Part 4

7K 1K 59
                                    

Pandora

A Drarry Fanfiction

Harry Potter belong to J.K Rowling

Pandora belong to Racquel

BL, Typo(s), Dark but not evil

Dragon!Sage!Draco x Dark!Moon Elves!Sub!Harry

Draco Malfoy x Harry Potter

slight Luna Lovegood x OC

DON'T LIKE DON'T READ!!

Enjoying :)

Part 4

Seminggu sebelum keberangkatan,

Malfoy Manor

Tar!

"Dobby menyampaikan pesan dari Mr. Lucius kepada Mrs. Narcissa dan Mr. Draco."

Draco dan Narcissa yang sedang mengobrol segera mengalihkan pandangan kearah peri rumah kecil itu.

"Ya Dobby?"

"Mr. Lucius meminta anda berdua untuk datang ke ruang kerjanya di lantai tiga, Mrs. Ada hal penting yang ingin dibicarakan." Narcissa mengerutkan kening, matanya melirik Draco yang tampak acuh tak acuh dan sibuk memperbaiki rambutnya.

"Kau boleh pergi." Dobby membungkuk rendah kemudian menghilang dengan suara tar cempreng.

"Ayo, son."

Mereka berdua berjalan menuju lantai tiga, tempat dimana ruang kerja khusus Lucius berada. Pintu telah terbuka lebar, mengizinkan ibu dan anak itu masuk. Posisi Lucius yang menghadap jendela besar yang menampakkan hutan lebat belakang manor menjadi penyambut. Lucius yang mendengar langkah kaki teredam karpet segera membuka mulutnya tanpa berbalik.

"Dark Lord akan bangkit."

Narcissa menarik nafas tajam dari tempatnya berdiri, disebelahnya Draco menampilkan raut bingung.

"Bukankah Dark Lord telah musnah, dad?"

Pasangan suami istri Malfoy itu saling melirik, lalu sama-sama menghela napas. Lucius berbalik, duduk dikursi kebesarannya dan meletakkan sebuah perkamen lusuh diatas meja. Bahu terdorong, Draco melihat ibunya yang menuruhnya maju kedepan. Jemari putih Draco mengambil gulungan perkamen kemudian membacanya.

"Dark Lord memang musnah, tapi hanya tubuhnya. Jiwanya masih berkeliaran ditempat-tempat yang tidak terprediksi. Wadah akan jiwanya masih banyak. Wadah jiwanya dinamakan Hocrux. Dan ia mempunyai tujuh." Jelas Lucius sementara Draco membaca. Narcissa duduk disofa sambil menyesap teh hangatnya.

"Dad, mum, katakan kalau ini bohong." Nada suara Draco terdengar datar tanpa emosi, sedikitnya menimbulkan cemas dihati pasangan orang tua itu.

"Surat itu telah tertandatangani oleh sumpah darah Draco. Dad tidak mungkin bohong. Maafkan dad, son. Tapi sejak dalam kandungan ibumu, kau sudah ditunjuk sendiri oleh Dark Lord sebagai pewarisnya."

Draco mengangkat satu alisnya mendengar penjelasan ayahnya. Dengan tenang, ia menggulung kembali perkamen dan meletakkannya diatas meja. Menatap dengan sorot tenang dikedua matanya.

"Kenapa meminta maaf, dad? Bukankah itu menjadi lebih mudah?" Pertanyaan ambigu Draco membuat ruangan itu hening dalam suasana mencekam dan bingung.

√[END] PandoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang