-oktanova-
"Bun... kakak pamit pergi dulu, yah!" teriak Okta seraya berlari kecil keluar dari kamarnya.
"Loh, pergi kemana, Sayang? Gak salim lagi sama Bundanya!" balas sang bunda yang kini sedang berada di dapur. Okta langsung saja berbalik langkahnnya segera menuju kepada sang bunda.
"Mau kemana, sih kak?" tanya Nia. Ia mengulur tangan kanannya pada Okta, yang terlihat terburu-buru itu.
"Okta, mau latihan, Bun. Kan, ini hari kamis. Udah, yah bun Okta buru-buru ini." buru-buru Okta langsung berlari menuju pintu depan.
"Oh oyah, Okta jalan pakek apa kesana? Mau bunda antar?" Okta berbalik badan namun langkahnya tak terhenti malah gadis itu berjalan mundur.
"Okta jalan pakek kakilah, Bun. Eh, enggak, hehee.. maksudnya sama Dito naik motor. Bye, Bunda!" Nia hanya menggelengkan kepalanya. Emang begitulah sifat Okta. Meski sering bertindak sesukanya dengan mulut yang asal-asal, tetap saja nilai kesopanan masih ia jaga.
Di luar sana, sudah ada seorang lelaki yang duduk dengan motor yang masih menyala. Iya, itu adalah Dito. Cowok itu melempar helm berwarna putih ke arah Okta yang baru usai menutup gerbang.
"Nih, ambil. Lambat banget, sih lo? Mandi gak, lo?" cercos Dito begitu santainya sambil memutar balik motornya.
"Ya, gue tadi ketiduran bentar, untung lo telfon. Btw, gue gini-gini mandi yah, lo kata gue kambing," balas Okta dengan pukulan pelan pada kepala Dito yang tertupi helm.
Motor matic yang di kendarai oleh Dito segera meluncur membelah jalanan kota yang tampak penuh polusi di siang hari.
***
Gadis berkulit putih memakai baru kodok bawahan celana merah jambu dengan perpaduan kaos putih polos setengah lengan itu keluar dari kamarnya.
"Bunda.." sapa Nova dengan nada manja andalannya.
Gadis itu melangkah kakinya menuju dapur berharap sang bunda ada di sana. Namun saat ia sampai tak ada siapapun, hanya kompor yang menyala memasak sesuatu yang entah apa.
"Kemana, sih bunda. Apa jangan-jangan bunda mendadak arisan terus lupa sama masakannya? Gak mungkin ah."
Nova menggaruk pelipisnya bingung. Menit berikutnya ia malah meniup-niup helaian rambut yang sengaja di bentuk poni sedangkan rambut bagian belakang ia kuncir.
"Loh, adek bikin bunda kanget aja kamu," ucap seorang wanita yang masuk dari pintu samping dapur.
Nova menoleh, "Bunda, sih dari mana aja? Nova cariin dari tadi juga," balasnya.
"Bunda abis dari belakang buang sampah. Kamu mau kemana udah rapi aja."
"Adek mau pergi jalan-jalan bentar, Bun. Boleh ya? Nova ajak kak Okta juga," balas Nova.Nia mengangguk-angguk, "Tapi kak Okta barusan pergi latihan."
Mendengar jawaban dari Nia, Nova menghelas nafas kasar, bibirnya mengerucut beberapa senti ke depan. Nia-sang bunda yang memperhatikan tingkah putrinya pun tersenyum tipis.
"Mau kemana memangnya, dek? Perlu bunda anter?" suara lembut Nia berhasil membuat gadis itu tersenyum, baru kemudian Nova menggeleng.
"Bunda di rumah aja, Nov cuma mau jalan-jalan. Nov minta temenin Kak Gio aja, bun. Nov pergi dulu yah! Assalamualaikum, bunda."
"Waalaikumsalam, hati-hati itu. Jangan mentang mentang gak ada papa pulang malam tuh." balas Nia diikuti anggukan dari Nova.
***
Terima kasih telah
membaca kisah
-Oktanova-Salam hangat,
Molysa
KAMU SEDANG MEMBACA
Oktanova
Teen FictionDua peran satu alur. kisah dua gadis yang terlahir kembar. Okta Ascrilia Witomo juga adiknya Nova Ascrilia Witomo. Kedua gadis remaja kembar indentik. Meski demikian, banyak sekali perbedaan antar kedua. Hingga kedua kepribadian terpaksa harus di...