Luna sedang duduk santai di ruang keluarganya sambil memakan cemilan-cemilan yang sudah ia beli terlebih dahulu.
Setelah tadi sempat bertengkar dan mendapat skors di sekolah, Luna tidak tahu akan melakukan apa dan sekarang pun ia bingung apakah ia akan memberitahu orangtuanya atau tidak? Dan Luna penasaran dengan reaksi yang akan diberikan oleh orangtuanya apakah mereka akan marah atau tidak?
Luna akhirnya memilih untuk memberitahu orangtuanya. Luna mulai mencari kontak ibunya lalu menelfonnya.
"Halo sayang, ada apa kamu menelpon mama?" Tanya mama Luna lewat sambungan telepon.
"Luna hanya mau memberitahu mama kalau Luna diskors selama tiga hari dari sekolah karena Luna bertengkar ma." Jawab Luna.
"Tapi kamu tidak apa-apakan?"
"Tidak ma."
"Ya sudah kamu habiskan saja waktu kamu selama masa hukuman kamu, nanti mama akan kirim uang buat kamu."
TERKEJUT, pasti.
KECEWA, sangat.
Bukan jawaban itu yang Luna harapkan. Yang Luna ingin dengar adalah mamanya marah dan memberi hukuman ke Luna misalnya tidak akan memberinya uang jajan, tapi semua itu diluar dugaan.
Mamanya malah menyuruh Luna menghabiskan waktu dan ingin mengirimkan Luna uang.
Mungkin buat kalian itu jawaban menyenangkan, tapi bagi Luna itu jawaban menyakitkan, karena Luna juga ingin merasakan perhatian dari orangtuanya, bukan hanya memberinya harta dan materi tapi Luna juga berharap jika orangtuanya akan menegurnya jika ia melakukan kesalahan.
Sakit memang tapi Luna tidak bisa berbuat apa-apa, karena sejak kecil ia memang selalu di tinggalkan oleh orangtuanya untuk bekerja. Jadi waktu Luna bersama orangtuanya bisa dihitung dengan jari.
"Mama sama papa kenapa sih? Luna bukan hanya butuh kemewahan dan uang tapi Luna juga butuh kalian, Luna juga mau kalian menegur Luna jika Luna melakukan kesalahan, Luna juga mau mama dan papa menemani Luna saat makan dimeja makan, kalian kenapa tidak bisa mengerti." Ucap Luna sambil menangis.
"Kamu bicara apa sih sayang? Kamu taukan mama sama papa itu cari uang buat kamu."
"Sampai kapan? Apa sampai kalian kehilangan Luna dulu baru kalian akan sadar?"
"Kamu sepertinya kelelahan sayang, lebih baik kamu istirahat karena mama dan papa mau bekerja dulu."
"Tapi ma-" Ucapan Luna terputus bersamaan dengan sambungan telepon yang tiba-tiba dimatikan oleh mama Luna.
Luna marah, ia langsung membanting handponenya dan juga barang-barang yang ada di sekitarnya. Luna seperti orang yang tidak terkendali, ia membanting dan menghempas barang-barang yang ada didalam rumahnya.
Pembantu dan juga security di rumahnya pun tidak bisa menahan Luna yang saat ini sedang mengamuk.
"Kenapa mereka lebih mementingkan uang daripada aku? Hah kenapa?" Teriak Luna.
Luna masih mengamuk, hingga suara motor terdengar di telingga pembantu Luna, pembantu itu tidak membuang waktu, ia langsung berlari keluar dan langsung memberitahu orang itu jika saat ini Luna sedang mengamuk.
Orang itupun langsung masuk, dan langsung menahan tangan Luna ketika Luna akan membanting barang lagi.
Dan seakan terhipnotis Luna langsung berhenti mengamuk dan langsung memeluk orang itu dan langsung menumpahkan air matanya.
"Mereka tidak menyayangi aku, mereka tidak peduli." Ucap Luna sambil sesegukan.
Orang itu hanya mampu menenangkan Luna dengan memeluknya seakan memberi Luna bahwa ia tidak sendiri, dia mempunyai banyak orang yang masih peduli dengannya.
Dan orang yang saat ini memeluk Luna adalah Daniel. Daniel terus mencoba membuat Luna lebih tenang.
Daniel membawa Luna duduk di halaman belakang rumah Luna, karena Daniel takut Luna akan terluka jika menginjak pecahan-pecahan kaca.
Luna sudah lebih tenang sekarang. Daniel pun merasa lega karena Luna
Sudah bisa mengendalikan emosinya yang sempat memuncak."Sekarang kamu sudah lebih tenangkan?" Tanya Daniel (bahasa isyarat).
Luna menjawabnya dengan anggukan.
"Kenapa kamu bisa semarah itu? Apa yang membuat kamu mengamuk?" Tanya Daniel lagi (bahasa isyarat).
