20. Hancur🌟

11.3K 1K 91
                                    


Pdf dan ebook play store ready
Yang berminat bisa langsung chat di wa aku yang ada di profil, Kak say. Diskon buat pembelian dua pdf atau lebih. Thank you

Happy reading

Bab.20
Hancur

Vaga memutuskan panggilan secara sepihak. Anak buahnya ternyata masih sangat bisa diandalkan. Siang ini dia ingin memeriksa pembangunan helliped yang dijadwalkan selesai tiga hari lagi. Beberapa hari yang lalu sebenarnya dia sudah mendapatkan laporannya, tapi terhalang kesibukannya yang lain.

Kesibukannya bersama sang istri. Haha ....

Vaga merasakan wajahnya terasa bersinar oleh semangat begitu mengingat ada yang menunggunya pulang di rumah sana. Tak ingin memperpanjang waktu kerjanya, Vaga segera memeriksa langsung ke area helliped bersama beberapa dokter dan orang kepercayaannya yang menjabat sebagai petinggi rumah sakit.

"Tinggal finishing." Suara dokter Farhan membuat Vaga mengangguk. Beberapa pekerja nampak masih hilir-mudik disekitar area.

"Rencananya kapan akan diresmikan?" tanya dokter Danu.

"Minggu depan. Dan saya harap ini bisa mulai digunakan dua minggu lagi," ucap Vaga.

Beberapa dokter yang mengikuti ikut mengangguk-angguk. Mereka juga merasa terbantu dengan adanya helliped tambahan ini. Meskipun Alexander Hospital sudah memiliki satu. Tapi letaknya lumayan jauh karena letaknya ada di gedung A.

Setelah dirasa beres, Vaga dan para petinggi rumah sakit meninggalkan rooftop dan kembali pada kegiatan mereka masing-masing. Hanya Vaga yang masih mengobrol dengan dokter Farhan sambil berjalan menuju ruangan mereka.

Hingga saat Vaga tengah membuka pintu ruangannya, sebuah teriakan menghentikan tangannya yang akan mendorong daun pintu.

"Mas Vaga!" Perempuan yang sering mengganggunya itu muncul entah dari mana.

Vaga menghembuskan nafasnya tanpa mau repot menjawab panggilan itu.

"Mas! Bilang sama Nita kalau berita itu salah. Mas nggak mungkin menikah kan Mas? Cuma Nita calon istri Mas. Jawab, Mas," kejar wanita itu.

Tak mau menjadi pusat perhatian karena banyak perawat yang berlalu lalang, Vaga membuka lebar pintu ruangannya dan masuk. Nita mengikuti jejak langkah Vaga memasuki ruangan praktek Vaga dan duduk cepat dengan gaya angkuh. Menuntut jawaban.

Vaga melangkah tanpa menutup pintu dan meninggalkan daun pintu tetap terbuka lebar. Dia duduk di kursinya santai tanpa khawatir melihat sepasang mata Nita yang melebar seakan-akan akan menggelinding jatuh.

"Mas ... jawab," kejar Nia.

Vaga menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi sebelum menjawab. "Memangnya apa hubungannya dengan kamu?"

Gleg!

Nita menelan ludahnya bingung.

"Ya, nggak boleh dong. Mas harusnya nikah sama Nita."

Vaga merasa kesabarannya semakin menipis. "Memangnya siapa kamu? Orang tuaku saja tidak pernah komplain dengan pilihanku, kamu yang tidak ada hubungan apa-apa dengan keluarga Alexander malah protes. Kamu waras?" Vaga berucap sinis.

Wanita itu tak bisa menyangkal tapi dia juga tidak rela Vaga menikah dengan wanita lain. Dia benci siapapun yang merebut Vaga darinya. Sejak kecil, Vaga adalah obsesinya. Sejak kecil, ibunya sudah menanamkan pemikiran padanya jika dia harus bisa menjadi menantu Carend Alexander. Tapi lagi-lagi dia kecolongan. Dulu dia kecolongan oleh Ellia, dan sekarang entah dengan siapa lagi.

Apa harus dia berubah haluan? Menargetkan Clyde atau Maxy? Yang benar saja. Dia mana betah hidup dengan manusia es seperti Clyde dan dia belum berencana menikahi brondong berisik macam Maxy.

Berarti pilihannya hanya satu. Berjuang membuat Vaga kembali menjadi duda dan masuk ke keluarga ini.

"Nita nggak mau tahu. Mas adalah jodohku. Apa sih kelebihan wanita yang Mas pilih itu? Nita yakin wanita itu nggak lebih cantik dari Nita. Dia pasti cuma perempuan penggoda yang menargetkan harta Mas ...."

"Diam!!" bentak Vaga. Dia tak terima ada yang menghina istrinya. Apalagi di depan wajahnya sendiri.

"Diam, Nit. Kamu sudah kelewat batas. Kamu lupa siapa yang membuat kamu bisa seperti ini? Ibumu dan nenekmu itu bahkan dulu tidak bisa makan kenyang sebelum bertemu dengan keluarga Alexander. Dan kebaikan kami selalu kalian salah artikan. Mulai saat ini belajarlah sopan santun. Kamu bukan keluarga Alexander dan tidak akan pernah menjadi bagiannya. Mengerti kamu, Nita. Katakan itu juga pada ibumu. Aku sudah muak dengan semua tingkah kalian yang sombong."

***

Vaga mengamati raut wajah Nita yang berubah-ubah sebelum pergi meninggalkan ruangannya. Pasti di kepala bodoh itu ada sebuah rencana yang baru disusun untuknya. Kenapa wanita ini ngotot sekali ingin menjadi istrinya? Vaga sampai tak habis pikir dengan tingkah Nita. Tidak ibu, tidak anak, keduanya sama. Begitu ingin menjadi bagian keluarga Alexander.

Dengan menghela nafas lelah Vaga mulai membereskan ruangannya. Dia tidak suka jika ada orang lain yang membereskan ruangannya ini. Mungkin lain kali dia akan meminta istrinya saja yang membereskan ruangan ini. Tapi kasihan juga Zia. Pasti kelelahan.

Ah, itu akan dia pikir belakangan saja. Yang penting dia harus segera pulang ke lantai atas. Dia butuh Zia untuk meredam lelahnya. Sebelumnya tentu saja dia memerintahkan kepada asistennya agar jadwalnya operasi digantikan oleh dokter lain.

***

"Ma, apa benar yang Mama katakan barusan?" Damar nampak di ambang pintu depan wajah syok. Telinganya tak salah dengar kan? Dia baru saja pulang dari Alexander Group dan membuat kesepakatan tentang denda yang harus dia bayar akibat keteledoran petugas restorannya yang berakibat beberapa tamu keracunan, tapi kini dia baru saja mendengar jika pesta yang menyebabkan kerugian restorannya adalah pesta pernikahan Zia. Istrinya.

Tidak! Tidak mungkin. Ini pasti mimpi. Dia tidak mungkin kehilangan Zia.

"Damar." Wajah Dania nampak memucat dan khawatir.

"Mama bohong kan?" tuntut Damar.

Dania merasa serba salah.

"Ma ... Mama bohong kan? Zia nggak mungkin menikah sama orang lain. Dia istri Damar, Ma."

"Mas!" Pamela tak terima, Damar masih menyebut Zia sebagai istri. Kalau Zia istri Damar, lalu dia ini apa?

"Zia istri aku. Selamanya akan menjadi istri aku." Damar tak mendengarkan protes Pamela. "Semua ini gara-gara Mama," tudingnya marah. "Coba saja Mama tidak menyabotase kehamilan Zia. Zia pasti sekarang masih menjadi istri Damar dan sudah melahirkan anak Damar. Semua salah Mama!!!" Damar baru beberapa hari yang lalu mengetahui jika ternyata selama ini ibunyalah yang membuat Zia tidak bisa hamil. Celakanya dia tahu saat semua sudah terlambat. Dia kehilangan Zia.

"Mama jahat ... Mama jahat sama Damar!! Apa salah Damar sama Mama?!"

Pyarrr!!

Brakkk!!

Damar membanting sebuah gelas kristal yang ada di depannya keatas meja kaca. Kristal itu langsung hancur, begitu juga dengan meja kacanya. Pamela dan Dania mengkerut ketakutan melihat kemarahan Damar. Mereka tak berani untuk sekedar bersuara.

Tubuh Damar meluruh di lantai sambil kedua tangannya menjambak rambutnya frustasi. Hancur sudah semuanya. Kini yang dia dapatkan hanya hampa.

***

Cintai Aku (Tamat/ Pdf-ebook Ready)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang