Vira keluar dari kelasnya, tapi bukan dihukum seperti kelima cowok brandal tadi. Ia keluar kelas hanya untuk mengambil jadwal kegiatan ujian yang akan segera dilaksanakan pada bulan depan.
Vira berjalan menuruni anak tangga satu-persatu. Dirinya mengerutkan kening ketika melihat segorombolan kaum hawa yang sedang berkumpul di lapangan basket. Dan lebih anehnya mereka memakai baju seragam, bukan olahraga.
"Ada apa ya?" gumamnya lalu menghampiri lapangan basket itu.
Vira membulatkan matanya ketika melihat Adzando yang kini tengah latihan olahraga softball, lengkap dengan baju dan juga topi polos berwarna putihnya. Pantas saja kaum hawa berani panas-panasan dan memenuhi lapangan, ternyata mereka sedang melihat Zando yang tengah latihan untuk Olimpiade Olahraga Siswa Nasional nanti.
Vira kembali menatap cowok itu, dirinya benar-benar speechless akan ketampanan Zando yang kali ini naik berkali-kali lipat. Apalagi saat ini Zando sudah bersiap untuk memukul bola yang lumayan keras itu.
"Ya ampun Zan, rahim gue anget!"
"Anjirr mukanya adem banget kek ubin masjid."
"Ya Tuhan, Prince Mateen aja kalah sama Zando!"
Vira hanya berdecak kagum tanpa ikut berbicara dan berteriak histeris seperti perempuan yang ada di sampingnya saat ini. Ia hanya perlu diam dan menikmati pahatan Tuhan yang memang nyaris sempurna itu.
Kali ini Zando sudah siap dengan posisinya. Dan Vira juga masih menatapnya, hingga ia lupa cara untuk berkedip.
Dan tanpa Vira sangka, di antara puluhan orang ini Zando tiba-tiba memberinya senyuman manis yang membuat Vira sontak menarik kedua sudut bibirnya. Rasanya kembali berdebar saat Zando bisa memberikan senyuman manisnya itu padanya. Tapi bagaimana pun, senyuman itu akan kalah dengan senyuman Dio yang sudah menempel permanen di otaknya.
"Semangat!" ucap Vira pelan dengan sedikit mengangkat tangannya saat Zando masih menatapnya.
Zando mengangguk, membuat seorang perempuan yang berada di samping Vira menatapnya sinis.
Semua kaum hawa mulai menyuarakan nama Zando. Kini ia kembali bersiap, mengambil ancang-ancang untuk memukul bola itu agar tepat sasaran. Mereka berhitung kompak dengan penuh semangat.
1
2
3
Bola tersebut berhasil dipukul oleh Zando. Namun, bukannya tepat pada sasaran, bola itu malah melenceng dan terlempar jauh hingga mengenai jidat Vira.
Plukkk
"Awww..." ringis Vira memegang jidatnya yang tertutup poni tipis, semua orang kini menatapnya. Ia menjadi pusat perhatian saat ini.
Zando yang melihat itu pun terkejut, dirinya langsung berlari dan menghampiri Vira.
"Eh sorry, Vir. Gue nggak sengaja." ujar Zando mencoba melihat keadaan jidat gadis yang tengah meringis itu.
"Iya gapapa kok." jawab Vira masih malu, ia menutup wajah dan keningnya dengan sebelah tangan.
Pasti saat ini kaum hawa yang mendambakan seorang Zando berpikir yang tidak-tidak padanya. Mungkin mereka akan menyebut Vira caper, lebay, pansos dan lain sebagainya.
Zando kini berdiri mendekat, lalu memegang jidat Vira untuk mengeceknya. Dan di saat yang bersamaan pula terdengar dengan jelas suara seseorang di atas sana.
"WOYY!!!" Dio datang begitu terburu-buru, Vira yang melihat kehadirannya langsung menjauh dari hadapan Zando.
Sejak kapan Dio ada di sana?
KAMU SEDANG MEMBACA
Cross the Line
Teen FictionMempunyai kisah cinta yang romantis saat masa sekolah adalah impian sebagian remaja. Sama halnya dengan Ghevira, seorang gadis pintar yang selalu menghayal dapat cowok romantis seperti di drama Korea. Namun, khayalan itu terpaksa dibuang jauh-jauh...