Part 6

7.1K 943 19
                                    

Daniel menguap, berkedip, lalu menguap lagi. Bisik-bisik para murid di lorong sepenuhnya di acuhkan. Disampingnya, Daphne berjalan acuh dengan raut datar sambil sesekali menimpali percakapan Pansy dan Theo yang berjalan di belakang mereka.

Memasuki aula besar, suasana riuh tiap asrama dan sebagian Slytherine menyapa mereka berempat. Santai, Daniel menyisir rambut keritingnya turunan Evan Rosier itu malas lalu kembali menguap. Memperlihatkan sepasang taring kecil yang manis. Ia pun duduk disebelah Draco yang sudah berada di aula terlebih dahulu bersama Blaise. Theo secara otomatis duduk di sebelah pemuda keturunan Itali tersebut dan Pansy juga Daphne duduk didepan mereka.

"Kenapa ramai sekali?" Tanya Pansy kepada Blaise sambil memindahkan makanan ke piringnya.

Pewaris Zabini itu melempar sebuah koran daily prophet kedepan dua gadis itu.

"Tawanan Azkaban, Sirius Black melarikan diri? Pantas sekali banyak dementor di luar sana." Dengus Daphne menatap bayangan para dementor dari balik jendela Hogwarts.

"Lalu? Itu saja?"

Pansy membuang daily prophet kembali pada Blaise yang di hindari dengan baik olehnya.

Diam-diam Daniel melirik kearah Draco yang memakan makanannya dengan acuh tidak tertarik.

"Ekhem. Perhatian semuanya." Seluruh kebisingan hening sejenak, menatap fokus kepada kepala sekolah Hogwarts yang berdiri di tengah aula.
"Seperti yang sudah diberitahukan oleh daily prophet. Buronan Azkaban, Sirius Black melarikan diri. Ini mungkin menjadi catatan pertama dalam sejarah. Karena itu penjaga Azkaban akan berada di sekitar Hogwarts sampai Sirius Black di temukan. Dan karena itu juga, kegiatan quidditch sementara ditiadakan."

Seruan protes meledak seketika. Dumbledore dengan senyum lembut menyuruh para prefect tiap asrama menenangkan anggotanya.

Sekilas tatapan Albus Dumbledore itu bersitatap dengan amber dingin Rosier muda, membawa kilat misterius yang membuat Daniel mengepalkan tangan kuat.

"Dasar pak tua tidak tau malu." Desis si pemilik mata amber begitu tatapan mereka terputus. Mengepalkan tangan semakin kuat, Daniel dengan kejam membunuh monster dalam dirinya yang berusaha mendobrak keluar.

"Seharusnya di beritahukan kemarin, dasar bodoh!" Cela seorang senior tingkat lima Slytherine dalam bisikan. Slytherine memang selalu bicara sambil berbisik.

Suasana kembali riuh seperti biasa. Mari kita lihat ke asrama singa, tepatnya trio emas Gryffindor itu.

"Aku baru tau kalau ia cuek."

"Maksudmu 'mione?"

"Daniel Rosier itu Neville,"

Trio Gryffin menoleh ke meja ular. Terlihat Daniel dengan malas melambaikan tangannya, mengusir setiap anak yang mencoba mengajaknya bicara dengan dalih berkenalan. Ia terlihat sibuk berdiskusi dengan Daphne sambil sesekali memakan makanan yang disuapkan pangeran Slytherine.

"Perasaanku saja atau si Rosier dekat dengan si ferret itu?"

"Pertanyaannya Ron, sejak kapan kau peduli? Dan urusan Malfoy dekat dengan siapa, kau cemburu? Ia sudah tidak lagi mengganggu kita sejak libur natal tahun lalu." Balas Hermione heran. Ia kembali memakan makanannya sambil membaca buku, mengacuhkan tatapan sebal Ron.

"Ngomong-ngomong 'mione. Benar ya, Slytherine itu punya hierarki nya sendiri?" Tanya Neville sambil kembali melirik meja ular.

"Tentu saja bung..."

"Mereka punya sistem hukumnya sendiri..."

"Dan hierarki mutlak yang di setujui semua anak Slytherine.."

√[END] PandoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang