Part 14

4.4K 633 98
                                    

Cerita Sebelumnya :

Gadis itu langsung menempelkan jarinya dibibir. Itu artinya pembicaraan mereka harus berakhir pada titik ini. Dengan cepat yang lain paham dari gerakan bibir gadis itu. Dum-ble-dore-me-nu-ju-k-ema-ri.

***

"Selamat siang anak-anak."

Dumbledore memasuki ruangan dengan wajah penuh senyuman, tampak seperti seorang kakek baik hati. Diam-diam didalam hati orang lain, mereka berdecih.

Dumbledore melirik koran yang tergeletak disamping Harry dan berdehem. "Bagaimana kabarmu, nak? Sudahkah Poppy memeriksamu?"

"Seperti yang anda lihat, sir. Sangat aman dan nyaman." Jawab Harry santai dengan penekanan yang acuh dikalimat terakhirnya.

Dumbledore mengangguk, melirik pada yang lain yang bahkan tidak mau repot-repot untuk berdiri menyambutnya ataupun mempersilahkannya duduk. Sedikit tertekan, Dumbledore menjentikkan tongkatnya dan sebuah kursi muncul yang langsung diduduki olehnya.

Sambil membelai janggutnya, ia berguman, "Ujian pertama sudah sulit. Bahkan nilaimu berada pada urutan terakhir."

"Langsung saja, sir. Ada apa?" Tanya Harry tidak sabar.

Dumbledore berdehem sejenak lalu melihat Harry serius. "Kamu benar-benar tidak memasukkan namamu dalam piala kan? Katakan saja padaku, nak."

Ivory bersender dilengan kursi yang diduduki Luna dengan malas. Ia menatap tak tertarik pada percakapan Dumbledore dan Harry. Walau wajahnya acuh tak acuh, diam-diam dibawah hembusan nafasnya ia menggumankan sebuah mantra. Seukuran semut kecil, tipis tak terlihat, melayang terbang bersembunyi dibalik jenggot Dumbledore. Penyadap suara, ia mengembangkan teknik itu setelah berjalan-jalan didunia muggle beberapa waktu.

Harry memicingkan matanya, "Tidakkah anda mempunyai sedikit kepercayaan kepada murid anda sendiri, sir? Aku seorang pureblood, baik sebelum atau sesudah namaku berubah, hal menjijikkan seperti menyusup atau menyuap atau apapun itu sama sekali tidak masuk dalam arogansiku." Balas Harry tajam tanpa menyadari kilat misterius dari sepasang steel blue disampingnya.

Sreekk

"Oh, Mr. Rosier.. Kamu sudah sadar? Minggir anak-anak, minggir Albus, aku akan memeriksanya sebentar."

Luna menghela napas lega, menatap ceria pada sosok Madam Poppy yang baru memasuki kamar. Dengan patuh, ia dan Ivory mundur selangkah, membiarkan matron Hogwarts itu melakukan pekerjaannya.

"Karena sebentar lagi istirahat makan siang akan habis, aku akan kembali. Kalian juga jangan melewatkan kelas, anak-anak." Ucap Dumbledore dan mengangguk sekilas pada matron sekolah itu kemudian berbalik dan berjalan pergi.

Mereka memandang kepergian kepala sekolah Hogwarts itu dengan tatapan datar. Entah apa yang mereka pikirkan.

"Cideramu sudah hampir sembuh, ramuan Severus bekerja dengan baik." Ucapan Poppy membuat perhatian mereka teralih.

"Mrs. Kapan aku bisa kembali ke asrama?" Tanya Harry pelan.

"Selama kamu tidak mengalami mual dan pusing, kamu bisa kembali."

"Kalau begitu bisa aku kembali sekarang?"

"Tidak Mr. Rosier, untuk 3 jam kedepan kamu masih harus berada dalam pengawasanku."

"Kalau begitu kami akan menjemputmu pukul 5 sore, kami permisi dulu." Sahut Ivory saat melihat Harry akan melakukan protes. Madam Poppy mengangguk sedangkan Harry melotot jengkel padanya.

√[END] PandoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang