10. Alika tidak yakin🌟

8.7K 981 86
                                    

Bab.10
Alika tidak yakin

Zia masih setia mengatupkan bibirnya meski Vaga telah meninggalkan mereka. Sekarang dia kebingungan bersikap di depan wanita ini yang kemungkinan ibu atau kekasih Vaga. Kan jaman sekarang banyak juga pasangan yang saling memanggil menggunakan 'mimi pipi', atau 'bebeb'. Zia bergidik sendiri mengingat panggilan alay itu.

"Sayang, nama kamu siapa?" tanya Alika lembut, tak ingin membuat wanita di sampingnya ketakutan. Dia mengajak Zia duduk di ranjang.

Zia tersenyum kaku dan menjawab. "Kenzia, Nyonya." Jemarinya saling bertautan dan meremas. Kebiasaannya saat gugup.

"Kenapa kamu memanggil Nyonya? Panggil Tante saja, oke?"

Zia mengangguk tak nyaman. Sebenarnya dia tidak berani memanggil wanita di depannya dengan sebutan itu karena dia merasa hanya sebagai seorang pembantu.

"Zia. Kalau boleh Tante tahu kamu pacarnya Vaga, ya?" tanya Alika lagi.

Mata Zia membola. Lalu buru-buru menggeleng panik. "Bukan, Tante. Saya disini sebagai pekerja saja. Dokter Vaga itu atasan saya," ralat Zia.

Alika melipat dahinya, dia tentu saja tidak akan percaya. Selama ini Vaga tidak suka ada orang lain yang memasuki apartemennya ini. Tapi dari wajah gadis ini dia tidak mendapati suatu kebohongan.

"O ya? Tante baru tahu kalau Vaga butuh pembantu. Memangnya kalian bertemu di mana? Agen penyalur pembantu rumah tangga?"

"Bukan, Tante!" sanggah Zia cepat. "Waktu itu Zia sedang memiliki masalah lalu tidak punya tempat tinggal, jadi Zia mau mencari penginapan. Eh ... Zia malah kesasar sampai di depan Alexander Hotel, padahal itu kan hotel mahal. Karena Zia kelelahan dan belum makan dari pagi, malam itu Zia pingsan Tante."

"Lalu?" kejar Alika tak sabar mendengar runtutan cerita Zia. Dia penasaran dengan hubungan Vaga dan gadis cantik di sampingnya. Siapa tahu kan Vaga selama ini menyembunyikan pacarnya dan malas menikah karena gagalnya pernikahannya yang dulu.

"Lalu waktu saya bangun, saya ...em." Tentu saja dia ragu menceritakan bagian yang kurang pantas itu.

"Kamu apa, Sayang? Cerita sama Tante," bujuk Alika. Dia merasa ada yang tidak beres. Mungkin saja kan Vaga memaksa gadis ini.

"Lalu saya mau pergi tapi kata dokter, saya bakal dia bedah dan organ tubuh saya mau disumbangkan. Zia memohon sama dokter biar diijinkan kerja saja. Membersihkan apartemen ini sekaligus memasak untuk dokter."

Jika Alika adalah tokoh di Film kartun, mungkin sudah muncul api dan asap hitam yang membumbung tinggi dari kepala Alika.

Putra sintingnya itu seenaknya mengancam anak orang untuk menjadi pembantunya.

"Kamu dibayar berapa per bulan?"

"Eh? Tidak dibayar, Tante." Zia menjawab polos.

"Apa?!! Terus kamu kerja gratisan begitu?"

Zia menggaruk pipinya bingung. Dari pada dibedah kan?

"Em ... sepertinya begitu, Tante. Saya kan sudah mendapatkan tempat tinggal dan makan. Jadi ya mungkin sebagai balas budi?" ucap Zia tak yakin.

Alika mendelik mendengar keterangan Zia. Haishh, anaknya ini. Kenapa dari ketiga anaknya tidak ada yang bisa membuat dia tenang? Ketiganya selalu membuat dia khawatir.

