"Vel..! Yang bener?!" Milla ngebentak."Iye.. parahnya lagi gua dijodohin ama si Nathan." Ujar Vella lesu.
...
Jam ekskul tiba..
Vella memilih membolos ekskul untuk menenangkan dirinya, untungnya Gian sang pendamping ekskul peka terhadap kondisi Vella.Vella terdiam di taman tanpa Milla dan Rose karena pendamping ekskul Milla yaitu ekskul seni galaknya setengah mati.
Begitu juga ekskul Rose yaitu ekskul Design & art, sama sekali tidak boleh bolos ekskul kecuali sedang sakit, atau tidak masuk sekolah.
Mungkin hanya ekskul Vella dan kawan kawan se ekskul nya saja yang tidak terlalu ketat seperti ekskul lain, karena pendamping ekskulnya bisa dibilang paling muda dari seluruh pendamping ekskul lainnya.
"Ughh"
Vella menghela nafas berat, berharap Ivan dan Lita (mama papanya) bilang 'ini cuma prank'
Vella menundukkan kepalanya dan melihat ada tangan yang mengajukan minuman untuk dirinya.
"J-jimin?" Vella heran.
"Nih, mau minum nggak?" Tanya Jimin.
"Lo ngapain disini?!" Vella terbawa suasana.
"Tadinya cuma mau beli minum, cuman liat lo nangis terus mampir deh kesini." Jawab Jimin santai.
"Gue nggak nangis tau!" Ujar Vella sambil mengusap air matanya yang berjatuhan.
"Trus itu apa yang diusap? Air got?" Ujar Jimin.
"Apaan sih, gue cuma kelilipan debu." Vella bohong.
"Nathan ya?" Tanya Jimin.
"N-nathan kenapa?" Vella malah balik nanya.
"Lo beneran dijodohin?" Jimin menebak.
"Mana ada!" Bentak Vella yang tak kuasa menahan air mata.
"Udah lah.. lu nangis aja sepuasnya, sampe air got lu habis." Pekik Jimin.
Vella yang tak tahan ingin sekali melampiaskan tangisannya akhirnya langsung menangis sejadi jadinya di bahu Jimin, tanpa menghiraukan lingkungan sekitarnya.
'Lah dia beneran nangis, kalo gue tinggal, nanti kesannya agak gimana gitu, nanti gua di pukulin Nathan lagi gimana dong? O iya, Nathan kan hari ini nggak berangkat ya'- Batin Jimin.
Setelah sekitar 15 menitan Vella menangis, kemesraan (eaa) mereka diganggu oleh seorang guru.
"Vella! Jimin! Ini jam ekskul, kok kalian malah mesra mesraan gitu. Kalo mau pacaran itu ada waktunya, tapi bukan jam ekskul juga kali." Ucap salah satu guru yang melihat Vella dan Jimin.
"Hah?! Mesra mesraan?! Mana ada pak..!" Jawab Vella sambil mengucap air matanya.
"Udah, ikut bapak ke ruang BK." Balas guru tersebut.
...
"Eh sorry, gue yang sedih malah lu yang kena marah guru." Vella meminta maaf pada Jimin.
"Lagian elu juga yang salah! Lu nggak protes pas gua ngelendot!" Vella malah ngotot.
"Lagian nih ya, kalo pas lu nge lendot terus gua tinggalin bisa ngamuk lah." Balas Jimin.
...
Pulang sekolah terasa berat bagi Vella, rasanya Vella seperti tidak ingin pulang kerumahnya.
Bagaimana tidak? Dengan usia yang dibilang cukup muda, Vella akan menjalani masa muda menjadi istri?
Itupun istri sahabatnya sendiri, sahabat yang tidak dicintainya itu.
"Mil, Rose? Sore ini kalian ada acara kaga?" Tanya Vella.
"Nggak tuh." Balas Milla dan Rose bersamaan.
"Temenin gue ya?" Ucap Vella dengan muka memelas.
"Oh, ok." Jawab Milla sambil mengacungkan jempolnya.
"Emang kapan lu mau nikah?" Tanya Rose.
"Nanti malem gue disuruh ikut makan malem sama bapaknya Nathan." Vella lesu.
..
Malam itupun tiba, Vella sedang mengungsi di rumah Milla bersama Rose, gengnya.
Vella sengaja mematikan handphonenya agar mama papanya tidak menelfonnya.
Namun sayangnya, keluarga Vella sudah hafal dimana Vella mengungsi ketika sedang sedih.
Akhirnya Lean sang abang Vella, menemukan Vella tergeletak kekenyangan di tempat pengungsian tersebut.
tbc,
Next >>
