22

101 7 0
                                        

"Gausah bu, saya bisa atasi masalah saya sendiri." Balas Vella singkat.

"Yakin ga mau cerita? Barangkali ibu bisa bantu." Ujar Henny yang terus memojokkan Vella.

"Maaf bu, bukannya saya lancang.. tapi saya bisa atasi masalah saya sendiri." Balas Vella.

"Oh, yasudah.. kamu boleh keluar, nanti kalo mau cerita, ruang BK selalu terbuka buat kamu. Jangan segan segan ya." Balas Henny yang menyerah merayu Vella yang keras kepala.

"Baik bu, trimakasih." Ujar Vella sambil keluar ruang.

..

17.02

"Vel? Lo beneran benci banget ya sama gue? Sampe sampe lu kabur di acara penting kita." Ujar Nathan yang mengagetkan Vella.

'Kenapa gue nyia nyiain Nathan? Dia ganteng koq walau gw gada perasaan sama sekali, dari pada gue nungguin Jimin yang udah punya pacar.'-batin Vella.

'Eh, kok nungguin Jimin.. gila ya gua.'-dumel Vella.

"M-maafin gue, waktu itu gue ada urusann.. maafin gue.." Rengek Vella sambil menggenggam erat tangan Nathan.

"Hm, lu kesambet apa?" Tanya Nathan yang tidak percaya akan kelakuan sok manis Vella.

"Kok kesambet? Yaudah gue pulang duluan." Vella ketus.

"Eh, tunggu Vel.. kalo gue anter lu mau ga?" Nathan masih tidak yakin.

"Ya mau lah, maafin gue juga dulu udah kasar sama lo." Balas Vella.

"Hm, gue suka Vella yang sekarang." Ujar Nathan dengan killer smilenya.

..

"Thanks ya than.. udah mau anter gue." Ujar Vella setelah sampai dirumahnya.

"Oke, ntar kalo mau kemana mana telpon gue aja." Balas Nathan.

Setelah memasuki rumah, Vella tidak melihat sosok papa yang selalu mengajaknya ribut.

"Bi, papa mama kemana?" Tanya Vella pada Ijah sang pembantu rumahnya.

"Tadi ibu bilang ke saya, mau keluar sebentar, tapi bilangnya jam sebelas tadi." Balas Ijah sambil menghentikan aktifitas mengelap meja ruang tamu.

"Yeu, sekarang aja uda jam lima." Gerutu Vella.

'Apa papa marah sama gue ya? Gimana kalo gue dikutuk? Durhaka banget gue ya..'-Batin Vella.

"Kalo beneran iya, gimana? Jahat banget gue.. gue udah ga nurut sama papa, trus udah ngebantah semua omongan papa." Vella kesal sendiri.

..

23.17

Cklekk..
Pintu rumah terbuka dan memperlihatkan sosok Ivan yang telah ditunggu anak gadisnya tersebut.

"Pa.. uda pulang?" Ujar Vella memulai pembicaraan.

"Iya." Jawab Ivan singkat.

"Papa masi marah sama Vella?" Vella khawatir.

"Ga." Balas Ivan yang menggunakan kata singkat padat dan jelas.

"Pa, Vella minta maaf ya, selama ini Vella ga nurut sama papa." Ujar Vella menundukkan kepalanya.

"..." Ivan tetap tidak menggubris omongan Vella dan langsung pergi.

"Vel, ngobrolnya besok aja, papa kamu lagi suntuk banget, banyak pikiran." Ujar Lita mengingatkan.

"Iya mah.. padahal niatnya Vella mau minta maaf." Vella putus asa.

...

Esoknya..

"Vella? Sarapan dulu gih." Ajak Lita yang sudah menyiapkan masakan kesukaan Vella dan Ivan.

"Vel? Sini gih.." Ujar Lean melambaikan tangannya.

'Kali aja ini kesempatan buat gue baikan sama papa.'-gumam Vella yakin.

"Pagi pa, ma, bang.." Vella tersenyum manis.

Ivan malah meninggalkan meja makan.

Vella reflek ingin mengejar Ivan namun dicegah oleh ibundanya.

"Kamu makan dulu, nanti kalo kamu kesana malah tambah panjang urusannya." Ujar Lita.

..

Vella masih lesu seperti biasanya, rasa bersalah, amarah, kecemasan kini bercampur aduk di perasaan Vella.

"Vel? Kena marah lagi?" Kalimat sapaan pertama dari teman temannya yg selalu ia dengar akhir akhir ini.

"Ga, cuma kurang tidur aja.. jadi ngantuk." Balas Vella.

"Elu mungkin bisa nutupin masalah lu. Tapi enggak sama kita." Ujar Milla.

"Gue keliatan boong ya?" Vella masih berusaha nutupin.

"Cerita ke kita setiap lo ada masalah, mungkin kita bisa bantu nambah masalahnya." Ujar Rose blak blakan.

"Kalian emang paling ngertiin guee.. thanks ya buat segalanya." Vella terharu.

tbc
Next part>>

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 03, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

B Ø T H ; Park Jimin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang