Luna dan Jessi sedang berada di kantin. Luna tak hentinya memandangi Daniel dan duduk sendiri di seberang meja Luna. Daniel tampak lahap memakan makanannya tanpa memperdulikan tatapan orang lain padanya.
"Kalau lo mau nyamperin dia, langsung saja gak usah mandangin dia terus." Ucap Jessi tanpa memalingkan wajahnya dari makanannya.
"Gue gak mandangin dia kok." Bantah Luna.
"Masa? Terus itu mata kenapa melihat kesana terus?" Jessi sambil menunjuk tepat dihadapan mata Luna.
"Gue bukan ngeliatin dia." Luna masih saja terus membantah, walaupun ia telah tertangkap basah terus memandangi Daniel.
"Yaelah kalau bukan Daniel yang lo liatin, terus siapa? Gak mungkin cowok yang pake pagar gigi itukan yang lo liatin?" Tanya Jessi sambil mengarahkan tatapannya pada siswa yang lagi tersenyum sambil memperlihatkan behel giginya.
"Gaklah, gak ada kerjaan banget gue ngeliatin cowok alay itu." Balas Luna dengan bergidik geli.
"Sekarang lo mending samperin Daniel, terus tanya apa keputusannya itu sudah final atau dia akan berubah fikiran? Daripada lo terus berharap." Saran Jessi pada Luna.
Luna menimbang-nimbang usulan Jessi dan akhirnya ia pun memberanikan diri menghampiri Daniel yang masih sibuk melahap makanannya.
Luna duduk tepat dihadapan Daniel, membuat Daniel langsung mengangkat kepalanya dan pandangan mereka saling bertemu. Daniel cukup terkejut dengan kehadiran Luna di hadapannya.
"Hai." Sapa Luna kikuk.
Daniel hanya memberikan Luna senyuman tulusnya sebagai tanda sapaan balik.
"Aku hanya mau tanya satu hal sama kamu." Luna mengucapkannya dengan perlahan karena ia cukup gugup berada disituasi seperti ini.
"Kamu mau tanya apa?" Tanya Daniel (bahasa isyarat).
Luna menelan salivanya dengan susah payah," Apa kamu tidak ingin mengubah pilihan kamu untuk hubungan kita?"
"Apa kamu tidak ingin memperjuangkan aku lagi? Memperjuangkan cinta kita?" Tanya Luna tanpa memandang Daniel.
"Sekali lagi aku minta maaf!!! Aku tidak mengubah pilihan aku tentang hubungan kita semua sudah berakhir." Jawab Daniel (bahasa isyarat).
Dan seketika jawaban itu menusuk relung hati Luna. Air mata Luna sudah ingin keluar dari tempat persembunyianya, tapi Luna masih sanggup menahannya.
"Aku sudah cukup memperjuangkan kamu dan cinta kita, tapi aku tidak bisa melakukannya lagi." Daniel berujar lagi (bahasa isyarat).
"Apa kamu sekarang sudah menyerah?" Tanya Luna dengan mata berkaca-kaca.
"Iya!" Jawab Daniel.
Satu kata itu membuat Luna seakan dihantam oleh jutaan benda tajam yang menancap tepat di hatinya. Satu jawaban yang mampu membuat Luna jatuh kembali kedalam luka yang terdalam.
"Sekarang jalani hidup kamu seperti yang orangtua kamu inginkan. Kamu harus mulai mencintai Calvin karena itu yang orangtua kamu inginkan." Daniel berujar kembali.
"Kamu ingin aku mencintai orang lain sedangkan semua cinta aku sudah aku berikan untuk kamu." Luna berujar sedikit teriak.
"Tidak ada lagi yang tersisa dalam hidup aku selain Luka dan air mata." Ucap Luna sambil menyeka air matanya.
Daniel memandang Luna dengan sendu.
"Aku terlalu mencintai kamu sehingga aku lupa cara melepaskan kamu." Ucap Luna." Kamu ingin aku mengikuti keinginan orangtua aku dengan cara mencoba mencintai Calvin kan? Kalau begitu aku akan melakukannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
DanieLuna (Complete)
Teen Fiction#9 Wattpadstory (27-12-2018) #22 authorindonesia (04-01-2019) Daniel adalah sosok pemuda yang mempunyai kesempurnaan fisik. dia ganteng, tinggi, putih, pintar, berprestasi, dan pekerja keras. Daniel masih sekolah dibangku SMA, tetapi ia sudah bisa m...