Chapter 17

30 20 0
                                    

"Si Dito, gimana sekarang, Ta?" tanya seorang siswi yang berjalan beriringan bersama Okta. Mereka hendak menuju kantin.

"Yah, gitu deh. Kakinya sih, masih dipakek gips, masih di rumah gue kok." Okta membalas.

"Kata El, tadi mereka mau jenguk deh. Jadi ke rumah lo tuh, Ta."

"Beneran? Siapa aja?" teman di sebelah Okta tampaknya berfikir sejenak.

"Ah, gak tahu pasti, Ta. Yang jeles tadi gue dengernya Eldrik, Deren, sama Yusuf, deh." Okta mengangguk-angguk kepalanya. Mereka berdua terus melangkah dan saat melintas perkarangan kelas IPS, ia menangkap sosok kembarannya di sana.

"Kak Okta," panggil Nova yang berjalan menghampiri Okta dan temannya itu. Adara juga ikut mengekori di belakang.

"Kak, si mantan gebetan Kakak gak ngasih Kakak undangan?" celetuk Nova yang langsung membuat gadis berambut terkuncir itu bingung.

"Maksud lo apa sih, Nov?"

"Itu, si Zafran lagi bagi undangan pesta ultahnya, ntar malem. Kakak gak dikasih?" Okta membuang nafas kasar.

"Gak peduli gue," balasnya tajam.

"Jangan jutek-jutek kali, Kak. Siapa tahu emang jodoh."

"Terserah lo deh, males gue, Nov! Udah ah, yuk pergi." Okta menarik lengan temannya lalu langsung melangkah pergi meninggalkan Nova yang mati-matian menahan tawa. Wajah Okta yang memerah kesal, itu menjadi lelucuan tersendiri untuk Nova.

"Jahat amat lo Nov," sahut Adara yang tak percaya dengan kelakuan Nova barusan.

"Udah biasa itu mah, btw mau ke mana lagi, perpus atau kanti?"

"Kanti aja, yok. Udah laper gue," balas Adara yang langsung disetujui Nova. Keduanya pun langsung melangkah menuju kantin mengisi perut-perut yang kelaparan.

***


Langkah kaki Nova terhenti ketika mendengar seseorang memanggil namanya barusan. Nova menoleh ke arah samping, memperhatikan seorang siswa dengan pakaian urakan dan wajah di penuhi keringat.

"Tadi manggil Nova, kan?"

"Iyalah, emang ada Nova yang lain. Ada perlu nih, gue." balas Dirgam, adik kelas yang menyandang gelar badboy di sekolah.

"Uh, lo mah emang saat butuh doang datang ke Nov."

"Dih, gitu amat. Gak ditanya nih, perlu apa?" ucap Dirgam sembari memainkan alisnya.

"Apa emamg?" dari gerak-gerik Nova terlihat tak sabar, bukan karena penasaran. Tetapi, ia harus buru-buru segera masuk kembali ke kelas. Barusan ia hanya meminta izin ke toilet sebentar.

"Dih, mau banget bahas di sini? Penting lho ini." Dirgam bertolak pinggang, sepertinya ia cukup lelah.

"Lo kenapa bisa ngos-ngosan gitu, sih?" Karena penarasan akhirnya Nova bertanya hal itu pada Dirgam.

"Abis di kejar pak Nanal gue, gila tuh padahal cuma gegara baju gue gak dimasukin ke dalam," balasnya santai.

"Dasar badboy, yawdah cepetan kasih tahu, kek. Bisa-bisa gue juga kena hukuman ntar, telat masuk kelas."

"Iyaiya, itu mami nyuruh gue kasih tahu, kalo besok dia nyuruh lo datang ke butik. Ada peluncuran koleksi baru, ngerti kan?"

Seketika Nova langsung berbinar. "Oke-oke, pulang sekolah langsung ke sana besok, kasih tahu mami lo,tuh."

  ***

OktanovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang