-oktanova-
Bugh!
Suara nyaring khas benturan menggema dalam ruangan tertutup itu. Dua orang gadis dengan pakaian putih sama-sama bersitatap memercikkan api. Dengan kuda-kuda yang telah sigap, seorang gadis dengan rambut terikat dalam seperkian detik sigap menyerang lawannya. Namun pukulannya itu dapat ditangkis oleh gadis berkulit sawo dengan rambut pangkas laki yang menjadi pihak lawan. Berbagai pukulan demi pukulan dilayangkan dari kedua pihak yang sama-sama berusaha mengatur srategi masing-masing.Sebuah teriakan tegas dari seorang lelaki dewasa menjadi instruksi bahwa petarungan telah usai. Pertarungan yang sengaja di selenggarakan untuk melatih kemampuan inipun berakhir dengan kekalahan pada gadis berambut kuncir yang kini terdampar di atas matras akibat dibanting. Dengan lesu gadis itu menerima uluran tangan lawannya untuk bangkit. Lalu keduanya sama-sama tersenyum.
"Banyak-banyak latihan, biar lo bisa nangkis pukulan bukan jago nyerang aja!" ucap gadis itu lalu berlalu pergi dengan senyum jahilnya.
Okta. Si gadis berambut terkuncir berjalan melambat meninggalkan arena latihan bela diri itu. Okta berjalan menuju pinggiran ke arah seorang cowok dengan pakaian sama.
"Duduk, Ta."
"Uhgg, capek banget gue." balas Okta sembari mengipas wajahnya yang dipenuhi peluh.
"Ada yang sakit? Banyak banget kebanting lo tadi." Dito duduk agak menyamping memandangi Okta yang masih memejamkan matanya.
"Di sini," Okta menunjuk bahu sebelah kirinya.
Dito bangkit dari duduknya lalu mengulur tangan menarik Okta ikut bangkit. Okta-pun mengikuti saja. Dengan perlahan Dito mengurut pergelangan tangan hingga perngelangan bahu Okta. Dito begitu cekatan. Hingga akhirnya suara yang timbul dari pergelangan bahu diikuti cicitan dari Okta.
"Gimana?" tanya Dito.
"Udah lebih mendingan, Dit." Dito mengangguk. Okta kembali duduk di kursi semula. "Gue ambiliin minum dulu yah." ujar Dito tanpa menunggu anggukan Okta, lelaki itu berlalu pergi.
Tak butuh waktu lama, Dito kembali dengan dua botol air mineral di genggaman. "Kattya makin oke yah setelah balik tanding kemarin. Kemarin dia berhasil bawa pulang perunggu kan?" cetus Dito sembari menyerahkan botol pada Okta.
"Gak ada sopan santun, lo. Dia lebih tua dari lo." balas Okta.
"Kayak lo tahu sapon santun aja," ucap Dito diikuti tawa. Okta malas meladeni sikap Dito jika seperti ini.
Katty adalah sosok gadis yang menjadi lawan Okta barusan. Ia memang terkenal anggota paling hebat dalam angkatan club ini. Beberapa kali telah mewakili club Bela diri Tekwando mereka bahkan tak pernah tidak membawa gelar juara. Itulah Kattya. Tidak, Okta tidak memusuhinya, Kattya adalah tipe orang yang cukup baik sebagai teman, walau dengan sifatnya yang tidak suka basa-basi dan dingin yang semua orang di sini mengetahui itu. Namun, Kattya adalah lawan yang mengerikan bila berada di arena pertandingan. Dengan srategi yang tak pernah diduga.
Okta menghela nafas berat memikirkan ucapan atau lebih tepatnya masukan dari Kattya barusan. Terlintas di pikirannya apakah ia bisa seperti itu.
"Udah boleh pulang kan, pulang yuk!" ajak Okta pada lelaki di sebelahnya.
"Tumben buru-buru amat, Ta. Gue gak ada orang tahu di rumah."
"Yeh, tapi gak mood nih, di rumah juga bunda sendirian nih, Nova keluar." balas Okta berusaha membujuk Dito.
"Yawdah deh, gue pamit sama yang lain dulu, nih. Gak enak yang lain belum ada yang pulang. Lo ke parkir duluaan aja," Okta mengangguk.
-oktanova-
Terima kasih telah
membaca kisah Oktanova.
Semoga suka.Salam hangat,
Molysa
KAMU SEDANG MEMBACA
Oktanova
Teen FictionDua peran satu alur. kisah dua gadis yang terlahir kembar. Okta Ascrilia Witomo juga adiknya Nova Ascrilia Witomo. Kedua gadis remaja kembar indentik. Meski demikian, banyak sekali perbedaan antar kedua. Hingga kedua kepribadian terpaksa harus di...