2. mainan baru🌟

8.6K 825 91
                                    

Bab.2
Mainan baru

Kediaman keluarga Hermawan nampak sepi. Damar dan Pamela masih di kamar, sedangkan Dania sedang menerima telepon dari teman arisannya. Di dapur, Bi Darti sibuk menata hidangan di meja makan tanpa mengatakan apapun. Dia masih memikirkan ke mana Zia pergi karena seharusnya Zia tidak punya keluarga lain selain Pamela. Rasanya sungguh tega sekali Pamela pada Zia. Bi Darti tahu bagaimana dulu kehidupan Zia dan Pamela karena dia sudah kenal Zia sejak Zia masih bekerja di restoran Damar.

Setelah memastikan semua hidangan dan peralatan makan lengkap, barulah Bi Darti beranjak menaiki tangga menuju kamar Nyonya Dania.

Tok ... Tok ... Tok ....

"Nya. Makan malam sudah siap," ucap Bi Darti.

"Ya. Sebentar lagi saya turun. Dan sekalian ya Bi suruh Damar makan malam juga."

"Baik, Nya." Bi Darti segera berbalik pergi. Sekarang dia ada di depan kamar Pamela. Selama Kenzia menikah dengan Damar, Pamela memang tinggal bersama mereka. Apalagi Nyonya Dania suka pada Pamela yang katanya sarjana berpendidikan dan stylish.

Bi Darti mengelus dada sebelum akhirnya mengetuk pintu.

"Tuan."

"Ada apa, Bi?" Itu suara Pamela yang menjawab.

Tak lama pintu kamar terbuka dan menampakkan Pamela yang hanya mengenakan selimut untuk menutupi ketelanjangannya. Dia bahkan tak repot-repot menyembunyikan dadanya yang nyaris terlihat seutuhnya karena dia tidak sungguh- sungguh menutupi asetnya itu. Bi Darti juga bisa melihat banyaknya bercak merah yang bertebaran di sekeliling dada dan leher.

Lonte!

Maki Bi Darti dalam hati. Bagaimana bisa seorang adik tega berselingkuh dengan kakak iparnya. Apalagi jika ternyata ide bayi itu adalah ide dari Pamela sendiri.

Dasar tidak waras!! Maki Bi Darti lagi dalam hati.

"Ada apa, Bi? Malah bengong lagi," gerutu Pamela angkuh.

Satu lagi perbedaan Kenzia dan Pamela adalah sifat mereka. Jika Kenzia baik hati dan sopan, maka Pamela lebih seenaknya sendiri dan susah dinasehati. Beberapa kali Bi Darti mendengar Kenzia menasehati Pamela untuk memakai pakaian sopan, namun apa daya Pamela seakan menganggap bagai angin lalu nasehat itu.

Ah ... Bi Darti tahu. Sebabnya pasti untuk menggoda Den Damar.

"Bi."

"Eh ... iya, Non. Saya disuruh nyonya untuk memberi tahu Den Damar, kalau makan malam sudah siap."

"Ya sudah. Mas Damar masih tidur. Aku bangunin dulu."

"Permisi, Non."

"Hmm."

Bi Darti segera kembali ke dapur. Dia jengah dan muak dengan sikap Pamela. Rasanya dia tidak akan doyan nasi malam ini mengingat apa yang dia lihat barusan.

***

"Zia mana, Bi?" tanya Damar begitu dia duduk di kursi meja makan. Pamela dan Dania telah terlebih dulu ada di meja makan.

"Eh ... Sebentar, saya panggilkan. Tadi sepertinya di kamar," jawab Bi Darti berpura-pura. Padahal dia tahu jika Zia tidak ada di kamarnya. Kamarnya bersama suaminya, tapi suaminya sudah asik di kamar adiknya.

Malang temen nasibmu, Cah ayu. Rasanya hati Bi Darti terasa ngregesi.

Pura-pura mengetuk pintu, pura-pura memanggil-manggil Zia. Kemudian Bi Darti kembali ke ruang makan dengan tergopoh-gopoh.

"Den, kok ndak ada jawaban ya, Den."

Damar menghentikan suapan tangannya dan meletakkannya lagi.

Cintai Aku (Tamat/ Pdf-ebook Ready)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang