4. Rindu🌟

8.1K 858 74
                                    


Bab.4
Rindu

Denting sendok dan piring terdengar mendominasi di ruangan itu. Lelaki dan wanita itu hanya diam. Sesekali sang lelaki mengamati bagaimana wanita itu menyuap nasi ke dalam mulutnya kemudian mengunyah dengan sabar.

"Saya sudah selesai, Tuan." ucap wanita itu.

Vaga berdecak. Dia tidak nyaman dengan panggilan wanita itu padanya.

"Jangan memakai bahasa formal denganku. Panggil saja Vaga."

"Tapi itu tidak sopan," bantah Zia lagi.

"Aku tidak memberi pilihan!!"

Glek!!

"Makan lagi. Kamu tidak usah takut. Saya tidak akan menagih makanan kamu." Vaga berucap sambil menyuap nasi.

"Tapi saya sudah kenyang." Zia kebingungan.

"Orang gendut itu kan biasanya makannya banyak," sindir Vaga.

Zia menghela nafas perlahan. Lelaki ini ternyata bermulut nyinyir. "Pak. Makan saya memang segini porsinya."

"Lalu bagaimana kamu bisa gendut?"

"Saya juga tidak tahu. Sejak menikah saya tiba-tiba semakin gemuk."

Vaga mengernyit. "Sejak menikah?" Dia malah merasa ada yang salah. "Kamu sudah menikah?" Dia mengalihkan topik pembicaraan berpura-pura tidak tahu.

"Emm ...." Zia menunduk. "Iya, Pak. tapi saya juga sudah diceraikan kemarin."

"Jadi kamu sedih karena dicerai?" Vaga mengambil kesimpulan sendiri.

"Tidak sesederhana itu masalahnya, Pak."

"Ceritakan!" perintah Vaga dengan otoriter.

"Tapi, pak."

"Atau kamu lebih suka mendonorkan semua organ tubuh kamu?"

"Jangan, Pak."

"Kalau begitu ceritakan."

"Sa-saya menikah dengan atasan saya di restoran tempat saya bekerja dulu. Mama mertua saya tidak setuju karena saya bukan orang kaya dan setelah dua tahun menikah saya tidak bisa memiliki anak, akhirnya saya diceraikan," terang Zia singkat.

"Lalu kenapa di kartu penduduk kamu tertulis belum menikah?"

"Itu ... karena pernikahan kami belum terdaftar."

"Bodoh."

Zia menunduk. Dia sadar jika dia sangat bodoh.

"Kamu sudah tidak punya keluarga?"

"E ... itu ... itu."

"Itu-itu apa? Yang jelas kalau bicara."

"Itu, Pak. Sa-saya ...."

"Cepat bicaranya."

"Saya hanya mempunyai seorang adik perempuan."

"Lalu dimana adik kamu?"

"Adik saya ... adik saya." Tanpa di komando air matanya yang sekan tadi dia tahan meluncur jatuh.

Vaga tertegun. Ada apa ini? Sepertinya semuanya tidak sesederhana kelihatannya.

Aku jadi semakin penasaran dengan hidup wanita ini. Sepertinya ada rahasia besar yang masih tersembunyi. Batin Vaga.

***

Damar menatap layar ponselnya dengan pikiran lelah. Sudah berkali-kali dia menghubungi nomor Zia, tapi selalu tidak aktif. Dia sudah pergi ke rumah teman-teman Zia yang dia kenal, tapi Zia tidak disana. Ada perasaan takut yang menghujam hatinya. Berapa kali pun dia berbohong tapi dia benar-benar mencintai istrinya itu. Pamela hanya ada karena dia butuh penerus.

Cintai Aku (Tamat/ Pdf-ebook Ready)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang