'Kamu itu seperti dua jiwa yang berada di dalam satu raga. Terkadang membuatku kecewa hingga ingat segalanya, lalu membuatku bahagia hingga lupa segalanya'
~Ghevira Aulia Giska~
***
Vira melirik jam tangannya lalu menghela napas. Sudah hampir satu jam menunggu, tapi Dio masih saja asik dengan ponselnya. Cowok itu sama sekali tak menghiraukan kehadirannya. Padahal sebelumnya Dio sudah berjanji jika ia akan membelikan kacamata baru untuk Vira.
"Dio sampai kapan kita diem di sini?" tanya Vira sudah kesal, kelas sudah benar-benar sepi dan kini hanya tinggal mereka berdua di sini.
"Bentar lagi, parkiran juga masih rame."
"Kita udah satu jam di sini, parkiran pasti sepi."
"Sekarang ada kumpul ekskul, parkiran pasti masih rame." jawab Dio tak mengalihkan pandangannya dari benda pipih itu.
"Emang kenapa kalo rame?"
"Males, mobil gue susah keluar."
"Suruh siapa ke sekolah bawa mobil."
Dio tak menanggapi ucapan itu, ia kembali memainkan game onlinenya. Sengaja ingin membuat Vira kesal, karena sejak perdebatan tadi pagi Vira sama sekali tak membuka suara. Entah marah atau apa, intinya Vira tak sekali pun menjawab pertanyaannya.
"Dio." panggil Vira mulai jengah.
"Hm?"
"Ini udah sore, kamu mau nunggu sampe kapan? Sampe malem?"
"Yaudah, santai aja. Ini kan masih sore."
Vira mendesis kesal, "Nyebelin banget sih."
"Lo nggak sabaran banget sih." balas Dio menirukan gaya bicaranya.
Vira mendengus pelan. Ia kembali memperhatikan Dio yang begitu fokus pada gamenya. Rasanya ingin sekali Vira melempar benda itu agar Dio berhenti memainkannya.
"Kalo masih lama aku pulang aja."
Dio menatap Vira sekilas. "Yaudah, besok aja beli kacamatanya."
"Beneran nggak jadi?"
"Katanya mau pulang."
Vira menahan amarahnya, menatap Dio dengan aura permusuhan. Cowok itu memang tidak peka atau sengaja ingin membuatnya kesal? Kenapa ia tidak mengerti dengan kode yang Vira berikan, Dio memang sangatlah menyebalkan.
"Kalo gitu ngapain aku nunggu satu jam di sini?"
Dio mengangkat sebelah alisnya, "Suruh siapa nunggu gue?"
Vira tak menjawab. Ia mengerlingkan matanya. Memang salah harus percaya pada janji Dio, ucapan cowok itu benar-benar tak bisa dipegang. Seharusnya ia pulang saja sedari tadi, tak perlu buang-buang waktu menunggunya di kelas sepi ini.
"Nggak jadi pulang?" tanya Dio saat melihat Vira masih duduk di sampingnya.
"Mau!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cross the Line
Teen FictionMempunyai kisah cinta yang romantis saat masa sekolah adalah impian sebagian remaja. Sama halnya dengan Ghevira, seorang gadis pintar yang selalu menghayal dapat cowok romantis seperti di drama Korea. Namun, khayalan itu terpaksa dibuang jauh-jauh...