[ Story ku menyediakan kolom komentar yaa^^ Jadi ayo komen biar aku makin semangat nulisnya :) ]
--------------
@heybablee
Awan siang itu terlihat sangat mendung. Angin yang dihembuskan ke bumi cukup kencang. Gemuruh petir sudah terdengar dari kejauhan menandakan bahwa sebentar lagi akan turun hujan. Prediksi mengatakan bahwa hujannya akan sangat lebat.
Kini aku sudah tidak menangis lagi. Dan badan ku sudah tidak lagi berada di pelukan Doyoung. Aku langsung melepaskannya saat aku tersadar akan realita bahwa dia adalah senior ku. Oh bagaimana mungkin aku dengan tidak tahu malunya telah membasahi pundak lelaki itu dengan air mata ku yang daritadi deras mengalir?
Ku akui bahwa aku merasa sedikit tenang dengan tindakannya barusan. Aku merasa seperti didengarkan oleh seseorang. Aku tahu mungkin setelah ini aku akan sedikit serakah, namun apakah aku salah jika aku menginginkan ketenangan?
Kami sekarang berada di ruang kerja Doyoung. Tentu saja ia yang mengajak ku kesini.
Sebenarnya aku masih ingin di rooftop lebih lama lagi, namun hari sudah sangat gelap dan ia mengatakan bahwa tempat yang aman bagiku sekarang hanyalah ruangannya.
Ia sempat meninggalkan ku sebentar disini. Saat ia berbalik, ia membawa segelas teh hangat yang ku yakini baru di buatnya. Asap dari gelas itu masih mengepul ke atas.
"Green tea. Low sugar." Katanya.
"Kenapa?" Tanya ku.
"Biar pikiran mu tenang." Tuturnya.
Aku hanya dapat mengangguk. Tidak berniat untuk menyahutinya lagi.
Kami duduk berhadapan di meja kerjanya. Ia duduk di kursinya sambil menyenderkan tubuh ke belakang dan kembali menatap gerak gerik ku. Aku yang duduk di kursi ku hanya dapat memandangi teh buatannya dengan pikiran kosong. Lagi-lagi, aku benci lemah tak berdaya seperti ini.
Aku tidak berniat membuka suara duluan. Doyoung juga tak kunjung berbicara. Ia hanya menatap ku intens tanpa memberikan interupsi apa-apa. Padahal saat di rooftop tadi, ia terlihat sangat penasaran dengan keadaan ku yang kusut.
Aku kadang meliriknya sekilas lalu kembali menatap ke arah gelas di hadapan ku. Sampai kapan kami akan begini? Tolonglah keluarkan sabda mu, Kim Doyoung.
"Hana-ssi?"
Aku menatapnya. Menunggu kelanjutan omongannya.
"Sampai kapan kau akan membisu?" Tanyanya.
Apa yang harus ku bicarakan?
Aku hanya dapat menggeleng. Lelaki itu menghela nafasnya. Ia kembali mencoba mengajakku berinteraksi.
"Apakah aku harus mengajukan pertanyaan seperti waktu itu agar kau mau bersuara?"
Aku berpikir sejenak lalu mengedikkan bahu.
"Baiklah. Kau boleh menjawab atau mengabaikan pertanyaan ku, namun satu yang ku mohon, Hana-ssi."
Aku menatapnya, mendengarkan kalimatnya hingga selesai.
"Jangan pernah bohongi dirimu." Aku seketika tertegun mendengarnya.
"Hanya kau yang dapat menolong dirimu di dunia ini. Jika kau tidak baik-baik saja, jangan mengatakan sebaliknya. Kau yang tahu batasan untuk dirimu sendiri, jadi pikirkan baik-baik mengenai diri dan perasaanmu. Aku hanya perantara disini agar kau merasa lebih baik." Doyoung berucap seperti itu pada ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Traumatic Disorder. | Doyoung-Sejeong
Fanfic[ b a h a s a ] "Aku ini wanita yang gila" -Hana start : november 2018 end : agustus 2019