19. Adik siapa? 🌟

11.2K 1K 106
                                    

Pdf ready,
Buat Cintai aku dan Ayunda. Pembelian dua pdf atau lebih akan ada diskon.

Buat judul lainnya juga ada versi pdfnya, atau kalau lebih suka di play store, untuk 7 judul lainnya bisa dibeli di play store ya guys.

Btw sekarang lagi mau nyelesain Baby dan Belva. Tapi kayaknya Belva dikit banget votenya, apa kurang enak ya ceritanya? Jadi mikir-mikir mau ngerjain Belva. Gimana menurut kalian teman-teman?

Happy reading ❤️💜❤️

Bab.19
Adik siapa?

Zia menatap wajah adiknya waspada. Kenapa dengan wajah itu? Ada luka di sudut bibir itu dan memar di sekitar pipinya.

Zia mengernyit.

"Mau apa kamu kesini?" tanya Zia penasaran. Inilah sulitnya jadi Zia. Jika Pamela itu adalah orang lain, dia tidak akan segan-segan mengusir wanita ini dari rumah mertuanya. Tapi, karena hubungan darah mereka, paling tidak Zia merasa sedikit terusik.

"Kak, Mela minta maaf. Mela sudah salah sama Kakak. Kakak mau kan maafin Mela."

"Pulanglah, Mela. Dengan maaf pun semua tidak akan berubah. Saya harap kamu bisa bahagia, karena mungkin kamu yang pantas jadi menantu mantan mertua saya."

Mela sedikit terkejut mendengar bahasa formal Zia. Sepertinya Zia sudah tidak mau perduli lagi padanya.

"Kak ...."

"Pulanglah, Mela. Biarlah kita hidup masing-masing." Zia berkata lirih. Dia sedih, satu-satunya keluarga yang dia miliki malah menjadi duri dalam hidupnya. Kurang apa dia selama ini mengurus Mela? Dia bekerja siang malam, dan mengorbankan masa depannya untuk Pamela, tapi balasannya sungguh tidak terkira. Menyakiti hati dan jiwanya.

"Masing-masing?" tanya Pamela seakan tak percaya. "Apa karena sekarang kakak sudah menikah dengan seorang konglomerat yang hartanya tidak akan habis sampai tujuh turunan, Kak Zia tega dan nggak peduli sama Mela? Jadi hanya karena harta Kakak tega memutus hubungan kita?!" Pamela memulai dramanya.

"Bukan istri saya yang memutuskan hubungan kalian."

Pamela tersentak dan menoleh ke arah asal suara itu. Itu ....

Vagadian Alexander!! Lelaki yang sangat tampan, anak pertama keluarga kaya raya ini.

Pamela segera memasang wajah menyedihkan. Dia membersit hidungnya dengan sapu tangannya seakan dia tengah menangis. Terisak.

Meski sekarang perut Pamela membulat buncit karena kehamilannya, dia yakin jika dia masih sangat cantik. Dia akan menarik simpati lelaki tampan di depannya agar mengasihaninya lebih dahulu.

Di sisi lain, Zia menoleh pada sang suami yang tiba-tiba datang dengan baju santainya. Menatap tak mengerti pada sang suami yang tanpa kata langsungnya merengkuhnya dalam pelukan.

"Bukan istri saya yang memutuskan hubungan kalian. Tapi kamu. Kamu yang memulai semuanya. Apa harus aku bongkar semua rencana busuk kamu dan siapa kamu sebelum Zia bertemu dengan Damar?"

Tatapan tajam mata lelaki tampan itu mencoba mengintimidasi, tapi entah bagaimana Pamela malah merasa seluruh tubuhnya menggelayar dan darahnya berdesir penuh hasrat. Dia menginginkan lelaki jantan itu untuk menghangatkan dirinya. Dia sangat bergairah sekarang hanya karena suara serak dan tatapan tajam itu.

Vaga jengah dengan wajah itu. Dia sedang emosi, oke! Bagaimana bisa wanita satu itu malah terlihat sedang bergairah dan ingin memakannya?! Ngeri juga melihat wajah sayu itu.

Cup.

Vaga mencium bibir istrinya untuk menetralisasi rasa mualnya. Jijik sekali melihat tatapan mupeng itu.

Zia yang mengerti arti tatapan Mela pada suaminya pun menggeleng tak percaya. Bagaimana bisa adiknya terlihat seperti tante-tante haus belaian seperti itu.

"Mela!!" sentak Zia keras.

Pamela tergeragap dan memandang Zia bingung.

"Kalau kamu sudah tidak ada kepentingan, silahkan pulang saja. Sekarang kamu sudah pulang keluarga sendiri dan urus saja keluargamu itu." Zia merasa panas atas sikap Mela pada suaminya.

Pamela yang tidak menyangka jika Zia berani berkata seperti itu padanya pun terbelalak. Seumur-umur, Zia tidak pernah membentaknya atau memarahinya. Tapi sekarang wanita itu berani sekali padanya.

"Kak, apa maksud, Kakak? Mela ke sini karena mencari Kakak. Sejak hari itu, Mela selalu mencari Kakak tapi tidak pernah ketemu. Sekarang setelah ketemu Kakak tega bicara gitu sama Mela?"

Vaga berdecih. Dia memasang badan menghalangi Mela yang maju ingin mendekati Zia.

"Mundur. Kamu pikir saya tidak tahu kalau kau berbohong?" tanya Vaga sinis.

Mela menatap terpesona pada wajah sinis Vaga.

"Herman, Troy," panggil Vaga pada kedua bodyguardnya. Tak lama dua orang lelaki berbadan tegap dan berpakaian setelan serba hitam mendekat.

"Bawa keluar wanita ini!" perintah Vaga.

Mela baru tersadar saat dua orang itu menyeretnya pergi menjauh dari si lelaki tampan. Dia meronta dan berusaha melepaskan diri dari cengkeraman kedua bodyguard yang menggamit kedua lengannya sambil terus menyeretnya pergi.

"Kak ... Kak ... Mela mau ngomong. Kak!!! Zia!! Bangs*t. Kurang ajar lo, Zia!! Lepas!!" Pamela terus memberontak hinga mereka mencapai pintu keluar. "Lo berdua siapa, Hah?! Lo nggak pantas nyentuh gue. Gue calon nyonya kalian. Gue yang bakal berkuasa. Arrghh!! ZIAA!!!"

Vaga mendekap tubuh istrinya yang nampak stok melihat tingkah Pamela. Ternyata seperti ini sifat Pamela sesungguhnya. Zia jadi bergidik membayangkan jika selama ini dia memelihara makhluk liar itu.

"Tidak perlu kamu capek-capek memikirkan wanita itu lagi. Kamu bahkan sudah mengorbankan banyak hal untuk membuatnya bahagia, tapi dia tidak akan pernah merasa puas," ucap Vaga. Zia mengangguk perlahan menanggapi. "Sekarang tugas kamu adalah memikirkan diriku dan kita." Vaga mengedipkan sebelah matanya genit.

Zia tersenyum geli melihat tingkah suaminya. Ternyata kesan sangar dan galaknya hanya kamuflase. Kalau sudah di kamar, lelaki itu berubah manja dan mesum sekali.

"Asiapp, kapten!!"

Vaga gemas sendiri melihat tingkah Zia yang kini tak lagi takut padanya dan segera membopong tubuh istrinya yang kini terasa sangat ringan. Vaga kemudian menyeringai mengingat masa cutinya. Dia harus memanfaatkan semua waktunya untuk berusaha mencetak gol. Siapa tahu selesai dari masa cuti, dia mendapatkan kejutan manis.

"Mas."

"Ayo Sayang, kita berlibur di pulau kapuk."

Tanpa Zia sadari, mata itu menajamkan dan bibirnya mencetak sebuah seringai sadisnya.

***

Cintai Aku (Tamat/ Pdf-ebook Ready)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang