Mereka hanya mampu menyimpan tapi tak berani mengungkapkan, seperti kebanyakan sahabat yang saling jatuh cinta namun bergender sejenis. Masing-masing dari me...