Chapter 5

53 12 1
                                    

-Oktanova-

Pagi yang cerah untuk sepasang gadis kembar yang sama-sama melangkah menuju meja makan. Suara percikan yang timbul dari dapur, mungkin suara ikan yang digoreng oleh Nia.

Begitu memasuki ruang makan kedua gadis itu memasang ekspresi terkejut. Bagaimana tidak, sosok lelaki dengan umur yang hampir memasuki usia empat puluh tahunan terlihat sudah duduk santai di sana lengkap dengan secangkir kopi di hadapannya.

Okta menarik kursi yang berada di samping lelaki tersebut. "Papa kapan pulang? Kok kaka gak tahu?" tanyanya.

"Papa pulang semalam. Kamu kan masih ngorok!" balas lelaki itu santai. Ia bahkan tak menoleh Ke arah anak gadisnya itu, memilih fakus pada korannya.

Sementara Nova masih mematung di tempat dengan ekspresi tidak terbaca. Kemudian Nia datang membawakan dua gelas susu coklat pada anaknya.

"Okta, Nova, yuk sarapan dulu. Ini minum, ini rotinya!" ucap sang Bunda, yang langsung dituruti oleh kedua gadis itu. Okta bersama Witomo, sang ayah duduk bersampingan di sisi meja sebelah kanan, sedangkan Nova Dan Nia, sang Bunda berada di sebelah kiri.

"Bunda sama papa nanti mau Ke kondangan, yah. Kemungkinan pulangnya sore, soalnya agak jauh. Bunda udah masak buat siang kok. Nanti kalian jangan lupa makan, yah!" kata bunda sambil memperhatikan Okta dan Nova silih berganti. Keduanya hanya mengangguk berusaha menghabiskan rotinya segera.

"Papa beli oleh-oleh buat kalian. Nanti papa berikan." ujar Witomo ikut bersuara.

"Tumben, Pa. Biasanya papa selalu bilang gini, 'papa kan kerja, bukan liburan. Lagian tempat kerja papa pelosok bukan ke luar Negri!' pasti gitu. Kok sekarang bawa oleh-oleh?" sahut Okta.

Hal itu membuat Nia terkekeh pelan. Kadang dia sendiri heran, mengapa anaknya terkadang berbah-rubah sifat, terkadang Okta bersifat cuek, sedangkan Nova kebalikan, namun sekarang? Walau pada dasarnya karakter Okta yang terlihat kurang care dengan orang-orang tertentu.

Witomo terdengar menghela nafas, kemudian membalas, "Kan ini ceritanya papa lagi ditugasin ke kota kemarin, emang papa Polisi Hutan apa!"

"Hehee, siapa tahu pa. Papa libur hari ini?" tanya Okta lagi.

Memang Witomo adalah seorang ayah yang berprofesi sebagai Polri yang ditempatkan di Kapolres, yang berada tak jauh dari perumahannya. Namun Witomo sering kali mendapatkan tugas ke lapangan ke luar wilayah yang memungkinkan ia tidak pulang beberapa hari seperti beberapa hari yang lalu.

"Cepat habiskan sarapan kalian, papa tunggu di luar panasin mobil dulu." ucap Witomo meninggalkan meja makan beranjak pergi ke luar.

Sementara Okta dan Nova dengan segera menghabiskan susu mereka. Lalu mengambil tas masing-masing dan langsung ke luar, sebelum bersalim dengan Nia.

***

"Jadi minggu depan kita akan mulai try out, jadi Saya harap kalian mempersiapkan diri kalian masing-masing untuk menghadapi ujian tersebut. Karena, setelah itu juga akan disusul ujian-ujian lainnya. Peran bapak, jangan menganggap ini remeh, karena inilah menyangkut masa depan kalian setelah tamat dari SMA Satu Nusa Jaya. Saya dan juga guru-guru lain tentu juga mendoakan untuk kebaikan kalian. Mungkin hanya sekian, saya akhiri wabillahitaufit walhidayah assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," balas seluruh murid dan juga guru yang mendengarkan ceramahan hari ini.

Setelah aba-aba selesai, seluruh siswa-siswi berhamburan keluar dari barisan. Pagi hari ini, diadakan apel khusus murid kelas 12 dalam rangka persispan menuju try out. Kepala sekolah juga berceramah panjang lebar mengenai persiapan itu semua.

"Gak terasa udah mau try out aja kita. Mulai deh kita masuk kehidupan kelam." cercos Adara. Gadis yang berjalan di sebelahnya hanya diam terus mengayunkan kakinya tak berniat membalas.

"Ah, Nov lo mah gitu ih. Selalu aja gue di kacangin." ucapnya lagi seraya melipat tangannya di atas dada.

"Gue tuh pusing, Dar. Lagian itu emang kewajiban kita kan."

"Iya sih. Tapi bertubi-tubi. Di tambah basis komputer lagi, susah amat. Coba gue jadi anak pak Jokowi."

"Biar lo minta ngilangin Ujian Nasional, gitu?" sambung Nova penarasan.

"Bukan. Gue gak sekolah lagi, mau jadi youtuber aja pasti banyak yang subscribe deh." ucap Adara enteng. Sedangkan Nova berusaha bersabar menghadapi pemikiran sahabatnya itu.

Adara fanatasya, si gadis berambut pendek berwarna pirang dengan tubuh mungilnya. Ia adalah sosok sahabat Nova sekaligus teman sebangkunya. Namun terkadang pemikiran mereka sering berbeda namun tak sampai menimbulkan pertikaian. Itu yang Nova syukuri. Sifat manja Nova bisa diimbangi oleh sifat pemberani dari Adara. Satu hal yang membuat mereka sama. Sama-sama cerewet walau di waktu yang berbeda.

-Oktanova-

Aceh,
05 januari 2019
~Molysa

OktanovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang