-OktaNova-Malam hari rerintikan hujan terdengar bunyinya menggema. Sekarang malam minggu, saat-saat dimana jalanan dipenuhi oleh muda-mudi yang kasmara. Nova menutup jendela kamarnya. Sejak sore tadi, hujan terus mengguyur tanah. Niat Nova melihat bintang-bintang seperti kebiasannya pun tak terpenuhi. Nova merasa bosan sekarang, lalu memilih melangkah keluar saja.
Dari balik pintu berwarna putih, Nova muncul menampakkan dirinya pada sang kembarannya. Dalam kamar Okta, gadis itu mendudukkan tubuhnya di atas kursi belajar milik kakaknya. Sementara gadis di seberangnya sama sekali tak mengumbriknya. Okta masih asyik memetik senar gitar dalam pangkuannya. Okta pandai bermain alat musik, salah satunya gitar. Nova akui keahlian kakaknya itu.
Senar gitar yang dipetik Okta melantunkan melody yang Indah. Nova memainkan kepalanya ikut terhanyut dalam molody Okta.
"Ngapain, lo?"
Suara dingin Okta terdengar membuat Nova berdecak kesal. "Bosen, kak. Main yuk," balas Nova lembut.
"Lo kira kita masih anak sd, yang main petak umpet di bawah meja. Kita udah gede, Nov." Okta berucap dengan ketus. Lalu ia bangkit meletakkan gitarnya di atas lemari kecil yang penuh dengan koleksi sepatu cast nya.
"Bunda belum pulang?" sambung Okta menanyakan hal tersebut pada kembarannya.
Nova menggeleng. "Bentar lagi mungkin."
"Nov, kabar Gio gimana? Udahan yah?"
"Enak aja, doain yang bener kek! Aku sama kak Gio itu emang jodoh, yah. Kemarin aja Nov abis jalan berdua," sergah Nova.
"Terserah lo deh!" balas Okta singkat sebelum keluar dari kamarnya begitu saja.
"Punya kakak kok judes amat, yah? Ya Allah, beri hidayah kepada kembaranku yang nyebelin itu, ya Allah."
***
"Ehg, ha-halo Ta. Bantuin gue, Ta."
"Lo, lo kenapa? Gue bantuin apa?" lelaki itu menghelas nafas gusar, kala berhasil mendengar balasan suara dari seberang sana. Bagian tubuh bawahnya sudah tak terasa lagi.
***
Okta duduk di atas sofa mengotak-atik ponsel miliknya. Beberapa menit yang lalu Nia dan Witomo kembali pulang. Nova pun sedang asyik menonton video tutor di depan laptop birunya.
Jarum jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam lebih.
"Halo, Dit. Ada apa?" suara Okta yang baru membalas panggilan di ponselnya. Nova yang berada tak jauh darinya pun ikut menoleh.
"...."
"Lo, lo kenapa? Gue bantuin apa?" balas Okta semakin penuh tanya. Tak biasanya lelaki itu menelfonnya untuk meminta bantuan. Jika malam seperti ini mungkin yang dilakukan Dito adalah menyepam Okta dengan chat-chatan yang membuat gadis itu naik darah.
"...."
"Dit, seriusan kan? Lo gak bohong."
"...."
"Gu-gue ke sana sekarang. Lo tahan dulu, yah. Lo pasti kuat, Dit." Okta bangkit dengan panik tanpa sepatah kata pun.
Yang ada dalam benaknya sekarang hanya tentang Dito. Sahabatnya.
-OktaNova-
S
alam hangat,
~Molysa-OktaNova-
KAMU SEDANG MEMBACA
Oktanova
Teen FictionDua peran satu alur. kisah dua gadis yang terlahir kembar. Okta Ascrilia Witomo juga adiknya Nova Ascrilia Witomo. Kedua gadis remaja kembar indentik. Meski demikian, banyak sekali perbedaan antar kedua. Hingga kedua kepribadian terpaksa harus di...