22. Rasa yang hilang

4.3K 641 28
                                    

Sejak Jisoo mendeklarasikan bahwa mereka hanya teman giliran Taeyong yang moodnya up and down. Jisoo juga berubah sejak itu. Ia jadi tidak banyak bicara jika berada di dekat Taeyong tapi akan banyak bicara jika dengan adik-adiknya. Ketujuh adiknya terutama Chenle dan Jisung juga ikut mendiamkannya.

1000 kebaikan akan terlupakan dengan 1 kesalahan. Sekarang Taeyong tahu rasanya.

"Kenapa lo yong?" tanya Minhyuk melihat rekan kerjanya yang tak semangat.

Daniel yang berdiri di dekatnya tertawa meledek. "Biasalah, problematika pasangan kekasih, ye nggak yong?"

"Kalo mau ngejek gua mending pergi lah jangan disini"

"Berani ya sana senior" Minhyuk tak mau kalah. "Makanya fokus biar kerjaan cepet kelar"

"Gimana mau fokus kalo hati aja berantakan"

Sebuah penghapus terlempar tepat mengenai kepala Daniel. Siapa lagi kalau bukan Taeyong yang melemparnya.

"Fokus yong fokus" dirinya berusaha menyemangati diri sendiri.

"Lo mau ngelembur lagi Yong?" tanya Minhyuk setelah Daniel keluar dari ruangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo mau ngelembur lagi Yong?" tanya Minhyuk setelah Daniel keluar dari ruangan.

"Hm" Taeyong mengangguk. "Mau pulang takut diamuk"

"Lah kenapa diamuk? Kan nyokap lo di rumah kenapa malah lembur mulu?"

"Panjang bang ceritanya.. Eh nggak deng simpel tapi bikin pusing kepala"

Minhyuk terkekeh melihat juniornya lemah tak berdaya seperti ini. Taeyong yang penuh wibawa seketika hilang tergantikan oleh Taeyong yang mungkin sebenarnya?

"Kenapa? Ada masalah sama cewe?"

"Ya gitu dah bang.. Pusing gua" Taeyong mencoba memejamkan matanya untuk istirahat sejenak. Setelah bekerja selama 8 jam penuh dirinya juga butuh istirahat.

"Udah minta maaf?"

"Udah.. Tapi sekarang dia ngediemin gua bang.."

"Itu lo udah jadian apa belom sih?"

"Belom bang.. Bego ya gua haha" ujar Taeyong sambil terkekeh menertawai dirinya sendiri.

"Emang ya Tuhan ini adil, lo yang dikasih kecerdasan dalam bikin ide baru ganteng juga tapi urusan cinta nol gede"

"Hehe" Ia hanya membalas dengan kekehan lagi.

"Mungkin dia butuh kepastian"

Nah.

Taeyong langsung bangkit dari tidurnya. "Nah itu! Kepastian! Pasti karena itu! Thanks bang! Gua nggak jadi lembur"

Taeyong buru-buru membereskan barang-barangnya dan dengan langkah yang cepat ia keluar dari ruangan meninggalkan Minhyuk yang menatapnya heran.


















"Jisoo!!" panggil Taeyong di depan kamar Jisoo.

Ini sudah hampir jam 2 malam. Kamar Jisoo tentu saja sudah gelap karena pemiliknya sudah masuk ke alam lain.

Tapi itu tak membuat Taeyong menyerah membangunkan Jisoo. Ia terus mengetok pintu kamarnya.

"Jis-

Ceklek

"Berisik banget sih"

Jisoo muncul dengan wajah tidurnya. Sepertinya ia sudah tidur daritadi. Taeyong langsung menarik Jisoo ke dalam pelukannya.

Jiso sendiri tentu saja terkejut. Ini terlalu tiba-tiba baginya untuk menerima serangan jantung dini. Ia mencoba mendorong tubuh Taeyong tapi tenaga pria itu jauh lebih besar daripada dirinya. Sehingga ia menyerah membiarkan Taeyong mengeratkan pelukan itu.

"Saya bener-bener nyesel.. Saya minta maaf.. Saya nggak bisa kamu diemin terus seperti ini Jis" bisik Taeyong tepat di telinga Jisoo.

Sejenak Jisoo tertegun dengan ucapan Taeyong. Ia tak langsung menjawab. Membiarkan Taeyong yang mungkin sedang mengutarakan isi hatinya.

"Saya berantakan kamu diemin gini.. Saya tahu saya salah.. Setiap orang pasti pernah ngelakuin salah kan.. Kamu nggak mau kasih saya kesempatan?"

Merasa Taeyong mengendurkan pelukannya, Jisoo mendorong tubuh pria itu menjauh lalu menatap wajah letih dihadapannya yang juga menatapnya dalam.

"Kesempatan untuk apa? Aku disini cuma untuk kerja Yong.. Kesempatan apa yang kamu maksud?" tanya Jisoo tak paham.

"Kesempatan untuk menyayangi dengan perasaan yang sesungguhnya bukan kepalsuan yang dulu pernah kita lakuin.. Menyayangi bukan sebatas majikan dan asisten tapi sebagai pria dan wanita yang saling mencintai.." lirih Taeyong.

Jisoo tersenyum kecil mendengarnya. "Memangnya kamu yakin aku sayang sama kamu?"

Pertanyaan Jisoo sukses membuat Taeyong diam. Ia berpikir sejenak. "Jadi kamu nggak sayang sama saya?"

"Aku lebih sayang sama adek-adek kamu"

"Kok gitu?" tanya Taeyong merasa tercurangi.

"Ya mereka lebih sayang lebih pengertian sama aku nggak kayak kamu nyakitin terus"

Setelah bicara demikian diantara mereka terdiam. Lebih tepatnya Taeyong diam merenungi kalimat yang terlontar manis dari bibir Jisoo.

Jisoo yang melihat perubahan wajah Taeyong tak bisa lebih lama lagi menahan tawanya. Ia pun tertawa puas melihat wajah penuh penyesalan Taeyong.

"Pffftt,, astaga mas mukanya tegang banget sih.."

Taeyong menaikkan alisnya, lalu ikut tertawa kaku. "Saya rasa yang kamu omongin bener sih.. Jadi saya lagi mikir gimana caranya biar kamu lebih sayang sama saya daripada adek-adek saya"

"Pelan-pelan mas. Jadi ini ceritanya mas nembak saya?"

Taeyong mengangguk mantap membuat Jisoo memutarkan kedua bola matanya.

"Nice. Nembak orang tengah malem,, tapi.. Saya belum bisa jawab sekarang, saya masih takut mas belum sepenuhnya sayang sama saya.. Yang waktu itu benar benar membuat saya trauma sama mas"

Benar trauma...

Siapa yang mau percaya lagi dengan mudah jika sudah disakiti sekali seperti kemarin

Bodoh kamu Taeyong

Jika menganggap Jisoo akan segera menerimamu

Pembantuku Calon IstrikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang