Part 8

6.2K 818 37
                                    

Tes...

Tes...

'Huh?! Dimana ini?'

Kelereng hijau itu berkedip bingung, kepalanya menoleh kanan kiri. Semuanya gelap dan lembab.

"Halo?" Harry mengerutkan kening, suaranya bergema. Ia tidak sedang berada dalam dimensi lain kan?

Remaja itu berjalan tak tentu, mengikuti insting ia hanya berjalan lurus kedepan. Benar-benar gelap dan sepi. Juga genangan air yang sepertinya tersebar luas, membuatnya sedikit kedinginan.

"Dray?" Bisik Harry lirih. Matanya masih berkedip, berharap ada setitik cahaya yang dapat ia tangkap.

"Kepala sekolah?"

Harry ingat sekali, ia sedang dalam perjalanan kembali ke asrama. Ditengah jalan, ia bertemu dengan kepala sekolah, Albus. Seolah menemukan sesuatu, mata hijau itu membulat.

'KEPALA SEKOLAH!' Batin Harry geram.

"Orang tua itu.. Apa penyamaranku terbongkar?" Desisnya dengan mata berkilat. Otaknya sudah memikirkan berbagai kemungkinan sebelum sebuah bola cahaya menabrak tubuhnya lalu masuk melalui dadanya..

"What the... Ukh.." Sinar putih menyelimuti dirinya.

"Bagaimana ini Sev, kepala sekolah akan tau aku bukan penyihir biasa.." Harry menoleh, mengerjab beberapa kali kemudian membeku. Itu.. Ibunya?

"Tenanglah Lils.. Aku menemukan resep ramuan kuno, tentang penyamaran. Hanya saja..."

"Hanya saja apa?"

Harry bergetar. Ada apa ini? Ia kenal itu ayah dan ibunya dari foto yang tertempel dalam diary ibunya. Dan, apa itu Professor Snape? Apa dia kembali kemasa lalu? Tidak mungkin, ia seperti tembus pandang disini. Atau.. Ia masuk dalam ingatan?

Severus berguman lirih, "Butuh waktu hingga aku memahami bahasanya. Resep itu ditulis dengan bahasa Brazil kuno."

James mengacak rambutnya, Lily menghela napas, dan Severus memainkan jemarinya gugup.

Cahaya memudar, kemudian kembali terang. Kali ini gambaran pemandangan yang berbeda. Harry berputar, ia berada di atas menara astronomi.

"Severus!/Senior Sev!"

Harry menunduk, menatap dua pemuda yang berlari mengejar seorang pemuda. Baru saja Harry akan terbang turun, cahaya kembali meredup.

"HAHAHAHA!"

Deg..

Cahaya kembali menyala, menampilkan sesosok lelaki paruh baya, berjenggot panjang, dengan jubah berwarna nyentrik. Sebuah bola kristal yang menampilkan pemandangan sebuah rumah membuat Harry tercekat.

"Tidak..." Ucap Harry dengan suara tercekik.

"Sebentar lagi pangeran kegelapan akan membunuh mereka."

"Jangan..." Tubuh kecil itu bergetar. Matanya menatap tak fokus pada adegan dalam bola kristal.

Pangeran kegelapan berjalan memasuki rumah, warna-warna cahaya kutukan terlihat berkilau, kemudian jeritan diikuti suara tangisan.

"Tidak..."

"HAHAHAHAHAHAHAHA!!"

"TIDAKK!!"

"Mr. Rosier.."

Mata amber menatap tidak fokus, liar, penuh ketakutan. Healer Hogwarts itu dengan sigap membatasi pergerakan Rosier muda agar tidak memberontak, keningnya mengerenyit tak kala Daniel masih belum juga sadar.

√[END] PandoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang