22. Malam Minggu

6.8K 473 35
                                    

Sore ini Vira masih berada di minimarket. Kini ia kembali bekerja setelah beberapa hari yang lalu izin karena hukuman yang sedang melandanya.

"Kamu mau sampai kapan ngerahasiain ini dari Bi Linda?" tanya Intan tentang pekerjaannya yang memang masih dirahasiakan.

"Nggak tau, aku juga bingung." jawabnya masih takut jika harus berkata jujur pada Linda. Karena ia juga tahu bahwa Linda pasti akan marah padanya.

"Menurut aku sih cepet kasih tau, soalnya kasian kamu bohongin terus." saran Intan yang memang benar. Karena jika ia terus berbohong pasti suatu hari kebohongan itu  akan terbongkar.

"Iya, nanti aku kasih tau kok."

Setelah selesai membereskan jajaran produk shampo kini ia kembali ke tempat kasir untuk membantu pekerja baru yang sedang magang. Di sini ia sangatlah dipercaya, oleh karena itu Vira tak ingin keluar dari pekerjaan yang memang nyaman seperti saat ini.

Drttt... drtt...

Benda pipih itu bergetar dua kali tanda pesan masuk ke dalamnya. Dengan malas ia membuka aplikasi Line lalu melihat siapa yang telah mengganggunya saat ini.

LINE
sumber dosa☠️

nanti malem gue jemput
kita malam mingguan
05.27 pm

Vira menautkan alisnya, apa Dio tak salah kirim? Tumben sekali cowok itu mengajaknya malam mingguan.

"Kak, kalo yang diskon ini gimana ya?" tanya seseorang yang langsung membuyarkan pikirannya.

"Ohiya, bentar." Vira segera menyimpan ponselnya lalu kembali mengurus pelanggan yang lumayan cukup banyak.

Setelah hampir seharian bekerja, Vira  kembali pulang ke rumah Bibinya. Ia masih memikirkan pesan Dio yang dikirim sore tadi padanya. Selama ini cowok itu hanya mengajaknya main pada siang hari, itupun saat pulang sekolah. Tapi kali ini ia mengajaknya malam mingguan? Impressive.

Vira membuka pintu rumah sederhana itu, masih sepi seperti biasa. Linda memang selalu pulang di atas jam delapan malam, maka dari itu Vira ingin mengurangi beban Bibinya. Ia juga sangat khawatir dengan keadaan Linda yang masih belum stabil.

Setelah membersihkan rumah dan memasak untuk makan malam, ia kembali ke kamarnya untuk menulis beberapa quote. Namun, baru saja mengambil bukunya tiba-tiba terdengar suara ketukan dari pintu luar.

Tok tok tok

Vira menyimpan buku catatannya itu, lalu keluar dari kamarnya secara perlahan. Tumben sekali ada yang datang malam-malam seperti ini. Apa itu temannya Bi Linda? Entahlah, ia tak tahu.

"Siapa?" tanya Vira masih enggan membuka pintu berwarna cokelat itu.

"Masa depan kamu." jawabnya yang langsung membuat dahi Vira berkerut tak paham.

Ia membuka sedikit gorden untuk melihat seseorang itu dengan jelas. Namun, orang itu sangatlah misterius, kepala yang tertutup hoodie putih dan tangannya yang dimasukkan pada jeans berwarna hitam.

"Siapa?" tanya Vira mengulang, ia rasa orang yang berada di luar itu adalah Dio. Karena perawakan dan suaranya memang sangat mirip dengan cowok itu.

"Makanya buka biar tau!" suruhnya dengan suara yang lebih lantang.

Dengan perlahan Vira membuka pintunya. Cowok itu pun membalikkan badan seraya membuka hoodie yang menutupi kepalanya.

Cross the Line Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang