Chapter 1

83 18 7
                                    

-oktanova-

Pagi hari dengan suasana sekolah yang mulai ricuh yang menghiasi di beberapa sudut sekolah, terlebih lagi kantin. Pasalnya ini sudah memasuki jatah jam istirahat untuk para penghuni sekolah SMA Satu Nusa Jaya, atau yang biasa dengan sebutan SMA Sanjay.

Meski SMA ini termasuk salah satu sekolah negeri yang ada, namun nyatanya SMA yang berstandar Internasional ini juga mampu melahirkan banyak prestasi dalam berbagai tiap tahun ajarannya. Hal ini tentu membuat peminat sekolah ini kian bertambah. Siswa-siswi yang bersekolah di sini pun, adalah mereka yang telah memiliki bakat yang patut diajungi jempol, baik bidang akademik maupun non akademik.

Begitu pula halnya dengan sepasang kembaran yang telah memasuki tahun ke tiga untuk bersekolah di sini. Mungkin untuk nama kedua gadis itu, siapa yang tak mengenal. Di tambah lagi kepopuleritas kedua saudara kembaran itu di sekolah.

Gadis cantik memakai seragam berjas seperti yang di jadwalkan sekolah untuk hari kamis. Gadis dengan bando abu-abu di kepalanya itu berjalan tergesah-gesah menyusuri koridor tiap kelas. Nova berdecak kesal, karena langkahnya kerap kali terhenti akibat bertabrakan dengan beberapa siswa yang berjalan berlawan arah dengannya. Lebih tepatnya ketika murid lain melangkah menuju kantin dilantai bawah malah Nova berjalan munuju ke kelas, yang pasti bukan kelasnya.

"Hai, pinces Nov-nov!" sapa salah seorang murid lelaki yang terdengar di indra Nova. Gadis yang di sapa hanya membalas, "Hai," tanpa sedikitpun menoleh. Bukan, bukan karena Nova sombong, tetapi gadis berkulit putih itu hanya sedang terburu-buru. Karen pada dasarnya Nova adalah sosok yang cukup ramah pada siapa saja. Berbanding terbalik dengan kakaknya Okta yang bersifat dingin.

"Kak Okta..!" teriak Nova begitu sampai di depan sebuah pintu yang bertuliskan XII-1 MIPA, yah itu adalah kelas dari suadaranya.

"Eh, hehehe..." menyadari dirinya menjadi pusat perhatian karena telah berteriak barusan Nova hanya mengenyir sebelum menutup wajahnya.

"Apaan sih, Nov. Ayo masuk!" itu suara berat milik Sipit, eh maksudnya Dito. Dito ayongibrasta, salah satu penghuni di kelas ini sekaligus sahabat dari kakaknya, Okta.

Nova menuruti perkataan Dito, ia pun perlahan mulai masuk dengan mata mencari sosok kakaknya. Itu dia. Okta berada di antara sekelompok siswi yang sedang menyatat sesuatu pada buku mereka masing-masing.

Tentu saja Nova tidak lupa bahwa ini adalah kelas di mana para murid pintar berkumpul, termasuk kakaknya yang ia ketahui sangat lihai dalam pelajaran ekstrak, seperti matematika dan fisika itu. Jadi, terlihat wajar saja jika di kelas ini masih banyak murid yang memilih tidak ke kantin.

Berbeda dengannya, Nova berada di kelas XII-1 BAHASA karena kemampuannya memang lebih menonjol di bagian berbahasa itu. Nova bahkan bisa menguasai bahasa Inggris, Jepang dan Arab untuk saat ini.

"Ihs, Kak Okta kok tega banget, sih sama ade-nya?" rengek Nova yang telah berada tepat di sebelah Okta. Hingga Okta menghentikan tangannya yang sedang menulis itu, begitupun dengan temennya yang beralih menatap sosok yang di kenal dengan sebutan seleb di sekolah ini.

"Apa lagi, sih Nov? Kaka tega apa coba? Ganggu orang aja, kamu!" Okta, si gadis dsngan kunciran rambut itu kini beralih menatap kembarannya tajam.

"Ih, kak Okta kebiasaan deh, natap Nov gitu! Nov takut tahu! Nov kesini cuma mau minta uang jajan. Punya Nov ketinggalan, hehe.."

"Jadi lo mau pinjem punya, gue gitu?" balas Okta datar.

Nova menggeleng, "Nov mau minta, bukan pinjam. Sekarang kak Okta udah berani pakek lo-gue lagi, Nov aduin bunda tahu rasa, deh."

"Ya udah, nih. Setengah aja, kaka juga mau jajan. Lagian kamu tuh ember banget, sih? Dikit-dikit ngadu." Okta menyerahkan uang berwarna hijau dari kantung seragamnya yang ditatap dengan mata berbinar oleh Nova.

"Makasih, Okta ascrilia kakak tomboyku, sayang. Lagian Nova tuh, penurut bukan ember. Kaka tuh yang bandel," ucap Nova sebelum melangkah cepet meninggalkan kelas Okta yang terlihat kesal.

Sepeninggalan Nova, Okta memilih bangkit dari duduknya tuk segera menuju kantin. Okta adalah tipikal cewek yang tak bisa menahan rasa lapar, di tambah lagi dengan kondisi lambungnya.

"Dit, kantin yuk? Temenin gue," ajak Okta.

"Cuy lah, laper juga gue. Btw, tadi adik seleb lo ngapain?" Okta dan juga Dito kini berjalan beriringan di sepanjang koridor.

"Biasalah, suka ceroboh, Dit. Uang jajan sendiri aja lupa di ambil."

Dito yang mendengarnya hanya menggeleng-geleng. Memang ia sudah paham betul perihal kedua kembaran tersebut. Bagaimana tidak, sejak jaman Tk sampai sekarang mereka sudah menjalin pertemanan. Walau ia lebih terlihat dekat dengan sosok cewek tomboy di sampingnya sekarang, namun itu semua tak membuatnya kekurangan info untuk salah satu cewek most wanted SMA Sanjay, seperti Nova.

"Eh, Ta. Nanti sore kita latihan gak, sih? Gue kan minggu kemarin gak ikut latihan ceritanya." Dito membuka obrolan dengan topik yang baru. Topik yang paling di gemari oleh Okta. Yaitu, tentang eskul tekwando. Yah, kedua sahabat ini memilih bergabung menjadi bagian dari eskul ini sejak awal masuk SMA Sanjay, dan sekarang mereka sudah menjadi senior, lah!

"Ada-ada. Pasti ada, dong. Ntar juga hari pembukaan buat yang baru gabung dari kelas sepuluh." ucap Okta bersemangat, "lo mau pesen apa, Dit?" sambungnya tepat setelah memasuki kantin. Kali ini kantin tampak sudah sedikit lengah dari biasanya yang berdesak-desakan hingga tak menyisakan tempat duduk. Mungkin karena mereka keluar sedikit telat.

"Gue, mie ayam aja. Minumnya samain, yah!"

"Oke, tunggu sekejep ye!" balas Okta dengan bahasa ala Malayunya.

-Oktanova-

Pendek, yah?
Hehe.. Memang cerita ini tuh, aku sengaja buat agak pendek-pendek per part-nya. Agar mudah buat publik.

Follow Instagram:

@maulinarsari1

Salam hangat,
MOLYSA

OktanovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang