18

115 5 0
                                        

..

"Gimana dia bisa tau? Kan nggak ada yang ngasih tau." Rose mengelak.

"Dia dikabarin abang lu tau!" Milla terbawa emoshe.

"Lah? Abang gue? Yang mana satu?" Rose nyerocos gajelas.

"Mana gua tau kalo lu punya abang sepuluh." Balas Vella sambil melahap pizza nya tersebut.

"Masa abang gue sepuluh sih?" Rose malah bertanya.

"Ini nih, yang gue gasuka dari lu, kalo sakit sedikit aje tiba tiba amnesia seketika." Vella kesal.

"Lah, bukannya abang gue satu doang ya?" Rose kembali bertanya.

"Mana gua tau! Gua bukan adenya." Balas Vella yang semakin kesal dengan pertanyaan Rose.

tok, tok..
Suara ketukan pintu terdengar dari dalam kamar rawat inap Rose.

"Siapa tuh? Bukain gih." Milla menyuruh Vella untuk membukakan pintu.

"Bentaran." Balas Vella sembari menuju pintu kamar bangsal Rose.

Cklek..

"Iya?" Ucap Vella santun kepada sang 'tamu' tersebut.

"Eh Vella, Rose sakit ya? Kita mau ngejenguk nih." Ujar Nancy sok akrab yang datang bersama teman sekelas.

Eh, nggak sekelas juga kali, auto bangsal jebol kalo bawa temen sekelas.

"Masuk, Rose didalem, kecuali lo Nancy. Gue mau bicara sama lo." Ucap Vella ketus.

"B-bicara masalah apaan Vel?" Nancy gelagapan.

"Udah ikut gue aja." Balas Vella ketus.

Anak lain yang ikut menjenguk Rose termasuk Jimin, Tae, Lucas, dan Haechan sebagai keempat laki laki kelas XII-A langsung masuk begitu saja karena takut akan mencampuri urusan Vella dengan Nancy.

"L-lo mau bawa gue kemana?" Nancy gemetar.

"

Gue laper, anterin gue ke kantin." Ujar Vella santai.

"I-itu doang?" Nancy masih nggak percaya.

"Lu dari pulang sekolah belum makan kan? Gue traktir dah." Balas Vella.

"Iya sih, tapi serius mau traktir?" Timpal Nancy.

"Serius lah.. sejak kapan Vella pernah boong, kayak lu ga pernah ditraktir aja." Pekik Vella.

"Eh, tapi soal tadi malem lo marah ya sama gue? Maaf ya." Nancy masih merasa bersalah.

"Iya kok, gue nggak marah, nggak tau kalo entar." Vella memberikan smirk-nya.

Setelah dikira Nancy masuk dalam perangkapnya, Vella akan memulai aksinya.

"Ehm, udah kenyang kan? Sekarang gue mau tanya." Vella memulai.

"Tanya apaan?" Ujar Nancy yang masih sibuk dengan tulang ayamnya.

"Ngomong ngomong, lu mau apa dari gue?" Balas Vella.

"Ukhukkk.. maksud lo?" Nancy keselek tulang ayam.

"Eum, ya, lu mau duit? Berapa?" Vella makin gajelas.

"Apaan sih? Gajelas banget lo." Nancy mulai curiga.

"Apa? Lo tanya kenapa? Harusnya gue yang tanya sama lo. Lu mau cari perhatian gue?" Vella mulai memojokkan Nancy.

"Vel? Katanya lo ga akan marah soal yang kemaren." Nancy polos.

"Sebegitu begonya lu masuk ke jebakan gua?" Balas Vella mendesak.

"Vel, gue minta maaf, gue nggak bermaksud sumpah." Nancy membela diri.

"Lu mau malu maluin gua didepan temen sekelas?" Vella lebih mengontrol emosinya.

Nancy hanya membungkam, dan merasa bersalah.

"Gue tanya sama lo!" Vella mulai emoshe.

"Maaf, gue beneran ga bermaksud." Balas Nancy bernada kecil.

"Ga bermaksud palalu!" Balas Vella sambil menggebrak meja kantin rumah sakit.

"Mbak, emosi boleh, tapi gausah gebrak meja gitu lah, keganggu nih bapak saya, dia ada gangguan jantung." Ucap lelaki yang duduk diseberang meja Vella dan membawa bapak bapak dengan kursi roda dan menyebut itu 'Bapaknya'.

"Iya, maaf.. kebawa emosi nih saya." Vella kesal.

tbc,

B Ø T H ; Park Jimin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang