'Manik mata hitamnya terus saja menatapku hingga aku bisa terbius hanya dalam beberapa detik'
~Ghevira Aulia Giska~
***
3.35 pm
"Gue tunggu di luar." ujar Dio sebelum pergi keluar kelas yang kini hanya tinggal Vira dan empat murid lain yang sedang piket.
Memang setelah pulang sekolah kali ini Vira akan mengerjakan tugas di rumah Dio. Dan entah kenapa cowok itu benar-benar memaksanya untuk mengerjakan tugas bersama. Padahal dari dulu jika ada tugas, Dio sama sekali tidak ingin membantu. Cowok itu malah tidak peduli dengan tugasnya.
Setelah lima belas menit membersihkan kelas akhirnya Vira selesai. Ia langsung menghampiri Dio yang masih bersandar di ambang pintu sembari terus memperhatikannya sejak Vira memulai piketnya.
"Ayo!"
Mereka berdua pun melenggang pergi menuju parkiran untuk mengambil mobil Dio. Untung saja keadaan parkiran saat ini tidak terlalu ramai. Jadi mereka bisa langsung pergi tanpa perlu mengantri.
"Mau ngapain buka pintu belakang?" tanya Dio saat melihat Vira yang akan masuk ke kursi penumpang.
"Mau masuklah, terus duduk."
"Duduk di depan, ngapain di belakang? Emangnya gue supir lo apa."
Vira pun berpindah dan membuka pintu depan, lalu ia duduk di samping kursi kemudi.
"Bisa nggak?" tanya Dio sambil terus memperhatikan Vira yang sedang kesusahan memakai sabuk. Padahal sudah ketiga kalinya Vira menaiki mobil ini tapi tetap saja tidak bisa memakainya.
Dengan malas Dio mendekat lalu memasangkan sabuk itu pada Vira hingga wajah keduanya berdekatan dan hanya menyisakan jarak beberapa centi saja. Bahkan aroma parfum Dio pun bisa tercium oleh Vira. Sungguh aroma yang sangat maskulin. Dio juga tak mengalihkan pandangannya. Manik mata hitamnya masih saja menatap Vira dan membuat Vira terbius hanya dalam beberapa detik.
Dan semakin dekat menatap Dio, Vira semakin sadar bahwa pria di depannya ini memang tampan. Apalagi rahang kokohnya sangat terlihat jelas kali ini. Tapi mau setampan apapun Dio, Vira tak akan menyatakan hal itu. Cowok di depannya ini masih punya sifat menyebalkan dan arogan di matanya.
Vira pun mengalihkan pandangannya ke arah jendela, sungguh suasana yang sangat awkward. Perjalanan menuju rumah Dio pun diselimuti dengan kebisuan, tidak ada yang membuka suara di antara keduanya. Hingga akhirnya mobil hitam ini memasuki area perumahan elit dan tepat berhenti di halaman rumah mewah bergaya Amerika klasik modern.
Vira berdecak kagum melihatnya. Pantas saja kaum hawa sangat mendambakan Dio, ternyata selain tampan Dio juga benar-benar seorang konglomerat.
Setelah keluar dari mobil hitam milik Dio, mereka berdua pun memasuki rumah besar itu. Namun langkah Vira tiba-tiba terhenti, entah kenapa jika masuk ke dalam rumah besar seperti ini ia pasti berpikir bahwa orang yang ada di dalamnya adalah orang judes bak pemeran antagonis yang ada di sinetron azab.
"Kenapa berhenti? Ayo..." ajak Dio sambil menarik tangan mungil Vira.
"Takut."
Dio tertawa pelan mendengar satu kata yang terlontar dari bibir Vira.
"Ngapain takut? Keluarga gue juga nggak bakal gigit lo."
"Ya... bukan gitu."
"Terus gimana?"
"Takut aja."
"Nggak perlu takut, ada gue."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Cross the Line
Teen FictionMempunyai kisah cinta yang romantis saat masa sekolah adalah impian sebagian remaja. Sama halnya dengan Ghevira, seorang gadis pintar yang selalu menghayal dapat cowok romantis seperti di drama Korea. Namun, khayalan itu terpaksa dibuang jauh-jauh...