"Lagipula itu masih mending daripada saya dibedah dan organ saya disedekahkan, saya kan belum siap mati."

"Sebenarnya apa maksud kamu dari tadi tentang organ tubuh kamu disedekahkan? Kamu diancam?"

"Itu termasuk ancaman tidak ya?" Zia bingung. "Tapi saya takut."

Oke. Sekarang Alika mulai paham dengan apa yang terjadi di sini.

***

Vaga mondar mandir di ruang televisi dengan khawatir. Dia tidak tahu apa yang akan ibunya lakukan padanya jika tahu kenyataan yang sebenarnya. Oh tunggu ... kenapa bisa ibunya tahu? Seharusnya ibunya itu di rumah saja, ngelonin bayi besarnya yang bernama Carend itu.

Plakk!

Ingatkan dia jika orang yang dia sebut sebagai bayi besar itu adalah penanam bibit di rahim ibunya hingga terciptalah dia.

Vaga segera menoleh ketika mendengar derap langkah dari arah kamarnya. Dia memaksakan senyum di bibirnya meskipun dia ragu akan terlihat seperti apa wajahnya kini.

"Mom, Mommy sudah mau pulang kan? Biar Vaga antar sampai basement."

Bugh!! Bugh!!

"Anak kurang ajar. Kamu ngusir Mommy?" Alika menggunakan bantal sofa untuk mengamuk anaknya.

"Mom, stop. Bukan gitu maksud Vaga ...."

Alika menatap lelaki di depannya dengan sengit. "Lalu apa? Kamu mau buat alasan apa lagi huh?! Setelah menyembunyikan wanita di apartemen, terus apa lagi? Astaga!!"

"Mom, Vaga bisa jelasin."

"Mommy nggak butuh penjelasan kamu. Dengar ya, sebelum Daddy kamu tahu masalah ini sebaiknya kamu segera bawa Zia ke rumah dan perkenalan dia sebagai calon istri kamu. Kamu tahu kan bagaimana Daddy kamu kalau sudah marah? Nggak anak nggak bapaknya sama saja!" murka Alika.

"Mom, dia itu hanya sebatas pembantu disini. Mommy nggak usah berlebihan bilang ke Daddy." Vaga sudah berdiri di hadapannya mamanya berniat menghalangi.

Alika menghempaskan diri ke sofa. Dia merasa lelah hari ini. Apalagi Clyde yang semakin hari semakin irit bicara dan sering tidak pulang. Sementara si bungsu entah mulai gila apalagi anak itu. Setiap hari berdandan rapi dan memakai parfum menyengat. Meski sudah satu jam si bungsu pergi, bau parfumnya belum juga hilang.

"Yakin cuma pembantu?"

"Em ... iyalah."

"Kalau begitu Mommy akan bawa Zia buat kerja dirumah saja. Mommy akan kirim office boy ke sini sebagai gantinya."

"Mommy apa-apaan sih? Dia punya Vaga, oke."

"Jangan bilang kamu cinta sama perempuan itu?" tuduh Alika.

Vaga gelagapan sendiri. "Nggaklah, Mom. Ada-ada aja Mommy ini." Vaga tersenyum kikuk.

"Yakin?"

"Yakin, Mom."

"Ck. Mommy yang nggak yakin." Alika mulai rileks dan duduk santai.

"Mom, Zia mana? Kenapa dia nggak ikut keluar? Mommy nggak ngapa-ngapain Zia, kan?" Vaga berubah khawatir ketika tidak melihat Zia keluar kamar.

"Mommy tampar dan jambak perempuan tadi sih, nggak tahu juga gimana keadaan dia sekarang," ujar Alika tanpa rasa bersalah.

"Apa?!! Mommy keterlaluan!!"

Vaga berlari kalang kabut membayangkan Zia terkapar tak sadarkan diri di kamarnya.

Sementara Alika tersenyum remeh menatap punggung anaknya.

"Katanya nggak cinta?! Cih. Dasar pembohong satu."

***

Cintai Aku (Tamat/ Pdf-ebook Ready)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang