"Daniel.."
Harry menoleh pelan, membalas senyum tipis dari paman kesayangannya.
"Bagaimana perasaanmu..?" Tanya Ragel sambil duduk disebelah Harry.
Mereka menatap dua husky putih yang sedang bermain kejar-kejaran di taman bunga tulip putih. Sesekali hanya terlihat dua pasang mata biru dan coklat yang saling mengintip sebelum melompat-lompat.
Harry mendesah pelan, menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa lembut.
"Tidak apa-apa, uncle. Lagipula aku memang harus pergi."
"Well, tidak ada yang menyangka akan begini. Pertemuanmu dengan bocah Malfoy itu, walau kami sudah mengantisipasinya Evan tetap panik. Dan bagaimana serangan Dark Lord, bagaimana kau harus melarikan diri.. Tidak ada rencana yang sempurna. Terlebih pada sebuah kejutan pada apa yang kamu bawa saat ini.."
Tubuh Harry menegang, jemarinya yang berada diatas paha mengepal, berusaha menahan agar tidak beranjak keatas. Menenangkan dirinya, Harry melirik pelan hanya untuk menemukan Ragel memainkan sebatang daun mint sebelum memakannya.
"Apa yang aku bawa?" Tanya Harry berhati-hati. Jantungnya berdegup kencang.
Apa uncle Rag, tau?!
"Hm?"
Ragel mendongak dari nampan kue kecil, jemarinya mengambil salah satu puffin coklat kayu manis.
Membauinya sebentar lalu memutar-mutar puffin.
"Tidak tahu. Hanya asal berucap. Lupakan saja. Ngomong-ngomong kenapa kuenya hari ini hanya puffin dan muffin? Mereka seperti anak kembar hanya dari nama. Aku ingin dendeng." Guman Ragel. Menjawab sekaligus mengeluh.
Harry menundukkan kepala, menenangkan emosinya. Tanpa tau diatas kepalanya, Ragel menatap datar. Entah apa yang dipikirkan lelaki itu.
Dibalik pilar besar, seorang gadis berambut perak menyandar santai sambil melipat tangan didepan dada. Mendengar percakapan mereka, gadia itu hanya ber-hum pelan dan berbalik. Menatap bungkusan kukis coklat ditangannya, ia mengedikkan bahu. Berjalan menjauh, langkahnya ringan.
--
"Kamu yakin..."
"Tidak ingin..."
"Menginap?"
Arlo terkekeh pelan, kedua tangannya terulur guna mengacak rambut kembar kesayangan didepannya ini.
"Tidak. Aku akan menghubungi kalian nanti."
"Masih disini? Aku sibuk hingga tidak bisa menyambutmu."
"Mommy!"
Arlo kembali terbahak, sedangkan nyonya Weasley, Molly melenggang acuh walau diteriaki anak kembarnya. Setelah beberapa saat, ia kembali mengelus puncak kepala kembar Weasley. Ia lalu mengucapkan pamit pada nyonya Weasley yang terang-terangan diabaikan dan mengangguk kecil pada Charlie dan Bill yang melambai dari lantai atas.
Baru lima langkah ia menjauhi The Burrow, namanya kembali terpanggil.
"Arlo!"
Menoleh, ia melihat si bungsu Weasley yang terengah.
"Ada apa , Gin?"
Hubungan Arlo dan keluarga Weasley cukup baik sebenarnya, hanya generasi muda seperti Percy, Ron, dan Ginny yang sedikit sentimen padanya ditambah sang nyonya Weasley. Tsk, manipulator itu. Terkadang ia tidak habis pikir apa yang dijanjikan orangtua itu pada mereka.
"D-dimana.. Ron?" Tanya Ginny, terengah setelah menuruni tangga sambil berlari.
Arlo mengerutkan kening, "Dia belum pulang? Ini sudah seminggu. Tidak ada orang di Hogwarts."
KAMU SEDANG MEMBACA
√[END] Pandora
Fanfiction#1 Pandora : June, 13 2019 - September, 25 2019 and 9 Oct 2019 #1 Luna Lovegood : June, 17 2019 - 10 Oct 2019 #1 Fred and George Weasley : June, 30 2019 - August, 15 2019 and December, 10 2019 Bagaimana seandainya Harry telah mengetahui semua trik b...