..
Sekolah seperti biasanya, walau ada gejala gejala dikit.
"Vel.. Lu masih ngambek sama Nancy pasal kemaren? Sampe telpon nggak aktif semaleman?" Ujar Milla yang membuyarkan lamunan Vella.
"Eh, em.. kaga gua ga ngambek, cuman agak kesel aja sama dia." Ujar Vella.
"Kesel aja gimana? Orang hape aja semaleman kaga aktif kok." Balas Milla ga yakin.
"Yeu, biarin aja suka suka gua lah, eh ngomong ngomong Rose mana?" Tanya Vella yang baru menyadari bahwa Rose tidak ikut nimbrung.
"Yeu, makanya hape itu aktif lah, Rose kaga berangkat, dia di rumah sakit, typus." Balas Milla.
"Hah? Bukannya tadi malem masih ngomel ngomel ya sama Nancy?" Timpal Vella.
"Iya, tadi pagi pagi buta gua dikabarin abang elu." Ujar Milla.
"Lah? Bang Lean?" Vella kaget.
"Siapa lagi?, orang abang lu cuma satu kan? Ga tau nih kalo mau nambah lagi." Milla ketus.
"Kenapa dia ngabarin lu? Kenapa nggak gua? Lagian abang gua tau dari mana coba?" Vella kesal karena abangnya selaknat itu kepada adiknya sendiri.
"Lah mana gua tau? Katanya, elu ngelamun terus, kek lagi banyak pikiran.. trus gatega mbilangin ini, nanti malah nambah beban, terus akhirnya ngabarin gua dah." Jelas Milla panjang lebar.
"Gatega? Abang gua ga mungkin punya rasa gitu, apalagi sama gua." Vella masih tidak percaya ternyata abangnya itu bukan sekedar laknat, namun juga sebrengsek itu.
"Dih, mana gua tau. Yang penting nanti pulang sekolah kita kesana." Ujar Milla menggandeng tangan Vella untuk pergi ke kelas.
"Emang kita kudu kesana, gitu gitu juga Rose sohib kita." Dumel Vella.
..
Sepulang sekolah Vella dan Milla menuju rumah sakit tempat Rose dirawat.
"Permisi tante, kita mau jenguk Rose." Ujar Vella santun.
"Eh, Vella, Milla, kebetulan banget kalian kesini, kebetulan tante ada acara yang harus di selesaikan, jadi tolong jaga Rose sebentar ya." Ujar Laras ibunda Rose.
"Ah iya tante, kalo sama kita mah beres." Ujar Vella mengacungkan jempolnya.
"Lah?! Kenapa kalian tau gua disini? Siapa yang ngabarin kalian?" Ujar Rose sambil mengunyah pizza yang ia makan.
"Siapa? Kalo perasaan lo? Gimana rasanya kalo sohib kita sakit terus kita kaga tau?" Vella kesal.
"Maaf, gue nggak mau kalian khawatir, jadi ya maafin gue." Balas Rose menunduk.
"Kita bakal lebih khawatir sama kondisi elu tau?!" Vella tiba tiba ngebentak.
"Maafin gue." Rose sekarang merasa sangat bersalah.
"Gausah nunduk lo! Gue becanda kali." Vella tertawa terbahak bahak merasa puas akan apa yang ia lakukan telah berhasil.
"Dih, apaan sih nggak lucu." Ujar Vella ketus sambil melahap potongan pizzanya yang masih keluar asap.
"Eh lagian, lagi sakit ko makannya gituan, tuh bubur masih rapi loh bungkusannya." Ujar Milla sambil menunjuk bubur rumah sakit yang masih tertata rapi di wadahnya.
"Nggak. Gua ga suka bubur rumah sakit, anyep, kek makan muntahan." Balas Rose yang masih kesal akan perlakuan Vella tadi.
"Dih, bagi dong.. lagian siapa suruh nggak ngabarin kita?" Pekik Vella sambil mengambil salah satu potongan pizza di tangan Rose.
"Eh, denger ya.. ini jatah orang sakit tau!" Rose ketus.
"Lagian siapa yang ngabarin kalian? Pengen gua tampol tu anak yang ngabarin." Timpal Rose.
"Abang gua." Balas Vella santuy.
"B-bang Lean?" Rose gelagapan, sekaligus kaget setengah mampus.
"Abang gua satu doang." Balas Vella.
tbc,