"Aku tadi menelpon mama dan memberitahu kalau aku diskors dari sekolah karena bertengkar, aku pikir mama akan marah tapi nyatanya mama hanya menanggapinya biasa saja dan itu sangat membuat aku kecewa dan marah." Jawab Luna.
"Aku hanya ingin seperti orang lain yang akan ditegur oleh orangtuanya jika melakukan kesalahan, aku juga mau di perhatikan, aku mau mereka selalu ada buat aku jangan hanya mementingkan pekerjaan." Ucap Luna lagi.
"Kamu jangan berfikir negatif kepada kedua orangtua kamu, merekakan bekerja keras untuk kebahagiaan kamu." Ucap Daniel (bahasa isyarat).
"Aku tahu, tapi apa aku tidak berhak mendapat pelukan hangat setiap pagi dari mereka, apa aku tidak berhak makan bersama mereka setiap hari di meja makan, apa aku tidak berhak untuk semua itu?" Ucap Luna frustasi.
"Kamu berhak, sangat berhak, tapi kamu juga harus mengerti posisi mereka saat ini. Bagaimana kalau mereka tidak bekerja keras, apa hidup kamu yang sekarang ini bisa kamu rasakan?" Ucap Daniel (bahasa isyarat) secara tegas.
"Tidak Luna, mungkin kamu juga akan mengeluh dan bertanya pada orangtua kamu, kenapa hidup kamu tidak bisa seperti orang-orang yang lain yang bisa naik mobil kemana-mana dan tinggal di rumah mewah." Sambungnya.
"Mereka bukan memilih untuk meninggalkan kamu tapi itu mereka lakukan demi kewajiban mereka sebagai orangtua untuk memenuhi semua kebutuhan kamu dan membuat kamu selalu terpenuhi." Ucap Daniel lagi (bahasa isyarat).
"Jadi aku harus apa? Apa aku harus menerima keadaan ini? Atau aku harus merasakan kesepian terus tanpa kehadiran mereka dan apa aku harus terus bertahan dengan omongan orang yang mengatakan kalau percuma aku punya orangtua tapi serasa gak punya?" Tanya Luna gusar.
"Iklas!!! Yang perlu kamu lakukan iklas, lagian kamu tidak sendiri ada aku, adik aku, mama aku, dan masih banyak orang yang menyayangi kamu. Dan untuk omongan orang lain kamu hanya perlu mengabaikannnya." Tukas Daniel.
"Kamu punya dua tangan tapi kamu tidak bisa menutup mulut semua orang yang menghina kamu tapi kamu bisa menutup telinga kamu untuk tidak mendengar ucapan orang-orang itu." Ucap Daniel lagi (bahasa isyarat).
"Aku bahagia karena aku punya kamu, orang yang selalu bisa menenangkan aku, dan selalu membuat aku berfikir positif, jika tidak semua hal bisa kita nilai dari satu sisi saja." Ucap Luna.
"Aku juga sekarang bisa tenang karena sekarang aku bisa mengerti, mungkin karena aku hanya berfikir jika orangtua aku hanya sibuk bekerja untuk mencari uang tapi aku tidak pernah berfikir jika semua yang mereka lakukan hanya untuk kebahagiaan aku." Sambung Luna
Daniel mengangguk.
"Terima kasih sudah hadir dalam hidup aku dan membuat aku menjadi orang yang lebih baik dalam menilai sesuatu." Ucap Luna tulus.
"Sama-sama sayang." Ucap Daniel (bahasa isyarat).
Walaupun Daniel mempunyai kekurangan yang sangat menonjol tetapi bagi Luna Daniel adalah sosok lelaki yang sangat sempurna, Daniel mempunyai kekurangan fisik tetapi Daniel mempunyai kesempurnaan hati.
Dan walaupun masih duduk dibangku SMA, Daniel mempunyai fikiran yang dewasa yang mampu membuat siapapun selalu berfikir positif seperti dirinya.
🌈🌈🌈
SEE YOU NEXT PART...
TUNGGU KONFLIK YANG BERATNYA YAH DAN ...
Terima kasih sudah membacanya dan jangan lupa baca juga cerita saya yang lainnya dan tinggalkan jejak dan sarannya yah guys..Salam cinta buat kalian semua
See you bye-bye😘😘
Follow my instagram
@ayuayyyy
KAMU SEDANG MEMBACA
DanieLuna (Complete)
Teen Fiction#9 Wattpadstory (27-12-2018) #22 authorindonesia (04-01-2019) Daniel adalah sosok pemuda yang mempunyai kesempurnaan fisik. dia ganteng, tinggi, putih, pintar, berprestasi, dan pekerja keras. Daniel masih sekolah dibangku SMA, tetapi ia sudah bisa m...