Bel istirahat sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu, membuat semua murid langsung berhamburan keluar kelas dan menyisakan dua perempuan yang sedang duduk di bangku belakang.
"Vir, lo nggak mau ke kantin?" tanya Yasmine masih menunggu Vira yang sedang membaca novel fiksinya.
"Nggak, aku mager." jawabnya singkat tanpa melirik Yasmine sedikit pun.
Yasmine berdecak pelan, ia menatap sang sahabat dengan tatapan aneh. Di saat yang lain bersemangat untuk pergi ke kantin, hanya Vira yang terlihat tak peduli. Gadis itu pergi ke sekolah benar-benar untuk belajar dan membaca novel favoritnya.
"Tapi gue lapar, Vir."
"Kenapa nggak ke kantin sama Nouza?" tanya Vira menoleh Yasmine sekilas.
"Hehe... lupa."
"Terus gue gimana? Nggak makan gitu? Mati dong gue!" tutur Yasmine dramatis.
Vira mendengus kesal, sepertinya Yasmine akan terus mengoceh jika keinginannya belum dituruti. Dengan malas ia mengambil bekal nasi dari dalam tasnya lalu menyodorkannya kepada Yasmine.
"Nih!"
"Buat gue?" sontak Yasmine dengan mata berbinar.
"Hm."
"Lo nggak makan dong?"
"Aku nggak lapar."
"Oke."
Tanpa menunggu lama, Yasmine langsung membukanya dan memakannya dengan sangat lahap.
Vira yang melihat itu hanya bisa menggeleng pelan, sebahagia itu ia mendapatkan makanan.
Dan lain lagi dengan dirinya. Ia mengambil seperangkat handphone dari sakunya. Menyumbat kedua telinganya dengan earphone, lalu membenamkan wajahnya di kedua lipatan tangan dengan memutar lagu-lagu favoritnya yang berasal dari negeri ginseng.
Hingga tak terasa bel masuk pun sudah berbunyi. Dan gadis itu masih asik dengan dunianya. Bahkan sesekali Yasmine membangunkannya, karena satu-persatu murid mulai masuk.
"Vir, gue ke kursi depan ya." pamit Yasmine beranjak dari kursi yang didudukinya.
Vira mengangguk pelan tak menjawab. Posisinya saat ini sangat nyaman sampai ia tak bergerak sedikit pun. Lagu yang diputar di ponselnya juga membuat Vira ikut bersenandung dengan suara yang cukup keras.
🎶 Because I need you boy
Kkumeseodo geuriungeol
Remember I love you boy
Dasin bol su eopsda haedo
Because I love you boyProk Prok Prok
Suara tepuk tangan itu langsung membangunkan Vira dari alam bawah sadarnya. Lalu dilihatnya kelima orang menyebalkan itu sudah ada di hadapannya dengan ekspresi berbeda-beda.
Tapi lain lagi dengan Dio. Raut pria itu tetap tenang dan datar, ekspresi yang memang sulit untuk ditebak. Tapi justru itulah yang membuat Vira takut, dan kejadian ini pasti akan berkelanjutan.
"Wih Cupu, suara lo kane banget." ujar Raya yang entah memuji atau menghina.
"Merinding banget dah gue mah." ucap Candra sembari mengusap-usap lengannya.
"Nggak nyangka. Gue kira lo cuma bisa ngerjain soal matematika aja, ternyata bisa nyanyi juga." timpal Azhar menggelengkan kepalanya beberapa kali.
"Nanti kita bikin hashtag Cupu punya bakat terpendam." tambah Candra belum puas.
"Eh, btw, lo nyanyi lagu apa? Mandarin atau Jepang? Nggak ngerti gue mah." celetuk Brian. Dan tawa pun meledak seketika.
Lalu apa kabar dengan Dio?
KAMU SEDANG MEMBACA
Cross the Line
Teen FictionMempunyai kisah cinta yang romantis saat masa sekolah adalah impian sebagian remaja. Sama halnya dengan Ghevira, seorang gadis pintar yang selalu menghayal dapat cowok romantis seperti di drama Korea. Namun, khayalan itu terpaksa dibuang jauh-jauh...