Bagian 17

18 3 0
                                    

"kalian mau makan apa? Biar gua yang pesan" tanya mecca.

"gua samain aja sama kayak lo" balas tasya.

"sama gua juga" sambung may.

Biya berdiri dari kursi nya "gua ikut mesen bareng ya ca?" mecca mengangguk.

"lo kerkom kapan may? emang dikumpulin kapan sih"

"minggu ini sya, habis pulang sekola--, astaga gua lupa" ucapnya lalu mengambil ponselnya dari saku dan mulai mengetik pesan untuk seseorang.

May Aretha E : kak, nanti lo gausah jemput ya. gua pulang telat hari ini mau kerkom dulu.

1 menit kemudian setelah may mengirimkan pesan.

Ardelio Prasaja : sama siapa?dimana?sampai jam berapa?gua tetep mau jemput, gak terima penolakan!

May menghembuskan nafas, dan membalas pesannya lagi.

"kenapa sih may, kok kaget gitu?"

Setelah selesai membalas pesan, may mengalihkan tatapan nya kedepan "gua lupa ngasih tau kak lio kalau hari ini gausah jemput soalnya mau kerkom, tapi dia nya malah mau tetep jemput udah gitu gak terima penolakan lagi" sambil memasukan ponselnya kembali ke saku.

"ihh soswet deh. Kok lo kesel gitu sih, berarti kan tandanya dia gamau lo kenapa kenapa pas pulang nanti"

"iya tau sya, tapi gua gamau dia kecapean sya"

"yaudah sih sya kan yang mau kak lio sendiri bukan kemauan lo ini, ikutin aja udah gausah dibuat ribet"

"kok lo ngebela dia sih sya"

"eh, gua gak ngebela siapa siapa cuma cari jalan tengah nya aja"

"iyain aja deh biar cepet"

"lah ngambek" bingung tasya.

Kring! Kring! Kring!

"lo mau kerkom sekarang may?"

"iya bi, biar sekalian capek lagi pula dikumpulin nya kan minggu sekarang"

"dimana?"

"diperpus, gua duluan ya bi sya ca" mereka bertiga mengangguk bersamaan.

May melangkahkan kaki nya kedepan, ralat menuju bangku seseorang "yuk el, keburu sore" el mengangguk.

"ihh enak ya may bisa satu kelompok sama elgar" sambil menatap elgar dan may melangkah keluar kelas.

"apaan sih bi, lo juga enak sekelompok sama david tuh. Udah gitu pinter lagi, paling juga ujung ujung nya dia sendiri yang ngerjain"

"dihh mana ada, gua juga pasti ngerjain lah" bela biya.

"ah masa" ledek tasya.

"Udah ah gua mau nyamperin david dulu"

"ciye biya ciye, kayaknya bakalan ada se---"

"apaan sih sya, gausah gosip deh"

"loh emang gua ngomong apa?" biya hanya menggeleng.

"makanya kalau orang belum selesai ngomong jangan dipotong"

Biya hanya mengerucutkan bibirnya dan melangkah ke bangku david. Tasya dan mecca hanya bisa tertawa melihatnya.

"mau ngerjain dimana sya?" tanya mecca.

"disini aja ca, yang lain juga pada ngerjain disini"

"ohh, iyaudah kalau gitu"

"gapapa kan?" tanya tasya.

"e-eh, iya gapapa kali sya, menghemat waktu juga lagian" senyum mecca.

"okay.."

"yaudah, nanti keburu sore" sambil membuka bukunya dan diikuti oleh mecca.

*****

"gimana udah ketemu buku nya?"

El mengangguk, "udah may" sambil melangkah ke arah may.

"lo ngerjain bab ini sampai ini aja, sisa nya biar nanti gua yang lanjutin" ujarnya sambil membuka halaman buku yang baru saja dia cari.

May mengangguk dan mulai mengerjakan.

"may"

"el"

"lo duluan aja" ujarnya lagi secara serentak.

"eh?"

May menggigit bibirnya kecil, "lo duluan aja el, mau ngomong apa?"

"gu-gua mau nyari buku lain ya, gapapa kan kalau gua tinggal sebentar"

"mau nyari buku apa?" tanya may.

"e-ghh gu-gua mau nyari buku itu---"

May terkekeh tanpa sengaja tangan nya mengelus rambut el dengan lembut, "lo lucu ih, kenapa gugup gitu sih?"

"iyaudah kalau mau nyari buku, tapi jangan lama – lama ya. Jangan ninggalin gua, awas aja lo!" sambung may sambil terkekeh.

El mendadak menjadi membeku ditempat atas perlakuan may beberapa detik yang lalu. Katakan ini sangat alay, tapi ketahuilah ini bener – bener membuat kesehatan dirinya melemah.

May yang melihat el masih diam ditempat mengibas – ngibaskan tangan didepan wajahnya, "el, lo kenapa? kok bengong sih?"

"elgar?" el terpekik kaget ketika may memegang bahu nya.

"lo kenapa?" tanya may bingung.

El menggeleng cepat ketika kesadaran nya kembali, "gua gapapa kok may"

"yakin el?"

El mengangguk, "iyaudahkalau gitu gua cari buku dulu" dan beranjak dari tempat duduk. May yang melihatelgar melangkah pergi, hanya bisa menggelengkan kepalanya dan melanjutkanaktivitas menulisnya kembali.


Dunia May (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang