Part 12

4.6K 698 44
                                    

Cerita sebelumnya :

Albus terdiam, menatap kearah perkamen yang melayang-layang dengan pandangan kosong. Kenapa ini? Dengan sekali sabet, jemarinya telah menangkap perkamen tersebut. Seluruh aula terdiam, menunggu dengan bingung apa yang terjadi. Dari meja guru, Severus dan Remus sudah saling berpandangan cemas.

Dan sebuah nama yang keluar dari mulut Albus membuat kedua professor itu terbelalak. Juga membuat gempar beberapa anak dengan koneksi tinggi.

"Harry Potter?"

-Sebaik-baiknya bangkai dikubur, pasti akan tercium baunya. Begitu pula kejahatanmu, kepala sekolah.. Dan aku akan menjadi orang yang akan tertawa diatas kemalanganmu-

**
Tangan terkepal erat, rahang mengeras, kilau mata abu-abu itu bahkan terlihat berbahaya.

"Orang tua itu..." desis nya rendah, namun terdengar jelas disetiap telinga murid Slytherine dan membuat takut asrama lain.

"Tahan Dray." Pansy dan Daphne segera mengapit tubuh Draco yang masih memeluk Daniel.

"Mr. Potter, silahkan turun." Ucap Dumbledore, secara terang-terangan menatap seorang remaja yang berbaring dipelukan remaja lain.

Disisi lain, tiga anak saling tersenyum dalam hati. Menertawakan dalam telepati mereka, betapa orang tua itu mempercepat akhirnya.

Daniel tersenyum kecil, memutuskan untuk mematikan telepati dari Arlo dan Ivory. Ia lalu mendongak, menatap wajah murka kekasihnya dari bawah. Dengan pelan ia mengangkat kepalanya dan duduk tegak.

Grap! Lengannya tercengkram erat oleh tangan kokoh.

"Kau tidak akan kemana-mana.." Desis Draco suram.

"Saya ulangi, Mr. Harry Potter, silahkan turun."

Daniel terkekeh, ia mencondongkan tubuhnya dan mengecup rahang Draco pelan.

"Aku tidak apa-apa Dray, lepaskan aku? Lenganku sakit kau cengkram begitu." Dengan enggan Draco melepaskan Daniel.

"Hanya sebentar. Aku janji."

"Dan.."

"Tidak apa Daph, aku hanya sebentar." Jawab Daniel menenangkan. Ia tersenyum lembut pada yang lain.

Dengan kilat mata misterius, Daniel berdiri. Membuat semua pasang mata terbelalak, Daniel Rosier adalah.. Harry Potter?

"Aku akan menunggumu diluar." Suara suram menghentikan langkah Daniel, dengan senyum ia menganggukkan kepalanya.

Dagu terangkat angkuh, Daniel berjalan turun dengan langkah elegan.

"Bagaimana jika kau melepaskan glamour itu, nak? Biarkan yang lain juga tahu, siapa dirimu." Ucapan lembut itu menuai senyum sinis remaja itu.

Daniel menjentikkan jari. Perlahan-lahan warna rambutnya berubah, dari coklat keriting menjadi hitam berantakan, mata almond manis menjadi emerald memukau, wajah yang masih tetap manis, luka berbentuk petir di kening, juga kulit yang berubah menjadi sedikit kecoklatan. Seluruh aula gempar. Itu benar-benar Harry Potter?!

"Benar-benar.. Lumayan juga untuk seukuran kakek tua." Sarkas Daniel, maksudnya Harry dengan seringai. Tanpa memperdulikan yang lain, Harry berjalan santai kedalam tempat para juara.

√[END] PandoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang